Blades of Belthor

Adam Zidane Arafi
Chapter #13

13. Saudara Okuru

Malam hari merupakan salah satu waktu terbaik untuk berburu, karena hewan yang berkeliaran dimalam hari cenderung memiliki rasa yang lebih enak, walaupun disaat yang bersamaan monster-monster ganas seringkali bermunculan dan itulah alasan mengapa daging atau produk hewan nokturnal sulit ditemukan di pasaran.

Kurasa ini bukan hanya tentang berburu, namun juga latihan secara tak langsung yang Master Blanc instruksikan.

Aku memanjat pohon dan menggunakan Ard untuk merasakan pergerakan hewan disekitaran tempatku berburu. Tak lama menunggu, ada pergerakan rusa malam yang perlahan mendekat kearahku. Rusa itu cukup besar sehingga pergerakan nya mudah terbaca dan hanya memakan waktu yang tidak lama hingga aku lompat dan menghujam dengan pisau tepat dilehernya.

Satu buruan didapat, dan aku menguburnya ditanah dengan dibugkus dedaunan. Membawanya kemana-mana cukup beresiko menuntun predator kepadaku.

Jujur saja perburuan kali ini terasa jauh lebih mudah, apalagi Ard ku menjadi lebih tajam setelah semua latihan itu. Sesekali aku mebiarkan hewan kecil untuk berlalu lalang, sambil menunggu hewan yang lebih besar.

Perburuan memang agak membosankan apalagi sebagian besar waktunya adalah menunggu dan memantau, walau sebenarnya bisa saja aku menggunakan Ard untuk melesat dan menumbangkan banyak hewan sekaligus, tapi kurasa itu bukan esensinya, lagipula kalau seperti itu aku tak bisa menikmati permainan menunggu didalamnya, dan juga, siapa tau ada monster ganas yang berpapasan denganku, bisa menjadi situasi yang sangat gawat apalagi bila Ard ku dalam kondisi melemah karena terlalu sering digunakan.

Berada di hutan juga merupakan waktu yang cukup untuk menyatu dan berlatih dengan merasakan Ard yang dialirkan alam. Hembusan angin, diikuti aliran berbagai esensi kehidupan dari tanah ke pohon, beserta Ard milik hewan yang berkeliaran, semuanya benar-benar memadu dan menajamkan Ardku.

Semuanya terasa tenang hingga nampaknya, aku kurang dalam menggali penyimpanan buruanku. Kurasakan pemilik Ard yang setara dengan prajurit dewasa perlahan mendekat dkearahku. Aku belum bisa melihat wujudnya, namun aku menekan Ard ku agar tidak terdeteksi seperti saingan atau ancaman bagi sosok apapun dibalik Ard itu.

Desiran semak yang ia hasilkan terasa berbeda dibandingkan hewan-hewan buruan hasilkan. Aku semakin yakin, ini adalah monster yang cukup membahayakan. Kuhunus Night-slayer ku, dan sesosok manusia tengkorak berjalan terhuyung-huyung.

Monster ini tipe Undead, dengan kekuatannya diklasifikasikan kurasa setara dengan kelas Threat karena bisa mengancam nyawa, khususnya untuk desa-desa dengan perlindungan lemah. Hal-hal seperti klasifikasi monster banyak kami pelajari dulu, dan ini merupakan hal wajib sebelum kami diizinkan berburu oleh ayah.

Tak memakan waktu lama bagiku untuk meloncat dan menebas undead itu hingga seketika kembali menjadi residual energi berupa abu dan potongan tulang belulang. Satu hal yang kusadari, tidak biasanya undead muncul ditengah belantara. Undead pada umumnya muncul pada bekas medan perang, atau tempat-tempat keramat yang berusia cukup tua, hingga menyerap Ard yang tersebar didalam bumi dan kembali berjalan dengan dorongan penyesalan dikepalanya.

Kusadari ada yang tidak biasa, maka kucium bau hangus dari residual energi undead ini, dan kucoba menelusuri Ard lokasi asal kedatangan undead ini. Seketika perburuan ini berubah menjadi investigasi. Pikiranku dari buruan sejenak teralihkan, dan aku mulai menyusuri jejak Ard undead tadi. Selama mengikuti asal undead itu, aku menemukan beberapa bangkai hewan, dan kumpulan residual energi undead lainnya. Kurasa ada beberapa undead yang memasuki hutan, namun tak dipungkiri mereka mungkin kalah saat bertarung melawan hewan, dan hanya tersisa satu yang sanggup mencapaiku.

