Blades of Belthor

Adam Zidane Arafi
Chapter #19

19. Sepuluh Hukum

Derapan kuda yang membelah jalan utama kota Canaria menarik perhatian para penduduk kota, apalagi dengan bendera kerajaan yang dibawa perwakilannya. Lalu kami melewati distrik bangsawan yang pada saat itu dibakar habis para Hybrida, pembangunan nampaknya belum dilakukan kembali, tetapi para rakyat kecil banyak yang mencari sisa-sisa harta diantara abu dan sisa reruntuhan itu, walaupun setelahnya mereka harus berlarian dikejar para prajurit yang berpatroli hari itu.

Walaupun distrik bangsawan hampir tidak bersisa, namun distrik pertahanan nampak baik-baik saja.

Bangunan tinggi dengan 3 lantai yang pernah kumasuki bersama master Blanc dulu saat berlatih menyusup, masih berdiri tegak dengan beberapa prajurit yang bersantai disekitar lapangan didepannya. Beberapa prajurit yang menjaga dibagian luar nampak memberikan hormat kearah pimpinan mereka.

Setelah melewati tempat tadi, barulah kami sampai pada taman yang juga halaman depan kediaman Troy Canaria. Terdapat bangunan besar dengan 2 lantai yang tersusun dari batuan indah pada bagian luarnya.

Penjaga kediaman tersebut lantas mendekati untuk menanyakan hal terkait keramaian apa yang tiba-tiba terjadi ini. Mereka menjelaskan sesaat sebelum kami semua diarahkan pada bagian dalam kediamannya yang besar itu. Ruang tamunya nampak mewah dengan ornamen dan lukisan besar yang menghiasinya. Dari lukisan itu, kurasa itu adalah lukisan-lukisan semua pimpinan Canaria dari awal. Terdapat 4 lukisan yang tersusun, dan kurasa yang berada pada urutan terakhir adalah Lord Troy itu sendiri, landlord yang berkuasa atas Canaria sekarang.

Kami menduduki kursi yang telah mereka siapkan, dengan pihak ku dan Canaria duduk berseberangan sedang pihak perwakilan kerajaan pada sisi kananku. Aku pada saat itu hanya membawa 3 perwakilan dari Belthor, Alvy, paman Mike, dan aku sendiri.

“Kau siap adam untuk bertemu dengan dalang dibalik semua ini?” Tanya Alvy.

“Lebih dari apapun.” Jawabku tegas. “Manfaatkan keangkuhan dan berpura-pura bodohlah, buat dia merasa diatas awan.” Ujar paman Mike yang hari ini nampak sangat berbeda, tidak lagi ceroboh sebagaimana dulu, tatapannya tajam dan dingin, seakan memiliki dendam yang melebihi dendamku.

“Tentu paman, terima kasih atas nasihatnya.”

Hawa permusuhan seketika menyesakkan ruangan ini ketika orang itu datang. Aku menggigt bibirku hingga berdarah hanya untuk menahan emosi ketika melihat sosok landlord angkuh itu. Alvy yang melihat ku berdarah memberikan secarik sapu tangannya, walau kutolak dan kugunakan lengan bajuku untuk mengelapnya.

Sesosok laki-laki yang terlihat pada usia 30an itu menanyakan maksud dari keramaian ini. Tubuhnya cukup berisi dengan tinggi yang sedikit lebih dariku. Rambut kecoklatannya nampak rapih terbelah dua hingga ujung wajahnya. Ia mengenakan baju putih yang nampak terbuat dari sutra terlihat dari kilauannya.

“Willow, masalah apa lagi yang menyeretmu kali ini?” Tanya nya pada bawahannya yang memimpin penyerangan desaku sebelumnya. Mendengar nama nya, aku baru sadar dia adalah atasan dari utusan Canaria yang waktu itu menyerang desa okuru hari itu. Ternyata orang yang sama terlibat dalam kerusakkan desa kami dan okuru itu.

“Sepertinya urusan dengan Belthor menjadi sedikit merepotkan Lord ku.” Jawab orang yang kurasa adalah tangan kanannya itu.

“Belthor! Hanya satu desa kecil dan kau tidak bisa menyelesaikannya! Padahal aku sudah membersihkan orang-orang kuat disana, apalagi yang mempersulitmu!” bentak Troy Canaria.

“Ehem” deham perwakilan kerajaan.

“Berani-beraninya kau memotong perkataan..” Ucapan Troy terputus ketika ia menyadari keberadaan perwakilan kerajaan disitu.

“Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk berkata kasar pada pihak kerajaan.” Ujarnya malu.

“Cukupkan basa-basi ini, kita akan langsung menuju pembahasan yang sebenarnya!” Ujar perwakilan kerajaan yang sangat mewakili apa yang ingin ku utarakan.

Troy Canaria mengambil tempat duduk didepan ku dan Willow pun bangun dan berdiri dibelakang tuannya.

“Tuan-tuan dari desa Belthor dan kota Canaria, namaku William Molther, perwakilan kerajaan yang ditugaskan untuk mengurus pertikaian dalam hal ini, pengajuan Game of Law oleh desa Belthor pada kota Canaria.” Ujar nya.

“Tunggu dulu apa itu Game of Law?” Tanya nya kebingungan.

“Permainan yang menentukan segalanya, dimana kita berperang dibawah hukum yang ditentukan, pemenang mendapatkan segalanya dan pecundang kehilangan semuanya.” Jelasku.

 “Hah!? Sejak kapan aku menyetujui semua ini! dan siapa kau! Lancang sekali masyarakat rendahan hadir dihadapan ku tanpa izin resmi!” Bentaknya.

“Kau ingat desa Belthor yang hancur karena mu? Kau ingat para pekerja Hybrida yang kau perbudak? Kau ingat penyerangan desa Okuru?”

“Hmm ya memang mengapa demikian! Kalian semua yang menjadi masalah utamanya!” marahnya.

Aku tertawa kecil, sebelum perlahan menjadi semakin kencang. “Aku akan menghancurkan kalian.” Ucapku datar dengan nada rendah lalu kembali duduk. Ucapanku membuat Troy semakin marah dan membuatnya mengoceh sampai perwakilan kerajaan menghentikannya.

“Baiklah, kita akan mempercepat proses ini, karena yang mulia raja Earthland pun ingin tradisi lama kerajaan ini berlangsung.” Lanjutnya yang langsung diputus oleh Troy Canaria. “tunggu dulu, mengapa yang mulia raja terlibat dengan semua ini?” pertanyaannya membuat kami menunggu agar sang perwakilan menjelaskan terlebih dahulu secara detil pada landlord itu.

“Baiklah, jadi secara tidak langsung kami harus menerima Game of Law ini?” Tanya nya.

“Betul sekali.” Jawab sang perwakilan kerajaan itu.

“Siasat yang hebat, baiklah kalau begitu, aku akan mengikuti permainanmu..” Ujarnya tidak mau kalah.

“Lantas, kapan kita akan melaksanakan ini?” Tanya perwakilan kerajaan lagi.

Belum sempat aku menjawab, Lord Troy sudah menyelak.

“Tiga hari, dalam tiga hari kita akan melakukan Game of Law.” Ujarnya tegas yang kemudian mengundang semua mata kearahku, menungguku mengonfirmasi. Dengan tenang aku mengiyakan.

Perwakilan kerajaan itu pun nampak menuliskan surat pernyataan untuk beberapa saat, sesekali aku bertemu pandang dengan Troy, dengan pandangan dingin aku menunggunya hingga mengalihkan pandangan lebih dulu.

Lihat selengkapnya