Black Rose

aksara_g.rain
Chapter #8

Bab 8 : Hanya Bocah

Aku berlari dengan air mata yang berderai, tak lama, sebuah ledakan keras terdengar.

Seperti ada yang tersayat di dalam tubuhku, perih dan sakit. Ayah berpesan agar tak lagi menoleh ke belakang, aku menurutinya, meski air mata kian deras.

Dingin menelusuk dalam pori-pori, tubuhku pun telah kehilangan banyak tenaga.

Malam ini suasana lengang, hanya satu dua kendaraan yang lewat. Aku takut, sendirian di tengah kota yang tak kutahu, terlebih lagi ini malam hari.

Aku tidur di mana? Apakah jika aku tidur sekarang, mereka akan menemukanku? Bagaimana jika mereka kembali menangkapku?

Aku melihat sekitar, benar-benar asing.

Tibalah aku di sebuah taman kota, kurasa. Ada lampu-lampu kerlap-kerlip. Aku mendekat, melihat seorang pria tengah tertidur di bangku panjang.

Mungkin tidak apa, kalau aku tidur di sana juga.

Kuputuskan untuk tidur di bawah bangku panjang yang ditiduri pria itu. Mungkin di sini aku bisa lebih aman, suasana gelap, aku bisa sambil bersembunyi sejenak dari kejaran mereka.

Aku merangkak masuk, lantas merebahkan tubuh. Rumput yang dingin, berhasil membuatku mengigil. Aku merekatkan tubuh sambil memeluk dompet pemberian Ayah.

Untuk menghibur diriku sendiri, aku membayangkan tengah berbaring di kamarku bersama Ayah dan Ibu. Seulas senyum berhasil terukir di bibirku, rasa dingin hilang begitu saja.


***


Suara nyaring berhasil membuatku terbangun, dan membuat kepalaku terantuk benda di atasku. Aku terlempar kembali pada kenyataan, ketika melihat sekeliling.

Di depanku, sudah berdiri pria berseragam. Seorang penjaga taman? Kurasa.

Aku menelan saliva susah payah, rasa takut kembali menghantui.

"Bangun! Pergilah dari sini, kau mengotori lingkungan!" cercanya sambil mengacung-acungkan tongkat.

Aku bergegas merangkak ke luar, lantas berlari sekuat tenaga. Menghindari orang-orang.

Tak bisa dipungkiri, kejadian yang kulalui membuatku trauma dan mengurangi rasa percayaku pada orang. Terlebih orang berpenampilan preman.

Aku kembali mengingat pesan Ayah, lantas bergegas ke ATM. Kebetulan, ada di seberang jalan. Aku sering ikut Ayah, yah, sebetulnya hanya ingin merasakan paparan AC yang membuatku serasa masuk kulkas.

Sepi, belum ada satu orang pun yang berkunjung kecuali seorang satpam. Mungkin karena masih pagi, dan ATM pun baru saja buka.

Aku mendekat, lantas Pak Satpam segera mencegatku.

Lihat selengkapnya