JANTUNGKU berdebar tak karuan. Butiran keringat mulai meluncur lepas di pipiku. Seluruh badanku kaku. Seolah-olah, sihir tatapan tajamnya telah membuat aku terpaku.
Sihir ketampanannya, seolah-olah musnah ketika dia menatapku dengan tatapan setajam pisau. Lebih tajam dari pisau, lebih runcing dari tombak.
Darisitu, aku tahu, bahwa aku lah, yang bersalah disini. Namun, tidak semuanya murni kesalahanku. Ini semua juga karena cowok tampan itu--yang sekarang menatapku dengan tatapan mengintrogasi.
Gawat! Dari arah kananku, seorang cowok ganteng dengan penampilan lebih style itu juga terlihat senewen denganku. Tidak hanya memandangku, pria itu juga menatap seorang cowok yang tadi menatapku dengan tajam.
Tuhan, tolong selamatkan aku sekarang, juga! Sudah ku jelaskan berulang kali, bahwa ini hanyalah salah paham. Aku hanya sedang menenangkan pria itu yang sedang bersedih. Sudah, itu saja. Tidak lebih.