Jejaknya semakin pekat ketika tanpa kusadari ada seseorang yang terkapar dengan 3 undead melahap isi perutnya yang menganga. Kutebas kedua undead dengan bantuan night-slayer, dan yang ketiga dengan lemparan belati kecilku. Dengan melihat berbagai jimat yang dikenakannya, ia adalah seorang okuru. Walau sekarat, ia berusaha menyampaikan sesuatu dengan perlahan menunjuk pada suatu arah yang sama dengan sumber asal Ard undead tadi. “To..long kami..” Satu permintaan terakhir yang kuyakin diriku akan kuselesaikan.

Aku berlari lebih cepat kali ini menyadari hal itu, dan benar saja sekelompok undead menyerang pemukiman okuru ini. Terhitung sekitar puluhan undead yang menginvasi, beberapa mengacak-acak pangan simpanan penduduk dan beberapa lainnya menyerang penduduk yang tak berdaya. Aku tak akan membiarkan desa ini merasakan apa yang desaku rasakan.

Walaupun belum melalui latihan tersulit yang dibuat Master Blanc, namun latihan sebelumnya pun sudah cukup membuahkan hasil, apalagi dengan pelatihan 5 hari yang tiada jeda sedetikpun, itu semua membuat pengendalian Ard dan kekuatanku terasa lebih baik melihat caraku menghabisi 10 Undead sekaligus tanpa menyisakan luka apapun.

Kemudian kubantu warga yang nampak sangat ketakutan, dan memintanya untuk berlindung didalam rumah gubuk mereka yang masih utuh. Aku masih sempat menyelamatkan desa ini. Kucoba mencari sumber undead ini selagi mengalahkan satu dua undead yang menghalangi. Walaupun beberapa rakyat terlambat kuselamatkan, tapi keadaan dan kondisi desa mereka masih sangat baik, kuyakin mereka akan bertahan.

Kucoba mencari keberadaan paling kuat disekitar sini dengan Ardku, dan aku merasakan pecahan Ard akibat pertarungan antar 2 orang. Mengingat perkataan Sir Tak pada pertemuan aneh itu, bahwasanya hanya kepala suku okuru yang diizinkan bertarung, maka kurasa ia dengan dalang dibalik ini yang berada pada pertarungan itu. Pasti dalang yang mengakibatkan semua ini adalah seorang ahli Necromancy, ahli sihir atau mantra hitam yang berkaitan erat dengan membangkitkan undead.

Disekitar medan pertarungannya ada lebih banyak undead diluar dugaanku, sekitar 20 undead yang berdekatan. Aku rasa diriku yang sudah melalui latihan neraka dengan Master Blanc bisa menangani ini, walaupun aku tidak yakin kali ini akan bersih seperti tadi.

Kuhunus Night-slayer dan kubuat Ard ku agar menyelimuti tubuhku. Kutebas dua undead terdekat, dan memicu 3 undead lainnya untuk mengerubungi ku. Aku mengambil posisi aman sebelum menerjang dan kembali menghancurkan mereka. Tanpa henti kutidurkan 5 undead secara berturut-turut dimulai dari yang terdekat dariku. Satu undead berhasil menggapai pundakku, namun tekanan Ard ku menghancurkan tangan rapuh undead itu, dan membuka kesempatan bgaiku untuk membelah dadanya menjadi 2.

Tak dirasa, aku sudah bisa melihat pertarungan itu, namun, itu adalah pertarungan yang berat satu sisi, karena kepala desa yang nampak sudah sangat berumur itu sudah babak belur. Berkali-kali ia melesat, namun serangannya sudah cukup lambat walaupun kurasa elemen air yang ia lancarkan cukup kuat. Necromancer itu juga dengan mudahnya menghindar dan melancarkan sihir-sihir ledakkan kecil yang nampaknya sudah cukup menyulitkan bagi kepala desa itu.

Lihat selengkapnya