Black Rose

aksara_g.rain
Chapter #4

Bab 4 : Kenapa, Ayah?

"Cinta ternyata bisa membuat orang terkuat menjadi lemah. Aku jadi penasaran, bagaimana kalau anak ini dieksekusi, apakah kau juga akan mati?" Seringai lebar terukir di wajah pria bertubuh gempal itu. Matanya menyipit, gigi-giginya tampak, dalam tubuhnya seperti keluar hawa dingin yang menusuk-nusuk tulangku. Aura mencekam mencekik leherku, pria tua itu mampu menekan lawan hanya dengan tatapan. 

"Tidak, Tuan, saya mohon, jangan lakukan itu." Ia tidak seperti ayahku. Memohon dan bersujud pada orang, terlebih hanya orang tua berbadan gempal yang gemar pamer kekayaan. 

Harus kuakui, pria itu memang menakutkan. Tetapi, siapa dia sampai-sampai Ayah sudi bersimpuh di kakinya? 

"Alex, bawa mereka ke ruang operasi. Sudah lama sekali aku tak menyentuh pisau bedah. Cepatlah, aku sedang bersemangat sekali ingin melihat bagaimana bentuk hati tangan kananku tercinta itu," ujar pria gempal itu, terkekeh seraya berjalan menuju pintu keluar. 

"Apa Anda yakin, Tuan?" Suara Om Alex sedikit bergetar. 

"Kau meragukan keputusan Tuan-ku?" Salah satu pria berjaket hitam yang datang bersama Tuan Besar menarik kerah baju Om Alex.

Tubuh Om Alex sedikit terhempas setelah cekalan tangan terlepas. Lantas pria berjaket itu turut berjalan di belakang Tuam Besar. 

"Maafkan aku, Nash," bisik Om Alex saat membawa kami keluar.

Sebelum pintu ruangan benar-benar tertutup, aku sempat melihat anak-anak malang yang masih berada di ruangan itu. Entah apa yang akan terjadi pada mereka, karena ada aku, mungkin kematian mereka ditunda, termasuk gadis kecil yang berhasil membuat celanaku basah. Ah, untuk apa memikirkan mereka? Aku saja tak tahu apa yang akan terjadi padaku hari ini. 

Kami berjalan di koridor panjang, melewati pintu-pintu yang entah di dalamnya ruangan apa. Susana hening, hanya derap langkah kami yang bergema. 

Aku dan Ayah digiring masuk ke dalam ruangan besar. Di sana terdapat satu ranjang, dan rak-rak berisi peralatan yang entah apa namanya. Ruangan yang mirip rumah sakit. 

Aku direbut paksa dari pangkuan Ayah, diambil alih oleh salah satu pria berjaket kulit. Ayah dicekal oleh dua pria lainnya, sedangkan Om Alex diusir dari ruangan. 

"Tuan, apakah Anda tega melakukan ini pada tangan kanan Anda sendiri? Saya mengabdi sepuluh tahun hanya untuk Anda. Saya mohon kemurahan hati Anda," ucap Ayah, masih berusaha membujuk pria gempal itu. 

"Kenapa aku harus memertahankanmu?" 

"Saya adalah orang kepercayaan Anda." 

"Apakah pantas kau disebut orang kepercayaan? Kau sendiri yang menjemput maut dengan melanggar perjanjian." 

Lihat selengkapnya