Hito itu bukan korban terkenal karena prestasinya di bidang akademik atau keonarannya. Meski begitu, para siswi tetap memuja tubuhnya yang lebih pantas disebut atletis. Mereka tetap mendukung apapun yang dilakukan Hito. Meski Hito juga tidak terlalu mencolok di setiap kegiatan olahraga bola. Namun, ada satu fakta yang membuat Hito digilai beberapa siswi di sekolah. Bahkan hanya dengan mengandalkan duduk saja, Hito sudah di cap Dewa Apel-karena makan buah Apel hijau sambil memainkan bidak-bidak di atas papan dengan 42 petak berwarna hitam dan putih dengan sangat tanggap.
Menurut kamus KBBI; Permainan olahraga ini dilakukan oleh dua orang, dilengkapi dengan buah catur sebanyak 16 buah berwarna hitam dan 16 buah berwarna putih, masing-masing terdiri atas 8 bidak (pion), 2 benteng, 2 gajah, 2 kuda, 1 permaisuri atau wazir (perdana menteri) dan terakhir 1 raja.
Ya. Hito sangat mahir main catur dan biasanya dia melawan bapak-bapak pos ronda. Tetapi untuk kali ini, dia kembali bertanding dengan Pak Imron. Si wakil kepala sekolah.
Beberapa murid mengerubungi pasangan siswa dan guru itu. Mereka nampak serius sekali menjadikan bidak catur sebagai objek yang mesti diamati.
Hingga tiba-tiba ....
"Sekakmat!"
Semua orang bersorak. Mereka saling bertos saat Hito memenangkan catur yang ke-20 kalinya melawan Pak Imron.
Lain halnya dengan Pak Imron yang justru mendesah berat dikalahkan murid pembuat onar di sekolah. Guru Sejarah itu malah menjambak rambut putihnya dengan frustasi. Seluruh penonton bahkan disuruh bubar olehnya cepat-cepat.
"Kamu memang hebat Ato. Bapak akui kamu memang hebat. Tapi Bapak belum menyerah. Kapan-kapan kita tanding lagi ya," pria itu menepuk pundak Hito satu kali disusul bangkit dari kursi.
"Beh, mau kemana?"
"Saya ada urusan, Ato."
"Kalau gak salah tadi ada perjanjian deh."
Pak Imron yang paham maksud dari ucapan Hito, langsung merogoh saku celananya. Mengeluarkan dompet tua dan memberinya uang selembaran.
"Bagi-bagi," katanya, seraya pamit pergi.
Hito mengecup kertas itu. "Thank you, Beh," sembari melambaikan tangan dengan riang.
"A, lo memeras orang tua, awas ntar kualat, lho." Dika memperingati.
"Gue gak memeras. Gue cuma ingatin Pak Imron nepatin janji. Dia nantang gue dengan perjanjian kalau dia menang kita dilarang bolos selama dia mengajar dan kalau dia kalah duit gocap melayang. Dalam hal main catur, menang kalah itu resiko."
"Kita cabut ngantin!"
⚠⚠⚠⚠
"Bersama, Sarageni. Mengajarkan ku, apa artinya kenyamanan... ketulusan, kekompakan, kebersihan, keikhlasan, kesabaran, kesejahteraan, keharmonisan, kejujuran, keonaran, kemanusiaan, kelucuan, kehebohan, kesuksesan, ketampanan, kejantanan, kesempurnaan cintaaaaaa♪♪♪"
"Kagak kebanyakan itu, Jok?" celetuk Hito yang mengiringi salah satu suara sahabatnya dengan petikan gitar.
"Biasanya dia bisa sampai ribuan kata kerja di kamus KBBI," bisik Dika.
Seperti biasa, para murid selalu memenuhi kantin SMA CAKRAWALA pada saat jam istirahat untuk mengantri dan membeli makanan. Beberapa murid normal mungkin akan lebih memilih duduk di bangku untuk menyantap makanan dengan khidmat. Tapi untuk murid tidak normal, maka akan melakukan keonaran seperti yang dilakukan tiga cowok anak kelas XI IPS 2 dan dua cowok anak kelas XI IPA 2.
Sarageni-julukan Geng-nya oleh seisi sekolah. Mereka selalu mengadakan konser dadakan di pojok kantin dengan gitar dan beberapa ember hasil pinjam dari Mang Eye tukang bersih-bersih. Mereka juga memiliki julukan masing-masing yang hanya boleh digunakan oleh anggota geng Sarageni.
