MATA Icha memelotot saking kaget nya melihat nama Arga tertera dan menjabat sebagai bendahara Paskibra. Biodata semua murid Paskibra, tertera jelas dalam dokumen yang diberantakan oleh cewek tadi.
"Ih tu cewek gak jelas banget sih? apa coba tujuan nya nge-berantakin berkas penting kayak gini?" Icha bermonolog.
Tangan Icha berhenti untuk membuka berbagai lembaran lembaran yang sudah berubah warna menjadi kuning itu, karena kepala nya merasa sedikit pusing. Badannya untuk bergerak saja terasa amat susah.
"Eh ini bukannya cewek tadi ya? Iya ini biodatanya. Nama nya... Kire-"
Brukk....
Semua cahaya mulai pudar, hanya tersisa beberapa bias cahaya yang dapat Icha lihat. Kepala nya pusing sekali. Seketika badannya terasa jatuh ke atas kasur. Sangat dingin. Hingga akhirnya, warna hitam memeluknya.
....Sepertinya, Icha pingsan.
=================
"Lo mau kemana ,Ga?"
"Mau nyusul si Icha."
Rivan yang melihat hanya bisa melongo tak percaya. Baru kali ini Ia melihat sahabatnya menghampiri seorang cewek. Biasanya, Ia menolong bila dalam kondisi super darurat.
Arga berlari setengah tergesa-gesa karena hujan turun dengan deras. Yang tadinya hanya beberapa bulir air, sekarang berevolusi menjadi banyak bulir air.
"Ini kenapa pintunya kebuka? Icha masih di dalam gak, ya?" tak mau berlama lama, Arga menarik setengah pintu yang terbuka dan kini pintu itu terbuka sempurna.
Sosok yang tampak di mata Arga adalah seorang cewek tergeletak di lantai. Itu Icha. Arga dengan cepat langsung menuju ke tempat Icha pingsan. Ia tak tau alasan apa Icha pingsan. Yang ia lihat tadi dengan Rivan adalah : Icha sedang membuka berbagai berkas.
Arga memboyong tubuh Icha yang mulai dingin. Perasaan Arga mulai tak enak. Bercampur rasa bersalah karena Ia terlambat datang. Rasa khawatir itu selalu ada. Arga langsung berlari menuju ke sebuah tempat yang berdekatan dengan Ruang Guru. Dimana lagi jika bukan di UKS.
===============
Warna pertama yang dilihat Icha adalah putih. Semakin lama semakin nampak kipas angin berputar di atas warna putih itu. Icha sudah membuka mata nya. Ia benar benar terkejut saat melihat dirinya ada di dalam sebuah ruangan minimalis yang didominasi oleh warna putih.
Icha menengok ke kiri. Tertera dengan jelas tulisan 'Unit Kesehatan Sekolah'. Icha tau tempat ini. Dari dulu Ia paling tak suka ruangan ini. Baginya, UKS adalah ruangan khusus murid yang sakit dan memiliki sebuah penyakit. Dan Icha tak mau termasuk ke kategori itu.
Icha bangkit dari tempat istirahatnya. Ia menengok ke sebelah kiri, nampak seorang pria tengah bermain gitar dengan nada yang terbilang cukup bagus. Sayangnya Ia tak dapat melihat jelas siapa dia, karena tertutup korden.
Kaki Icha melangkah turun dari brankar saat suara gitar semakin kencang. Ia yakin ini bukan mimpi. Walaupun banyak warna putih di ruangan ini, Icha percaya ini bukan mimpi.
"Halo, ada orang disini?" Icha menyibak korden yang menutupi lelaki itu. Tak perlu jaga image, Ia sangat penasaran dengan orang yang memboyongnya ke UKS ini.
Jika ini mimpi, tolong bangunkan Icha sekarang. Karena tak mungkin baginya, kakak kelas nya-Arga, sedang bermain gitar di dalam UKS. Setahu Icha, kakak kelas nya yang satu ini sangat taat peraturan. Tak pernah membolos pelajaran, sangat cerdas di bidang akademik maupun non akademik. Ia tahu ini semua karena Letta yang sering update.
Arga menoleh ke arah Icha. Ia sudah tau kalau dibelakang nya itu Icha. Dan Arga sengaja memberhentikan bermain gitar kesayangannya.