ICHA duduk sendiri di bangku dekat balkon rumahnya. Ia sangat bosan hari ini. Yap, tepatnya hari ini hari libur sekolahnya. Ia bingung untuk melakukan apa. Disisi lain, Ia juga cemas akan kertas yang tertinggal di lembaran buku perpustakaan.
Matanya menerawang lurus ke depan, menatap ramainya Ibukota hari ini. Ditambah terik matahari yang membakar kulit. Entah sudah berapa jam Icha duduk di bangku balkon.
Icha merogoh saku celananya, dan menemukan benda pipih yang sedari tadi Ia campakkan. Tangannya mulai mengetik sesuatu di keypad ponselnya.
ICHA RAVEENA: Letta nih anak baik deh :)
LETTA JOVANKA : Apaan lo? pasti ada maunya? ya kan?
Icha raveena : Nih anak suudzon mulu ya?
ICHA RAVEENA : Lagibaik salah, jahat salah.
ICHA RAVEENA : Maunya apa eneng Jengkel gue!
Letta Jovanka: iya, iya. Sekarang lo mau apa?
IchaRaveena: Lo kesini deh, Ta. Gue bosen nih.
Gue mau curhat.
Letta Jovanka: Giliran ada maunya, gue suruh kesana
kalau gak ada maunya, gue dicuekin.
Icha raveena: Buruan sih, ah! lama amat!
Letta Jovanka : Iya Iya bawel. Nih gue otw.
Icha memasukkan kembali benda pipih itu ke dalam saku celananya yang berwarna pink ditambah gambar strowberry yang menambah kesan imut.
Pandangannya menerawang lurus ke depan lagi. Kali ini Ia mengingat kejadian dalam ruang sekretariat beberapa hari yang lalu. Ia merasa khawatir dengan nyawa Arga jika berurusan lagi dengan cewek itu.
"Icha, kok ngelamun disitu, Nak?"
Lamunan Icha buyar mendengar suara yang dikenalnya, Mama kesayangannya.
"Gak pa-pa kok,Ma. Icha baik-baik aja," sergah Icha cepat. Tak mau Mamanya itu khawatir. Desta mendekati anaknya yang tampak murung itu. Ia mengambil duduk di bangku kosong dekat dengan anaknya.
"Ayo, Cha. Cerita sama Mama, kau kenapa?" tutur Desta lembut sambil mengusap puncak kepala Icha.
Icha menatap Mamanya dengan lekat. "Ma, gimana sih rasanya suka sama laki-laki?" tanya Icha dengan polosnya. Jawaban dari Icha hanya mendapat tawa kecil dari Mamanya.
"Kau ini, ada ada saja. Emang siapa yang kau sukai, Nak?" Icha menggeleng cepat. Tak ingin Mamanya tau rahasia tentang kisahnya dengan si kakak kelas.
"Oh ya Cha, kapan kau mulai ekstra Pasbar?"
"Mulai Senin,Ma"
"Kau harus maksimalkan ekstra itu ya,Icha. Mama gak ingin nilai ekstra kamu di raport ditulis dengan tinta merah. Kau paham,Nak?"
Icha mengangguk pasrah dengan suruhan Mamanya.