ARGA menatap manik mata Icha dengan lekat. Membuat Icha harus merasa risih sendiri melihat tingkah aneh Kakak Kelasnya itu. Icha dan Arga sudah sampai di belakang perpustakaan. Disana, hanya ada mereka berdua. Mereka duduk saling berhadapan.
"Jadi, Kak Arga mau bicara apa?" ucap Icha terbata-bata. Ia bingung harus memulai topik dari mana.
Arga menatap manik mata Icha sekilas. "Gue mau bilang sesuatu, tapi lo harus diem, sampai gue selesai cerita."
Semua pertanyaan, mulai muncul satu persatu di benak Icha. Ah, kenapa cowok ini selalu membuatnya bingung?
Icha hanya mengangguk pasrah seraya menatap sungguh Arga.
"Jadi, lo mau gak jadi pacar gue?"
Degg!
Sempat terjadi keheningan di beberapa detik setelah Arga mengatakan itu. Lawan bicaranya, hanya bisa menganga tak percaya dengan apa yang dikatakan Arga barusan. Detak jantungnya, berpacu dengan cepat. Seperti sedang berlari marathon.
Icha tersenyum simpul, senyum sinis. Bagimana mungkin, seorang cowok yang baru dikenalnya satu minggu, sudah menyatakan perasaannya secara terbuka? mustahil bagi Icha.
"Kak Arga bohongan ya? gak lucu ah, Kak," omel Icha masih dengan senyumnya.
Arga yang sedang bingung dengan ucapannya sendiri langsung menyanggah pikiran buruk Icha terhadapnya.
"Beneran, Cha. Tapi....," jeda Arga sejenak,"cuma jadi pacar pura- pura,Cha. Tujuan gue ngelakuin ini hanya untuk menghindari Kirey. Lo tahu Kirey kan?"
Icha mengangguk.
"Jadi, Kirey itu suka sama gue. Tapi, gue gak suka sama dia. Beneran Cha, gue gak bohong. Nah Kirey selalu ngejar-ngejar gue. Gue risih sama dia yang selalu ngejar-ngejar gue dengan cara paksa."
Mata Icha membulat. Sempurna. Seharusnya, ia tak terkejut sekarang, karena faktanya, Kirey memang sudah pernah melabrak Icha dengan tujuan menjauhi Arga. Namun, Icha tak bisa.
"Gue ngelakuin ini, dengan cara jadiin lo pacar pura-pura gue itu buat jauhin Kirey dari gue. Terdengar egois emang, tapi pikiran gue udah buntu, Cha. Cuma lo yang bisa nolongin gue. Lo mau kan terima pernyataan gue ini?" mohon Arga. Tak ada kebohongan dari mata coklatnya.
Setelah sekian lama Icha terdiam, akhirnya ia angkat bicara," Boleh Kak, Icha mau kok jadi pacar pura-pura Kakak. Tapi, gimana kalau satu sekolah tau kalau kita pacaran?"
Arga terdiam sejenak. "Kok bisa, Cha? mana mungkin?" sergah Arga cepat.
"Semua di dunia ini gak ada yang gak mungkin Kak. Seperti bumi yang bulat, banyak orang bilang kalau kapal berlayar, pasti gak akan kembali. Namun, faktanya kita akan bisa kembali ke tempat pelayaran pertama," sela Icha sebentar.
"Kak Arga kan pintar, jenius, suka dapet rangking 1 satu sekolahan. Mana coba orang yang gak kenal Kakak? bahkan, tetangga Icha yang masih kecil aja udah kenal siapa Kakak."
Sontak, mereka saling tertawa dengan lepas. hingga Arga ada satu lagi topik yang bisa mereka bincangkan.
"Cha, lo bisa mulai jadi pacar gue hari ini ya," ucap Arga memastikan.
Icha mengangguk, " Pacar pura-pura kan ya," ralat Icha. Mereka tertawa. Lebih tepatnya menertawai dirinya sendiri yang akan menjadi masa paling sedih. Bagaimana tidak? ia akan sering dihina oleh Kirey, dan mengasihani dirinya sendiri karena sudah mau menerima tawaran Arga.
=========================
Arga sedang bosan dengan malam ini. Setelah belajar hingga pukul sembilan malam, ia masih belum juga mengantuk. Ia membuka Aplikasi online. Yap, Whatsapp. Ia menscrool beranda Whatsapp namun tak kunjung menghilangkan rasa bosannya.
Arga merebahkan tubuhnya dikasur yang empuk sedari tadi menggoda matanya. Ia mulai membalas beberapa pesan. Tiba-tiba, sebuah nomor asing tertera di ponselnya.
+629638452163 : Hai, Ga. Save nomor ini ya!