Black Rose

aksara_g.rain
Chapter #1

Bab 1 : Ayah!

Akhir-akhir ini, Ibu selalu mencegahku untuk bermain di luar. Berita burung sukses menggegerkan kaum ibu-ibu komplek. Mereka sibuk menyembunyikan anak-anaknya.

Berangkat sekolah diantar, pulang dijemput. Tidak ada lagi yang namanya bermain masih pakai seragam. Begitu pula setelah berganti pakaian.

Gang sempit depan rumahku kini sepi.

Tidak ada teman-teman sebaya yang berteriak memanggil namaku, mengajak bermain bola di lahan kosong Pak Anwar. Semua anak seakan dipenjarakan orang tuanya sendiri.

Kegelisahan para ibu itu berawal dari berita yang entah datang dari mana. Katanya, sekarang marak penculik yang berkeliaran. Membuat anak-anak menghilang beberapa hari. Mereka mengambil organ anak-anak seumuranku, lantas mayatnya dikembalikan dengan perut terbuka lebar berisi uang.

"Pulang sekolah, jangan main, langsung pulang!" Ayah pun ternyata sama saja, termakan berita yang tidak jelas kebenarannya. Ucapannya selalu sama setiap berpamitan untuk berangkat kerja. Membuatku mencebikkan bibir, sebal!

***


"Bu, tidak usah antar aku hari ini. Aku berangkat bersama Andi," ucapku setelah selesai sarapan.

"Tidak, Ibu akan tetap mengantarmu, tunggu sebentar," jawabnya, tangan gempal itu masih sibuk mencuci piring di wastafel. Perutnya yang membuncit, menyulitkan pekerjaannya. Ya, sebentar lagi aku memiliki adik.

"Tapi, aku sudah berjanji dengan Andi akan berangkat bersama," sergahku sedikit jengkel.

"Iya, kita kan, bisa berangkat bersama-sama. Apalagi Andi pergi sendiri, biar sekalian Ibu jaga Andi juga." Wanita yang sudah menginjak kepala tiga itu masih tetap berkutat dengan pekerjaannya.

Aku tak berkata apa pun lagi, sulit rasanya menolak ucapan Ibu. Lebih tepatnya bukan sulit, tapi menakutkan. Karena, pada akhirnya aku juga yang akan habis dimarahinya.

Sebenarnya, kegiatan ini amat memalukan. Aku yang sudah menginjak kelas tiga sekolah dasar, datang ke sekolah masih diantar Ibu.

Takut-takut, teman-temanku yang lain mengejekku dengan sebutan 'anak mami'. Oh, itu kabar buruk. Bagaimana tanggapan gadis yang kusuka? Ah, aku tak kuat membayangkannya.

Lihat selengkapnya