SENYUM tak henti-hentinya menghiasi wajah Icha. Pagi ini harinya untuk kembali bersekolah. Hari Senin, juga perasaan yang baru. Ia tak mau larut dalam kesedihan.
Icha berjalan mendekati meja makan dan bergabung dengan Desta dan Kelvin yang sudah menunggu untuk sarapan bersama. Abri yang sudah siap pun langsung menduduki kursi kekuasaannya.
"Yah, si Adek imut senyum-senyum sendiri," goda Abri menaik-turunkan alisnya. Icha hanya berdecak sebal. Lagi-lagi sifat Kakaknya itu tak pernah berubah. Menyebalkan.
"Icha hari ini ada ekstrakurikuler Paskibra, kan?" tanya Desta menatap anaknya serius. Icha hanya menganggukan kepalanya. Sedangkan Kelvin sibuk dengan laptop besarnya.
"Oh, ya, Icha. Kemarin Mama lihat ada cowok yang nganter kamu pulang. Dia siapa?"
Abri menghentikan kegiatan menyantap mie goreng kesukaannya. Seketika tatapannya beralih pada Icha. "Pacarnya kali, Ma!"
"Pacar? Apa benar, Icha?" tanya Desta lagi karena Icha tak kunjung menjawab.
"Iya, dong, Ma! Kan Si Icha in-awwh." Abri menghentikan omongannya saat merasa kakinya diinjak oleh Icha. Ia mendengkus kesal.
"Bukan, Ma. Itu senior Aku. Dia anggota Paskibra juga," jelas Icha menatap sinis ke arah Abri. Desta mengulum senyum senang pada Icha yang mengatakan jujur.
"Abri, kamu gak boleh begitu, ya. Nakal banget sih kamu," tegur Desta pada Abri. Abri menekuk wajahnya kesal sedangkan Icha hanya tertawa.
Icha bangkit dari duduknya dan mengambil tasnya. Ia pun berpamitan pada Desta dan mencium punggung tangan Ibunya itu.
"Ayo, Pa. Kita udah hampir terlambat nih," desak Icha terlebih dahulu meninggalkan meja makan. Kelvin menutup laptopnya dan segera merapikan berkas miliknya.
Icha duduk di teras rumah dan mengambil sepatu hitam polos miliknya itu. Ia memakai sepatu dan membuat simpul tali yang mudah dilepas. Seketika pandangannya teralihkan pada sepasang sepatu dihadapannya.
Icha menghentikan kegiatan menali sepatunya dan mendongak melihat pemilik sepasang sepatu. Sepertinya sepatu cowok. Betapa terkejutnya saat melihat seorang cowok tengah melipat tangannya di depan dada. Cowok itu tersenyum pada dirinya.
"Kak Arga?" pekik Icha sedikit keras. Sedetik kemudian, ia menutup mulutnya karena berteriak dengan keras. Itu bisa membuat kedua orangtuanya bisa mendengar. Apalagi Abri.
Icha berdiri dan mendorong Arga menuju tembok samping rumah. "Ih, Kak Arga ngapain disini?" teriak Icha kesal. Sedangkan Arga terkekeh kecil.
"Gue kan mau jemput lo, Cha. Lo gak lihat tuh," tunjuk Arga pada motornya yang terlihat di depan pagar rumahnya, "motor kesayangan gue udah siap tuh, nganter princes." Arga mencolek dagu Icha pelan tapi mampu membuat Icha sesak dada.
"Ih, Kak Arga! Nanti kalau ketahuan sama Mama gimana?" tanya Icha kesal pada Arga.
"Icha! Papa udah siap nih!"
Suara Kelvin menggema di dalam ruang tamu. Icha mengeluarkan keringat dingin. Bagaimana kalau Arga ketahuan sekarang? Icha melangkahkan kakinya menuju Kelvin dan tersenyum pada Papanya yang tengah memakai sepatu.
"Icha? Kamu kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Kelvin heran. Perilaku anaknya ini tak seperti biasanya.
"Papa, Icha gak jadi dianter deh. Icha bisa-"
"Assalamualaikum."
Suara itu menghentikan omongan Icha. Seketika ia terkejut saat mengetahui siapa pemilik suara itu. Icha menutup matanya dan menggigit bibir bawahnya takut. "Mampus gue!" gumam Icha.
Kelvin berdiri dan berjalan menuju Arga. "Waalaikum salam. Ada apa, ya? Cari siapa?" tanya Kelvin ramah. Sedangkan Icha menahan rasa takutnya dengan menghadap membelakangi Arga.
"Permisi, Pak. Saya Arga, pacarnya Icha. Saya mau berangkat bareng ke sekolah bareng sama anak cantiknya Om."
Kelvin sukses dibuat terkejut dengan pengakuan seorang pria di hadapannya sekarang. Kelvin melirik ke belakang, dan menemukan Icha menyengir lebar ke arahnya.
"Mama! Anakmu punya pacar!"
Suara teriakan Kelvin mengundang Desta dan Abri secara bersamaan dari ruang makan dengan berlari kecil menghampiri Kelvin. Desta terbelalak kaget. Sama dengan Abri yang memandang asing lelaki di hadapan Kelvin.
Desta menghampiri Icha dan berjalan menuju Arga. Kini Icha berdiri dengan perasaan ketakutan. Antara Desta akan marah tau malah suka?
"Kamu benar, pacarnya Anak saya?" tanya Desta ragu-ragu. Alis kanan Desta terangkat dan beralih pada Icha. Sedangkan Arga hanya menganggukan kepala tanda meng-iyakan.
"Saya Arga, Tante. Saya ini senior Pasbar, sekaligus pacar Icha," jelas Arga pada Mamanya Icha.
Arga mengedipkan sebelah matanya pada Icha memberi kode untuk menyetujui ucapannya barusan. Walaupun status mereka masih pacar pura-pura. Icha mendengkus pasrah.
"Iya, Ma. Ini pacar Icha. Dia senior Pasbar Aku," timpal Icha terpaksa. Arga mengulum senyum.
"Nak Arga mau berangkat bareng ya ke sekolah?" tanya Desta ramah. Icha dan Arga mengangguk bersamaan. Abri hanya berdecak sebal.
"Saya mau ijin ya, Tante."
Desta mengerutkan keningnya bingung dengan pertanyaan Arga. Kelvin juga sama, apalagi Abri.
"Ijin berangkat sekolah bareng, kan?"
"Iya, itu yang pertama, Tan," kata Arga.