SUDAH terhitung seminggu, Icha menempati SMA Andromeda ini semenjak kegiatan MOS berakhir. Seperti saat ini, Icha sedang berjalan gontai menyelusuri koridor sekolah yang tengah sepi.
Ia merasa bosan dengan kegiatan tangis-menangisnya yang tak kunjung berhenti tadi malam. Untung sekarang Ia sudah bisa mengendalikan diri agar tidak lagi mengeluarkan cairan bening dari matanya.
Saat Ia berjalan menuju kelas, tiba-tiba ia dikejutkan dengan tepukan di bahu kanannya. Refleks, ia pun menoleh ke belakang.
"Gue kira siapa, ternyata lo," ucap Icha, santai.
"Muka lo ditekuk mulu,Cha. Kenapa? ada masalah?"
Hening. Tak ada jawaban dari Icha yang tengah larut dalam lamunannya. Fina pun yang melihat sahabat barunya hanya bisa diam sambil merasa tak enak hati.
"Gue bakal ada kejutan buat lo,Cha," pekik Fina dengan antusias yang menghiasi wajahnya. Fina, cewek yang berkulit bersih, rambut dikuncir dua, dan berkacamata itu tengah bahagia hari ini.
Icha memberhentikan langkahnya tepat di depan ruang UKS. Ia menolehkan kepalanya menatap Fina, sahabat barunya. Ia tak mau mengacuhkan Fina karena egonya yang berlebihan.
"Kejutan apa itu, Fin?"
"Nanti lo liat aja, Cha. Tunggu aja. Oke?"
Icha mengangguk, lalu Fina berlari meninggalkan Icha yang tengah bingung menatap punggung Fina hilang di pandangannya. Icha melanjutkan langkahnya yang sempat terintrupsi oleh ocehan Fina. Kini mood nya untuk berbicara tengah buruk.
Icha mendaratkan pantatnya di atas bangku kayu yang mulai berderit itu, lalu meletakkan tasnya di atas meja. Sedetik kemudian, ia melipat tangannya di atas tas biru yang didominasi oleh gambar bunga-bunga yang menambah kesan cute.
Icha tertidur pulas dalam mimpi indahnya. Hingga tak terasa, semua siswa-siswi mulai berdatangan. Termasuk sahabat Icha yang bawel. Siapa lagi jika bukan Letta?
Letta duduk tepat di sebelah Icha yang tengah tertidur pulas tanpa memperhatikan dirinya yang sudah datang.
"Cha, bangun, udah hampir bel masuk nih," Letta menggoyangkan lengan Icha sedikit keras. Ia tau betul jika Icha tertidur dalam kelas. Seperti saat ini. Yap, hanya ada satu alasan bagi seorang Icha Raveena. Dan Letta tahu alasan itu.
Icha mulai menegakkan tubuhnya kembali. Rambutnya terlihat berantakan khas orang bangun tidur. Icha menolehkan kepalanya ke arah Letta. "Ada apa,Ta?"
Letta memegang kedua pundak sahabatnya itu, mencoba mengerti apa yang sedang Icha alami. "Lo kenapa,Cha? gue tau lo masih ada masalah kan. Sampai lo tidur di dalam kelas."
Icha mulai membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan dan mulai berbicara panjang lebar. Matanya sangat terlihat sayu, seperti mata panda yang kurang tidur.
"Jadi, semalam it-"
"WOI, PAK GANDY MASUK!"
Dengan terpaksa, ucapan Icha terhenti yang sejenak ingin meluapkan bebannya selama ini. Namun, bel telah berbunyi dan Pak Gandy-guru berkacamata yang menjadi wali kelas X Biologi 2 tahun ini, tengah berjalan menuju kelas mereka.
Icha dan Letta kembali membenarkan posisi tubuh mereka untuk kembali menghadap papan tulis.
"Baiklah anak-anak, kali ini saya ada satu info penting!"
Bisa kalian tebak sendiri mungkin, apa yang terjadi setelah Pak Gandy mengucapkan itu. Yap, semua siswa mulai berbisik-bisik apa yang akan guru tua yang usianya kepala tiga itu dan ditambah kacamata baca yang bertengger di atas hidungnya.
"Kalian semua diam, atau saya tak akan menjelaskan apa tujuan saya masuk kesini!" bentak Pak Gandy hingga membuat semua murid menjadi diam tak berkutik.
"Baiklah, saya akan mulai menjelaskan tujuan saya kesini," jeda Pak Gandy sejenak dan menghela napas pelan. "Saya akan memperkenalkan kalian semua pada murid pindahan kelas X IPS 3."
Semua anak mulai berkicau kembali bak burung perkutut yang sedang mencari makan.