Black Rose

aksara_g.rain
Chapter #9

Bab 9 : Lubang yang Lain

Dinilah aku sekarang. Duduk menatap pria berkumis tebal dengan seragam. 

Pria itu mulai bertanya-tanya tentang aku, dan bagaimana caraku mendapatkan dompet itu. Berkali-kali aku menjelaskan bahwa itu milik ayahku, tapi tidak ada yang percaya. 

Hanya satu hal yang tak bisa kujelaskan pada mereka, yaitu tentang penculik-penculik itu. Aku tahu, jika menjelaskan semuanya, mungkin aku akan dilepaskan dari ruangan sempit ini. Tapi, bukankan Ayah mendapat masalah karena orang-orang organisasi itu menyangka aku atau Ayah membocorkan informasi tentang mereka? 

Aku tak ingin Ayah dalam bahaya. Sudah pasti, jika polisi mengejar mereka, penjahat-penjahat itu akan menuduh Ayah yang melakukannya. Ah, tidak, itu tidak boleh terjadi. 

"Nah, makanlah. Lalu, bicaralah yang benar setelah kau merasa tenang," ucap pria berkumis itu sambil menyodorkan sebuah lolipop.

Benar, aku sampai lupa makan karena peristiwa yang kulalui. Aku mengambil permen itu, lantas melahapnya. 

Pria itu memandangku, lalu mengusap wajahnya kasar. Entah, mungkin pusing karena jawabanku tidak pasti, dan bicara berputar-putar. 

"Jadi, bagaimana kau bisa mendapatkan dompet itu?" tanyanya untuk kesekian kalinya. 

"Itu dompet ayahku."

"Aku tak ingin mendengar jawaban yang sama." 

"Saya ingin pulang." 

"Baiklah, aku pun mulai kesal. Biar kutelepon saja pemilik dompet ini. Kau, diamlah sampai ayahmu menjemputmu ke sini." 

Aku hanya menunduk, sambil terus melumat lolipop. 

"Halo? Dengan Bapak Nash, betul?" Pria berkumis itu mulai bicara, saat sebelumnya menekan beberapa digit angka di ponselnya. 

"Ya, ada keperluan apa?" Suaranya terasa familier bagiku, tapi itu bukan Ayah. Siapa? 

"Saya Winarto, dari kepolisian. Saya mendapatkan laporan dari pegawai bank, anak Bapak pergi ke bank sendirian untuk mengambil semua uang yang ada di rekening Bapak. Apakah memang Bapak yang menyuruhnya?" 

"Oh, dia memang anak nakal. Sudah beberapa hari dia kabur dari rumah dan mengambil dompet saya. Tolong jaga anak itu, sebentar lagi saya akan menjemputnya. Saya minta alamatnya."

"Baik, saya akan kirimkan alamatnya." 

Lihat selengkapnya