Blades of Belthor

Adam Zidane Arafi
Chapter #2

2. Jalan pikiran

Badanku terasa lebih ringan dikala aku sudah mengumpulkan kesadaran.

Kuperhatikan keselilingku, kulihat Pat tertidur pada satu kasur besar, dan ia mendengkur sangat keras dengan posisi kaki menendang kepala saudari kembarnya yang tertidur sambil duduk di kursi dengan kepala yang menunduk di kasur saudaranya. Eve terbangun beberapa saat lebih dulu dariku, dan ia masih duduk di kasur.

Kami semua dikumpulkan di rumah bibi Madellaine, rumah yang sekaligus juga pusat pengobatan desa. Rumah besar ini terdiri dari 3 ruangan, dengan ruang kecil didepan sebagai ruang tamu, ruang besar yang dijadikan balai kesehatan desa, dengan 8 kasur yang tersedia, serta ruang belakang sebagai ruangan pribadi bibi Madellaine, ruangan pribadi tempatnya beristirahat dan meramu obat.

"Hai Adam bagaimana kondisimu?" tanya Eve

"Kurasa tidak terlalu parah, dibandingkan setelah kita memburu chimera kecil yang memasukki ladang" jawabku diikuti gelak tawa kami berdua

"Hahaha tentu saja, perburuan gila itu merupakan hal paling menyeramkan dan tersulit yang pernah kita alami sejauh ini, sejujurnya aku yakin, jika kita berusaha lebih lagi, dengan perlengkapan kita yang sebenernya serta ditambah kekuatan Davin, pasti pertarungan kemarin bisa kita menangkan" ujar Eve

"Iyaa! Tentu saja! Apalagi aku merupakan pemanah terbaik dikota setelah kak Elisa!" jawab Nat yang belum berubah dari posisi tidur nya

"Hei jangan lupakan aku! Ahlinya senjata berat yang tak tertandingi! Setelah paman Ken tentunya juga!" sahut Pat yang bukannya bangun, malah merubah posisi tidurnya.

"Kalian berdua, Sudah jam berapa ini, berapa lama lagi kalian ingin tertidur!" Ucap Bibi Madellaine sambil membawa nampan berisi beberapa mangkuk yang berisi tumbukan tanaman herbal beserta makanan untuk kami.

Ia seorang perempuan paruh baya yang sangat baik, selain membantu dalam hal pengobatan penduduk, ia juga seringkali menyumbangkan uang pensiun yang ia dapat dari lisensi perawat resmi kerajaan.

Ia memberikan kami sepiring makanan dan semangkok tumbukan tanaman herbal. Dari dekat ia memiliki tampang keibuan yang sangat dalam, apalagi aku tidak memiliki ibu sejak aku kecil, aku tidak terlalu tau apa yang terjadi saat itu, namun semua terjadi begitu saja, ketika tiba-tiba di pagi hari ibu ku sudah tidak ada dirumah, dan Ayah tidak pernah mau menceritakan, dan selalu bilang "akan ada waktunya".

"Oke semuanya, ayo turun terlebih dahulu dari kasur kalian! Kita makan bersama dibawah sini" ucap bibi Madellaine mengajak kami makan bersama yang juga merupakan tradisi desa kami untuk makan secara bersama sambil duduk meligkar diatas lantai. Aku dan Eve beranjak turun, sedang Pat dan Nat berjalan luntang lantung kebawah dari kasur.

"Yup, sesuai perkiraanku!" ucap bibi Madellaine yang diiringi dengan suara seseorang didepan pintu rumah disusul dengan panggilan nama kami satu per satu. Yup, Davin datang sambil membawa keranjang berisi makanan dan buah-buahan.

"Syukurlah kalian sudah sehat!" ucap Davin setibanya di aula pengobatan.

"Ya tentu saja, terima kasih Davin" jawabku

"Sudah, mengobrolnya nanti saja, kita akan mengurus makanan ini dulu sekarang" timpal bibi Madellaine sebelum Davin sempat mengucapkan sepatah kata lainnya.

Tanpa pikir panjang, kami melahap masakan bibi Madellaine, namun selesai makan, memakan tanaman herbal ini yang agak menyulitkan, bukan hanya pahit, tapi kami harus menghabskan semangkuk penuh, atau Bibi Madellaine akan memarahi kami sambil memaksa kami menelannya.

"uh, inilah mengapa aku selalu menghindari terluka ata terjatuh sakit!" ucap Pat setelah menghabiskan semangkuk penuh tumbukan tanaman herbal.

"Hahaha, setidaknya nanti, tubuh kalian akan terasa ringan dan lebih segar!" ucap bibi Madellaine terkait sebuah fakta yang memang efeknya terjadi dengan cepat pada tubuh kami tepat setelah menelan obat tersebut.

"Yup, bekerja setiap waktu!" sahut Eve mendukung ucapan bibi Madellaine sambil meregangkan tubuhnya.

Ditengah keheningan yang sejenak aku baru teringat ingin menanyakan apa yang sebenarnya terjadi kemarin

"Omong-omong Davin, apa yang terjadi kemarin setelah kami pergi?" ucap ku yang seketika melihat Davin mendadak tegang. "Anu, mungkin kau bisa bertanya langsung pada Kak Elisa atau petinggi desa yang melihat dari dekat umm karena aku berdiri agak jauh sehingga tidak melihat dengan jelas apa yang terjadi" ucap Davin nampak menyembunyikan sesuatu, ya, ia tidak pandai berbohong, sejak dulu memang ia pembohong yang buruk

"Baiklah, tenang saja Davin, aku tidak memaksamu" ucap ku ketika melihat ia yang mulai berkeringat ketika menghindari pertanyaanku. Davin pun mengangguk pelan

"oke, apakah kita sudah boleh pergi bibi?" tanya Pat. "Yup, silahkan, namun aku sarankan kalian menemui Elisa terlebih dahulu jika ingin tau apa yang terjadi kemarin, dan untukmu Adam, tetaplah berkepala dingin" ujar bibi Madellaine sebelum ia memasuki ruangannya

Aku tidak mengerti apa yang ia maksud, namun sesuatu mungkin sudah terjadi kemarin.

Lihat selengkapnya