Pemilik nama panjang Alhito Pradipta (Ato) cowok itu sedang memetik senar gitar yang diiringi dengan suara pukulan ember yang diciptakan Arka Mahardika (Doko) dan Jordi Yuriko (Joko) mengeluarkan suaranya yang false serta serak-serak becek sesuka hatinya, dia juga tidak lupa bergaya ala penyanyi papan atas yang naik ke meja kantin untuk menyalami tangan para fans-nya. Lain halnya dengan Indra Adijaya (Indro) yang hanya tersenyum tipis sebagai penonton setia atau lebih tepatnya terpaksa menikmati makan sambil mendengarkan suara Jordi yang lebih mirip radio rusak. Sementara Billy Mahendra (Billy) satu-satunya cowok yang sebenarnya hanya terpaksa terseret dengan kegiatan absurd Sarageni. Cowok itu bahkan hanya diam seribu bahasa dan menyimak. Mungkin bisa dibilang, hanya dia juga yang paling normal diantara mereka. Lagipula ia ikut ke sini karena ada Dika-teman satu kelasnya.
Sebagai lagu penutupan, Jordi menyanyikan lagu Kasih Sayang Orang Tua dari vokalis Mawang dan melemparkan sapu dari tangan kanan ke tangan kirinya dan mengedipkan mata bak Elvi Sukaesih kearah beberapa siswa yang sedang duduk menatap horor padanya. Sudah dipastikan para siswa itu muak melihat tingkah Jordi yang kelewat katrok.
"Indro, lo makan udah kayak orang yang gak pernah makan satu tahun aja." Dika menaikan alis melihat bagaimana Jay makan.
Jay membalas dengan mengangkat bahu terlebih dulu, lalu menjawab dengan mulut penuh. "Indrho laghi masha pertumbuhan, Kho"
"Pertumbuhan apa lagi? Itu badan lo udah hampir ngalahin Kodok Zuma" Dika hanya geleng-geleng kepala dan Jay hanya nyengir saja. Sementara Hito dan Jordi sedang menggoda Anabel anak kelas sebelah. Membuat siswi horor itu memerah dengan salah tingkah. Mereka berdua juga kompak bertos ria dan tertawa bodoh setelah cewek itu pergi dari kantin.
Billy, yang sejak tadi kalem adem ayem selalu tidak perduli dan tidak ikut campur urusan orang lain. Termasuk empat cowok bodoh di depannya ini. Kalau saja Dika tidak mengajaknya, mana mau dia berada satu tempat dengan mereka. Apalagi si Hito.
Dan Dika juga sebenarnya cuma kasihan saja melihat Billy lebih sering sendirian, mengingat cowok itu hanyalah siswa irit bicara yang dijauhi murid-murid karena bersikap dingin terhadap semua orang. Mungkin selama di sekolah, hanya Rhea dan Agatha saja yang menemaninya. Sementara dua cewek itu sekarang sama-sama sedang datang bulan, sehingga cara paling baik adalah menyingkir dari mood mereka yang sedang tidak baik.
"Jok, itu bukannya Malika si kekasih gelap lo ya?" Dika mengarahkan tatapan Jordi pada dua siswi jauh dari mereka.
"Wah, sama cowok lain tuh. Kalau gue jadi elo ya, gue hajar tu cowok." Hito ikut mengompori.
Jordi yang sejak tadi asik merayu siswi lain, kali ini terdiam. Ia melihat siswi yang ditunjuk Hito dan Dika dari kejauhan. "Biarin. Cewek gue masih banyak. Ada selosin tuh di sekolah sebelah," balas Jordi tidak perduli. Ia bicara seolah memang tidak perduli, tapi Dika yakin kalau dia sebentar lagi akan menemui Malika dan bilang putus padanya. Lalu dengan mudahnya dapatkan cewek lain. Meski terpandang sebagai cowok Playboy, Jordi tidak pernah mau diselingkuhin cewek. Catat!
Hito dan Jay kompak menjulurkan lidah tanda meremehkan. Sampai sisa makanan di mulut Jay pun muncrat.
"Kalian enggak percaya?" ucap Jordi lagi. "Emangnya elo, A. Muka ganteng, kulit putih, masih aja jomblo," katanya, menyindir Hito.
"Mending jomblo lah daripada playboy tapi alay," cibir Dika yang kini mulai bersuara setelah diam beberapa saat. Sontak Hito mengajaknya tos untuk menyetujui ucapannya itu. "Aku padamu, Ko."