Pagi ini, beberapa murid berseragam sekolah SMA Cakrawala berhamburan saat jam kosong. Seperti yang dilakukan Kelas IPA 2 saat pelajaran Matematika yang harusnya menguras otak mereka, ternyata hari ini gurunya tidak hadir. Termasuk siswi yang berkemeja lengan panjang dengan rompi warna abu-abu serta rok motif kotak-kotak selutut itu, sedang mengarah ke taman. Kakinya yang jenjang dengan kaos kaki panjang, kini menyusuri titik fokusnya ke tengah-tengah taman dengan tangan yang memegangi kotak makanan.
Sudah jadi kebiasaan setiap hari. Dia akan memberi makan kucing sekolah. Itu sebabnya juga ia memilih keluar di jam kosongnya ini untuk menemui kucing itu. Namun, alih-alih menemukan kucing, ia justru malah mendapati seorang siswa yang kesulitan memanjat tembok belakang. Tanpa berpikir panjang, cepat-cepat ia berteriak memergoki orang itu. Berharap dia tidak keburu kabur dari area sekolah.
"Woy!"
Brukk!
"Aduhhhh, Mommy. Pantat gua!"
Seorang siswa yang meringis akibat terjatuh dengan posisi duduk itu pun mengelus-elus pantatnya. Merasakan rasa sakit. Siswa itu lalu berdiri cepat-cepat. Alisnya yang tebal terangkat sebelah dengan tatapannya yang tajam. Ia mengibaskan poninya sebentar.
"Gila ya lo!" komentar si siswa itu, mata mereka saling bertemu pandang sekarang. "Ngagetin gue kayak gitu, lo mau bikin gue celaka?" sehelai spanduk sebesar pintu jatuh di belakang tubuh si siswa. Menutupi rumput di bawahnya.
"Salah siapa lo di situ," sahut si siswi, ia tidak terima dengan ucapan siswa itu yang terdengar ngegas. "Kayak gak ada kerjaan aja manjat-manjat tembok kayak gitu?! Mau bolos, ya?" tuduhnya.
Siswa itu melangkah semakin mendekat. Tapi tiba-tiba dadanya malah panas. Detak jantungnya malah berdentum sedikit lebih cepat dari biasanya. Ia perlahan mundur, detak jantungnya kembali normal. Lalu ia kembali menatap si siswi tadi.
"Sembarangan kalo ngomong! NUDUH ORANG TANPA BUKTI ITU VIRGOUN-eh ralat kok virgoun sih." Ia menepuk mulutnya yang salah berucap. "Maksud gue NUDUH ORANG TANPA BUKTI ITU FITNAH NAMANYA," lanjutnya.
Sejurus kemudian siswi itu menyadari sesuatu. "Eh, lo bukannya yang tadi pagi fotoin gue kan? Oh! Gue tahu. Lo pasti penguntit atau nggak paparazi, iya kan?!"
Si siswa terlihat berpikir dan bicara tanpa suara "Paparazi?" apa itu semacam dukun yang membantu persalinan?
"Oke. Gue emang yang fotoin lo tadi pagi, tapi gue bukan penguntit, apalagi-apa tadi lo bilang-paparazi ya. Apalagi itu. Gue emang peramal tapi gue bukan dukun beranak."
Bodoh! Paparazi itu bukan dukun beranak. Tapi juru foto.
"Terus kalo bukan penguntit, mau apa lo di sini?!" sengit si Siswi dengan mata melotot.
Siswa itu berdecak. "Mau nolongin kucing. Noh!" telunjuknya, mengarahkan tatapan si siswi ke arah kucing di dahan pohon. Dia jadi kesal sekarang, karena yang didapatkannya bukan kucing, melainkan luka akibat terjatuh. Dan penyebabnya adalah siswi galak di depannya ini-yang telah menggagalkan aksi heriod-nya menyelamatkan kucing.
"Eh, yang harusnya nanya itu gue lho. Ngapain lo di sini? Ini kan jam masuk. Bolos ya lo? Hayo..." tatapan siswa itu berubah horor untuk menakut-nakuti si siswi.
Si siswi mencebikan bibir. Lantas kembali menatap cowok itu dari bawah sampai ke atas. Aneh! Batinnya. Disaat semua cowok berlomba-lomba bergaya keren dengan memakai jaket jeans atau bomber ke sekolah, cowok ini justru memakai jubah sampai ke pergelangan kakinya. Dan dia pantas disebut dukun abal-abal. Jangan lupakan juga dengan penjepit rambut di poninya serta ransel bentuk kartun Spongebob yang dikenakannya itu.
Dasar Konyol!
"Asal lo tahu ya, kelas gue sekarang lagi gak ada guru. Dan lagian gue ada alasan kenapa gue di luar. Karena gue mau ngasih makan itu kucing," tutur siswi itu penuh penekanan.
"Kalau gue... Gue...."
"Apa? Lo kenapa? Jangan bilang guru lo gak hadir juga ya, itu tandanya lo ngikutin alasan gue."
"Gue -kan udah bilang mau nolongin kucing. Tadi kebetulan gue lewat sini, terus karena lihat itu kucing di atas ya gue mampir bentar lah buat nolongin."
"Alasan aja lo. Lagian, tuh di sana ada tangga. Ngapain manjat-manjat, mau niruin gaya Superman?!"
Siswa itu menoleh pada tangga yang berdiri di dekat gudang. Ia lalu terkekeh geli dengan ucapan siswi di hadapannya ini. "Baru tau gue Superman manjat tembok," kemudian ia mencondongkan tubuhnya mendekat. "Heh, Nyonya galak. Superman itu terbang, bukan manjat. Lo kira dia laba-laba apa."
Siswi itu memberi jarak dengan melangkah mundur. "Jauh-jauh dari gue!" ringisnya.
"Kenapa? Deg-degan ya kalo deket sama gue?" Lagi-lagi siswa itu terkekeh minta ditonjok.
"Geer!"
Siswi itu memasang ekspresi jijik bukan main. Sedangkan siswa itu mulai melangkah untuk mengambil tangga yang tidak tahu, kenapa bisa ada di pojokan. Mungkin ada yang sengaja menaruhnya di sana.
"Lagian ya, gue mana tau kalo disitu ada tangga," ucap siswa itu. Setelah kembali lagi kehadapan si siswi. Dan mulai menaiki tangga. "Tapi, makasih lho udah perhatian sama cowok cakep kayak gua," lanjutnya, sambil memetik mangga di pohon dan meraih kucing berbulu orange. Lantas dia kembali turun dengan cara meloncat.
"Dih, pe-de banget lo!"
"Wih haaaruuuus dong!"
Siswa itu menurunkan seekor kucing dari tangannya ke tanah dan memberi mangga ke tangan si siswi. "Nih, buat lo. Anggap aja tanda perkenalan dari gue." Diakhir kalimatnya, siswa itu mengedipkan sebelah matanya ke arah si siswi, kemudian berbalik memanjat tembok lagi.
"Heh, mau kemana lo, katanya tadi gak ada niatan bolos?" kecam si siswi.
Siswa itu turun diseberang tembok dengan perlahan. Menyisakan separuh tubuhnya. "Gue mau beli plester di warung depan. Lo pikir gue bisa ludahin pantat gue sendiri buat ngobatin luka?"
Siswi itu bergidik ngeri membayangkan itu. Lagian kenapa dibayangin sih Bambang?!