Blades of Belthor

Adam Zidane Arafi
Chapter #22

22. Kini dan Nanti

“Aku tak menyangka mereka akan menyewa Golden fingers, tak kusangka pilihan kita akan sangat mendukung pertempuran ini walau kita tak tau informasi apapun sebelumnya.” Ucap Paman Mike.

“Walau kita tak tau siapa yang akan menghadapinya.” Ucap Eve dengan nada pasrah.

“Aku.” Jawabku tegas. “Dia akan menjadi lawanku.”

Kak Miya mengangguk pelan. “Aku percaya kau mampu menghadapinya, kau yang mengeluarkan Ard tadi bukan?” Tanya nya.

“Waw tak kusangka ada yang menyadari itu diantara kita.” Ujarku.

“Hah, apa mungkin maksudmu segelintir Ard yang kurasakan saat perkumpulan itu berakhir?” Tanya Paman Mike dan aku mengiyakannya.

“Waw kukira itu adalah Ard golden Finger itu, jika kau bisa mengeluarkan Ard hingga bisa kami rasakan, kurasa kita memiliki kesempatan untuk melawannya.” Jelas Eve.

“Ya sesedikit apapun kemungkinan, kita masih mampu melawannya menggunakan taktik yang baik.” Sahut paman Mike.

Aku tahu yang mereka pikirkan, kurasa mereka berpikir itu adalah kekuatan maksimumku, hingga mereka berasumsi aku tidak mampu melawannya. Kurasa untuk saat ini aku akan tetap menjadikan kekuatanku sebagai rahasia.

Kami berkendara hingga sore hari barulah kami tiba di Belthor.

Niatnya aku ingin memberikan hasil perubahan Law dengan para pimpinan divisi sedikit lebih malam setelah beristirahat, namun tak kusangka mereka sudah sigap menantiku di gerbang utama Belthor.

“Selamat datang kembali teman-teman, bagaimana hasil pertemuan kalian?” Tanya Pat selagi mengomandoi anggotanya untuk mengurus kuda kami.

“Semua berjalan lancar kawan-kawan, kecuali satu hal.” Ucapku. “Mereka menyewa Golden finger.” Walaupun aku menyanggupi untuk melawannya, namun, akan jadi bahaya bila orang selainku yang menghadapinya.

“Hah!? Bagaimana bisa itu terjadi, mengapa ada Golden fingers yang rela bertarung demi kota yang tak ada kaitan dengannya?” Tanya Alvy.

“Daripada membicarakan disini, akan lebih baik bila kita berkumpul di kemah komando.” Saranku yang mereka setujui. Tanpa berganti pakaian, kami pun berkumpul dengan pemimipin tiap divisi.

“Baiklah.” Ucapku setelah menenggak air yang telah disediakan. “Sebelumnya kalian semua sudah tau terkait perubahan Law dan nampaknya itu tak menjadi masalah untuk kita, karenanya sekarang kita akan membahas keberadaan golden finger itu, tuan Jamon bukan?” Tanyaku.

“Jamon Forde, salah satu ahli golden finger yang bergabung dalam usia belia dan sudah mengampu gelar the thousand blades.” Ucap paman Mike.

“Ia bergabung sejak berumur 11 hingga sekarang umurnya 25 tahun. Sebagaimana gelarnya, kemampuan utama nya melemparkan bilah berbagai senjata tajam dengan akurasi yang mematikan.” Jelas Paman Mike.

“Umurnya tak berbeda jauh denganku.” Sahutku. “Apakah ada informasi lain yang kau tau paman Mike?” Tanyaku.

“Selain itu, tak banyak yang tau asal usul nya, yang jelas dia adalah beberapa dari royal chair yang tak memiliki keturunan bangsawan.”Lanjutnya.

“Informasi yang menarik.” Ucap Alvy. “Walau tidak terlalu banyak, setidaknya kita mengetahui gambaran besar kekuatannya.”

“Sepertinya semesta berpihak pada kita karena memilih Law itu.” Paman Lex berkata demikian.

“Tentu saja.” Senyum Longtail. “Alam mengetahui siapa yang baik pada peperangan ini.”

“Walau sedikit kebaikan yang bisa dicapai melalui perang.” Ucapku.

Setelah itu, aku membahas beberapa opsi strategi yang akan kita lakukan, dan memusyawarahkan beberapa opsi itu. Beberapa jam tanpa dirasa berlalu, dan tubuhku pun mulai meminta istirahat. Perkumpulan pun aku percepat dan kesepakatan tercapai.

Seusai kumpul Kak Piero mendatangiku.

“Adam, mengapa kita tidak memanfaatkan Golem itu lagi, bukankah akan sangat menguntungkan kita?” Jelasnya.

“Aku tau itu sangat menguntungkan.” Angguk ku. “Tetapi percayalah, rencana yang sama jarang berhasil dua kali, lebih baik kita memanfaatkan itu sebagai umpan untuk penyerangan selanjutnya bukan? Apalagi perhatian musuh akan terpusat pada golem itu”

“Ya, kau ada benarnya, aku percayakan ini padamu Adam!”

Setelahnya kami bergurau sejenak barulah aku menemui Kak Miya dan Eve untuk menanyai ketersediaan pangan.

“Kak Miya, bagaimana persediaan kita sejauh ini, apakah masih terkelola dengan baik?” Tanyaku.

“Ya, Adam, terhitung persediaan makanan selama setengah tahun kedepan akan terjamin, dengan sedikitnya penduduk yang mengurus pertanian dan peternakan.” Ucapnya sambil mengantarku pada gudang penyimpanan makanan kami. “Baiklah, aku senang mendengarnya, Eve, terkait penduduk desa apakah ada masalah?” Tanyaku.

“Semua berjalan baik Adam, tidak ada permasalahan, bahkan para Hybrida nampaknya sudah sembuh dari trauma mereka, secara perlahan mereka mulai terbuka dengan kami.”

“Itu sangat melegakan, tetap bantu mereka, neraka yang mereka lalui terlalu sulit dihadapi siapapun.” Ucapku.

Setelahnya aku meminta Lydia memimpin bila ada yang dibutuhkan divisi 1 Spearhead, sudah beberapa hari aku terjaga, waktunya beristirahat, pikirku.

Sebenarnya aku belum terbiasa dengan melihat banyak korban dalam peperangan, karena trauma ketika hari penyerangan Belthor masih sering kembali, namun, jalan menuju surga terkadang harus dibangun diatas…

“Neraka, itukah maksudmu?” Ucap seseorang ketika kesadaranku perlahan menghilang. Suara yang kukenal dan sudah lama tak kutemui.

“Master?” Tanyaku.

Lihat selengkapnya