Blades of Belthor

Adam Zidane Arafi
Chapter #16

16. Langkah Awal

“Apakah kau serius ingin melakukan langkah itu?” Tanya Paman Mike lagi seraya memusatkan pandangannya padaku seorang. “Tentu saja.” Jawabku tegas.

“Bukankah resiko nya sangat besar dan apabila kita gagal..” “Neraka akan menimpa kita.” Ucap Kak Miya diikuti dengan Alvy.

“Kau mungkin boleh bersifat optimis Adam, tapi aku meragukan pilihan ini.” Ucap Eve seraya memegang bahuku.

Sejauh ini semua masih sesuai perkiraanku. Mereka akan menolak keras pernyataanku. Wajar saja, siapa yang tidak takut terlibat dalam suatu perang yang sangat berbanding terbalik. Apalagi yang perlu kita catat, Game of Law merupakan peperangan antar 2 pihak, yang terikat 10 hukum sementara yang berlaku bagi kedua pihak tersebut. Adapun yang menentukan hukum itu adalah dari kedua belah pihak sendiri, dengan pemberi pajak terbesar mendapatkan jatah terbanyak, mengikuti perbandingannya. Bahkan dalam kondisi yang buruk, hanya satu pihak yang menetukan kesepuluh peraturan itu. Karenanya, dengan kondisi kami sekarang, mungkin saja kami hanya mendapatkan sedikit jatah menentukan hukum nya, yang mana akan sangat merugikan kami.

“Cukup, cukup.. Aku telah merancang rencana ini sejak 3 tahun yang lalu.” Jelasku. “Aku menemui seorang sesepuh di sebuah desa yang pernah terlibat dalam Game of War 60 tahun yang lalu.”

“Dia sangat memahami Game of Law, dan mengajarkanku bahwa dalam kondisi paling terpojok pun, kemungkinan dan harapan itu selalu ada. Karenanya, apakah ada opsi lain yang bisa kita lakukan sejauh ini?” Tegasku.

“Bukankah kita bisa meminta tolong pada bangsawan lain mungkin?” Saran dari Kak Miya.

“Tentu saja sangat bisa, bilamana kita mengenal siapapun dari mereka diatas sana. Bukankah Lord Troy memiliki relasi dengan bangsawan lebih banyak daripada kita? Apalagi Yang Mulia King of Earthland telah mengunjungi kota nya.” Sanggahku.

“Kita sudah kehilangan pijakkan, tidak ada yang bisa kita andalkan, kecuali desa Belthor sendiri.”

Aku mengucapkan semua itu dengan lantang, tapi dalam saat yang bersamaan, tanganku bergemetar. Aku sadar, aku pun dipenuhi berbagai perasaan memilih jalan ini, takut akan kekalahan, marah karena ingin secepatnya membalas denda. Walau demikian, sepertinya ucapanku cukup membungkam mereka.

“Kurasa kita bisa mempertimbangkan pilihan itu.” Ucap Alvy pelan yang diikuti dengan tatapan tajam ke-3 anggota balai sementara yang lain. “Kita tidak bisa terus menerus seperti ini.” Jelasnya. “Pada akhirnya, mungkin Canaria akan menyerang kita lagi.”

“Aku sedikit memahaminya.” Susul Paman Mike. “Game of Laws, bisa menjadi kesempatan untuk kita, karena, pada akhirnya.. antara kita melawan mereka dengan sah melalui game of laws, atau kita melakukan perlawanan dengan cap sebagai teroris di mata kerajaan.” Pernyataan itu sangat kuat, dan kurasa cukup untuk membuat semua setuju dengan rencanaku.

Benar saja, setelahnya aku pun memulai pemungutan suara, semuanya pun menyetujui usulku agar Belthor menantang Canaria dalam Game of Laws.

Untuk hal lanjutan terkait, kami akan membahas nya dikemudian hari, karena, aku sangat lelah.

Aku diantar beberapa anak kecil menuju gubuk yang telah dibuat dan disiapkan untukku. Sebuah kasur dan sepasang meja dan kursi sebagai furnitur simpel didalamnya. Beberapa lilin, pena tinta, dan kertas disiapkan diatas meja. Begitupun dengan beberapa tunik yang digantung menggunakan rak kayu, sebagai pengganti peti atau lemari.

 Aku meregangkan badanku, dan kali ini, untuk pertama kalinya aku langsung terlelap. Tanpa pemikiran apapun, walau mengetahui akan ada Game of Law yang akan kami lakukan nanti.

Aku tidur begitu lama hingga suara pintu terdengar diketuk dengan suara memanggil-manggil namaku. “Adam! Adam! Bangunlah!” Ujar suara yang pemiliknya adalah Pat.

“Oke..oke.. Pat aku bangun.” Aku mengganti bajuku dengan tunik yang sudah disiapkan. Ternyata barang-barang yang kubawa pada sebuah gumpalan kain pun, sudah diletakkan pada sudut ruangan.

Aku meletakkan pisau pada sisi kiri sabukku, dan lekas meninggalkan gubuk itu.

Terlihat semua orang sudah berkumpul disekitaran rumahku. “Hey ada apa ini? Apakah pesta belum berakhir.” Ujarku disambut dengan tawa mereka. “Tidak..tidak serius, apa yang kalian lakukan?” Tanyaku lagi.

Paman Mike mendekat dan berdiri disampingku. “Adam, sudah 5 tahun sejak kita kehilangan ayahmu, Aiden.” Aku mengiyakan dan sedikit merasakan kesedihan terbesit. “Dan sejujurnya, sudah selama itu juga kami kehilangan sosok pemimpin.” Jelasnya lagi.

Kemudian ia berdiri kehadapanku, dan memegang pundakku seraya berkata. “Berdasarkan keputusan kami, balai sementara desa, dan kesepakatan seluruh penduduk desa. Kami memilihmu sebagai kepala desa Belthor yang akan memimpin kami, dan membawa kami pada kemakmuran.” Jelasnya. Pemilihan waktu yang unik karena dilakukan di pagi hari, dikala aku baru bangun tidur. Aku tidak ingin terlibat hal-hal seperti memimpin desa, namun, kondisi saat ini terlalu sulit dengan tiadanya siapapun yang mungkin bisa memimpin desa seperti mendiang ayahku dan Kak Elisa. Paman Alvero dengan kondisinya pun menghalangi kemungkinan ia bisa memimpin kami. Aku merasa terlalu muda dan tidak terlalu berpengalaman, namun Belthor telah memercayakanku, dan aku tidak akan menghancurkan kepercayaannya.

Aku mencabut pisauku dan mengacungkannya ke langit. “Belthor tidak akan lupa, Belthor kuat bersama! Aku siap memimpin kalian untuk kejayaan dan kemakmuran Belthor!” Teriakku yang mereka sambut dengan tepukkan tangan dan acungan apapun yang mereka pegang ke langit.

Lihat selengkapnya