BEL pulang sekolah sudah berbunyi lima menit yang lalu. Tapi, koridor sekolah masih saja penuh oleh para siswa. Entah apa yang sedang mereka bicarakan sambil berjalan, dan itu membuat koridor terasa sesak.
Icha dengan santainya masih mengemaskan barangnya. Ia tampak tak terburu-buru. Walaupun raganya di kelas, namun pikirannya beralih pada kejadian di rooftoof tadi. Rupanya, ia masih tak bisa menghilangkan momen itu.
Icha bangkit dari duduknya dan mulai melangkah mendekati pintu kelas. Sedangkan Fina dan Letta sudah pulang terlebih dahulu. Entahlah, katanya mereka ingin pergi ke toko buku.
Hubungan Letta dengan Rivan, tidak seheboh hubungan Icha-Arga. Ya, walaupun Rivan-Letta adalah couple goals, tak kalah juga bagi Icha-Arga. Mereka menyandang predikat perfect couple. Walaupun banyak haters, mereka masih bisa manangani dengan cara baik-baik.
Icha terlonjak kaget saat mengetahui Arga sudah berdiri di ambang pintu kelas dengan tangan dilipat di depan dada. Ternyata, kehadiran Icha masih belum dirasakan oleh Arga karena matanya yang masih tertutup.
"Hai," sapa Icha tak lupa dengan senyuman.
Arga yang merasa disapa, langsung berdiri tegak dan langsung menghadap Icha. "Hai juga," sapa balik Arga dengan senyum setipis kertas.
"Tumben ke kelas Icha? Mau apa?" tanya Icha heran. Karena biasanya, Arga pulang dengan ketiga kawannya itu.
"Gue mau nganter lo sampe rumah. Takut kenapa-napa," tanggap Arga santai.
"Kenapa mau nganter Icha?" tanya Icha polos.
"Biasa, takut kehilangan."
Tak usah ditanya lagi bagaimana reaksi Icha saat itu. Terkejut, blushing, malu, senang, bahagia, semua bercampur menjadi satu. Dan Icha tak bisa menilai dengan kata-kata.
"Udah, gak usah mikir lama-lama. Mikirin gue aja nanti. Ayo," ajak Arga sambil menggandeng tangan Icha sebelah kanan. Icha hanya menurut pasrah. Entah lah, salahkan saja otak Icha, yang menuruti kakinya untuk melangkah bersama Arga.
======================
Fina dan Letta baru saja keluar dari kamar mandi. Mereka hendak melangkah keluar dari kamar mandi. Namun, langkah mereka terintrupsi saat seseorang memanggil nama Letta.
"Letta!" pekik seorang cewek dari arah belakang mereka. Letta dengan spontan langsung menoleh ke belakang diikuti oleh Icha. Cewek yang memanggil nama Letta tadi, lantas berlari kecil menghampiri mereka berdua.
"Eh, Anjani. Kenapa An?" tanya Letta terperangah saat melihat Anjani bernapas secara tak teratur. Seperti lari marathon saja.
"Bentar, biarin gue bernapas." Anjani menarik napas, lalu menghembuskan napasnya dengan pelan. "Lo harus ikut gue sekarang," kata Anjani setelah napasnya mulai kembali normal.
Letta yang mendengar langsung kebingungan dengan apa yang dikatakan oleh Anjani, teman ekstra tarinya.
"Bu Erlin, beliau minta lo buat ke ruangannya sekarang. Buruan deh. Lo tau sendiri kan? Tuh guru suka marah-marah sendiri kalau lo gak dateng," ujar Anjani panik.