Tahun ajaran baru telah dimulai. Setelah beberapa bulan luntang-lantung hanya menjadi sampah masyarakat -pengangguran, akhirnya aku diterima di sebuah sekolah negeri di kota ini. Bisa dibilang kota, tapi pantas juga dikata desa. Sebuah sekolah kecil, mewah alias mepet sawah. Tak apalah, minimal aku pensiun jadi sampah.
Hari pertama sekolah akhirnya tiba. Serangkaian seleksi telah kulewati, tinggal beradaptasi yang dirasa cukup sulit untuk kulompati.
Menjadi seorang introvert, pemalu, dan malu-maluin memang tak pantas menjadi guru. Apalah daya, keadaan seolah memojokkanku. Rencana yang tak terorganisir membuatku kesal sendiri menghadapi kenyataan ini.