Black Turtle

Puji Utami
Chapter #9

Samar

Mahesa Davin Apriansyah PoV

Sebuah bunga tidur saja tak selamanya indah. Apalagi saat alam bawah sadar tak mampu meyakinkan alam atas sadar untuk sadar. Keringatku mengucur, mimpi buruk itu datang lagi.

Efeknya, kepalaku terasa berat, mata berkunang-kunang, nyeri.

Sampai azan Subuh berkumandang tak sedetik pun kurasa terlelap tidur. Meski tubuh ini kurebahkan, rasa nyaman tak kurasakan.

Tubuhku terasa panas, tapi kulitku dingin. Demamku juga tak kunjung menurun. Apa yang terjadi padaku?

Pintu kamarku terketuk.

"Mas, tumben nggak ke mesjid?" Suara seorang lelaki di seberang pintu kamarku terdengar jelas.

Seorang pahlawan tanpa jasa yang membesarkanku hingga kini.

Beberapa menit lengang, aku tak kuasa bersuara keras. Gigilanku semakin menjadi.

Pintu kamar terbuka, seorang pria berkulit legam karena sering tersengat panasnya mentari terkaget melihatku menggigil di atas kasur.

"Astaghfirullah, Ibuu, Arfaan, ke mari cepat!" Teriak lantang seorang itu yang tak lain adalah ayahku.

"Raa... Raaa... Raa..." 

"Astaghfirullahal'azim Mas Davin kenapa, Pak?" Suara ibuku terdengar khawatir. Aku masih setengah tak sadar.

"Mas Davin, sadar, Nak. Kita ke rumah sakit, ya?" Kata ibuku pelan.

Aku hanya menggeleng menimpali sebisaku.

"Raa, kamu di mana? Ra...." Rengekku tak sadar.

Hingga waktu duha tiba, aku masih tak mau beringsut dari kamar. Aku tak apa-apa, hanya demam biasa.

Kompres hangat membalut dahiku, ibuku dengan kekhawatirannya masih duduk diam di dekatku, memangku semangkuk bubur hangat bersiap menyuapiku.

Boro-boro untuk makan, untuk membuka mata saja rasanya berat sekali.

"Raa... Raa..." Rengekku terus-terusan.

Lihat selengkapnya