Blades of Belthor

Adam Zidane Arafi
Chapter #4

4. Pedang yang terhunus

Mereka menghampiriku, segera aku pun beranjak keluar dari balik batu besar, menunjukkan kepasrahanku dan berharap mereka tidak menemukan Alvy yang masih tertidur lelap.

"Bocah! Apa yang kau lakukan tengah malam di sekitar belantara ini?" tanya pimpinan gerombolan pasukan kerajaan tersebut.

"Aku baru saja berburu dan kebetulan hewan yang kuburu hanya bermunculan ditengah malam." Bohong ku

"Hah? Bocah sepertimu berburu? Apa yang bisa kau tangkap nak? Kadal? Atau mungkin kupu-kupu?" Cemoohnya yang tak aku balas dengan reaksi apapun.

Kemudian pemimpin gerombolan tersebut berbisik-bisik dengan sekelompok pasukannya lalu ia berkata "Mungkin kami harus memeriksa barang bawaanmu bocah, kebetulan kami curiga karena kau bisa saja melakukan tindak kriminal."

"Baiklah." Ucapku pasrah mengetahui kondisi ku yang sangat tidak diuntungkan walau mengetahui mereka mungkin saja merampok barangku.

Sang ksatria perang yang memimpin mereka memerintahkan seorang prajurit yang bersamanya untuk menggeledahku. Ia meraba zirah kulitku mengecek bila aku menyimpan sesuatu dibaliknya, lalu ia melepas belati yang terikat disabuk pada pinggangku dan mengecek kantung yang kuikat pada sisi-sisi sabukku, dan salah satunya berisi koin emas, 15 keping, sial, siapa yang tak tergiur dengan itu.

"Hei, Hei, nampaknya keberuntungan disisi kita bos" ucapnya dibalik helm besi tersebut sambil menarik kantung berisi kepingan koin emas milikku itu.

Aku tidak mungkin bertahan di kota tanpa uang.

Aku mengambil pijakan kencang ditanah, mengambil belatiku yang prajurit tadi jatuhkan, dan menggunakan sihir tingkat rendah, flash bomb, yang menciptakan cahaya sangat terang seara seketika sehingga mngejutkan mereka, lalu kusayat tangan prajurit yang menggeledahku dan kuambil lagi kantung berisi kepingan koin emas milikku.

Aku berlari secepat mungkin kedalam hutan kearah yang berlawanan dari kemah ku. Terdengar sayup - sayup sumpah serapah mereka yang mengejarku dengan kuda nya. Kurasa mereka kesulitan mengejarku sampai bola api mereka tembakkan dari kejauhan dan telak mengenaiku. Sangat sakit.

Aku terkapar sejenak mengumpulkan kekuatan yang mana detik-detik waktu itu membuat para prajurit itu berhasil mencapaiku ditengah hutan itu. Mereka berusaha mengintimidasi ku dengan keempat prajurit biasa turun dari kuda nya dan mengelilingiku dari dekat, sedang ksatria perang yang memimpin mereka melihat dari beberapa jarak lebih jauh. Mereka pikir bisa menakuti dan membuat ku panik dengan teknik intimidasi murahan seperti itu, untung saja pelatihan bertarung yang kudapat sedari kecil membuatku terbiasa dengan teknik-teknik dan strategi dasar seperti ini sehingga tidak membuatku gugup walaupun aku yang sedang terpojok disini.

Prajurit yang tangannya kusayat menyerangku lebih dulu dengan mengayunkan pedangnya padaku dari atas, dengan mudah kuhindari, lalu kusayat lebih dalam tengannya yang tadi masih berdarah karena sayatanku, ia menjerit keras seperti anak kecil yang tidak dibelikan mainan.

Jeritan kawannya membuat serangan prajurit lain menyusul dengan tebasan pedang dari sisi kanan, aku menahan dengan belati, ternyata disaat yang hanya berbeda beberapa detik, seorang disisi kiriku mengambil kesempatan disaat aku masih sibuk mengurusi kawannya, ia berusaha menebas dari titik buta ku saat ini, secepat mungkin aku meloncat dan berputar kebelakang, sambil memindahkan belati di tangan kanan ke tangan kiriku, lalu sesaat itu juga menarik pisau yang kusembunyikan dibalik tunik dengan tangan kananku, dan ketika diujung putaran, aku meregangkan kedua tanganku ke sisi kanan dan kiri ku melindungi tubuhku dari 2 serangan dari sisi berlawanan yang berusaha merobek pinggangku. Terlambat sepersekian detik saja, dan aku akan ditinggalkan ditengah hutan mati kehabisan darah secara perlahan.

Staminaku terkuras menahan 2 prajurit dewasa sekaligus, dan belum sampai disitu, satu orang prajurit lagi menyerbuku dari depan dengan ayunan kencang dari atas. Aku yang juga tidak bisa bertahan lama menahan 2 prajurit sekaligus, menunggu detik yang tepat hingga serangannya sangat dekat, barulah aku melepaskan tangan kiriku yang menahan dan menyondongkan tubuhku kekanan, sesaat sebelum prajurit dari sisi kiri berhasil menyayatku, prajurit dari sisi depan melukai tangan nya terlebih dahulu, sehingga serangan prajurit sisi kiri gagal mengenaiku. Pada saat itu juga, tangan kiriku yang terbebas kuayunkan dan menebas tangan prajurit yang menyerangku dari sisi kanan. Lalu disaat yang bersamaan juga, saat terkena efek kejut karena menyerang temannya sendiri, kugunakan tangan kananku yang memegang belati untuk menyayat tangan prajurit yang menyerang dari depanku.

Pertarungan yang cukup membuatku terasa segar, dan jujur saja, tak pernah terpikir pertarungan melawan prajurit kerajaan bisa semudah ini.

Keempat prajurit kerajaan itu terkapar dan merengak kesakitan disekelilingku yang semuanya menyibukkan diri menahan sakit nya luka sambil memegangi tangan mereka.

"Sekali sampah tetaplah sampah" Cemooh sang ksatria perang sambil memandang dengan jijik prajuritnya sendiri. Sang ksatria perang turun dari kudanya, lalu menghunus pedang nya, pedang yang sangat bagus dengan ukiran perak pada pegangannya.

Ia mendekatkan mata pedang nya ke hidung, aku tak tau untuk apa, sungguh.

Matanya kembali mengarah kepadaku.

"Ignite" Ucapnya sebelum Pedangnya menyala dengan api. Jelas kemampuannya jauh berbeda dengan prajurit-prajurit biasa tadi.

Aku mencoba mendahuluinya dengan melesat kearahnya menggunakan belati dan pisauku. Ku ayun belati untuk menyerang sisi kanannya, Ia menangkis dengan begitu mudahnya, lalu ku coba untuk menghujamkan pisau ditangan kiriku ke perutnya, namun ia meloncat mundur kemudian berputar sebelum menendangku dengan telak pada tanganku yang memegang pisau hingga pisau ku terlempar.

Tanpa memberi waktu senggang, aku menyerbunya sambil memasang sihir "Flashbomb" berusaha untuk membuat efek kejut padanya. Ksatria perang itu terkejut sesaat namun reflek bertahannya lebih cepat dari yang kukira karena hanya beberapa detik untuknya pulih kemudian menguatkan pijakannya sebelum kembali pada posisi bertahan saat aku mencoba melukainya dengan ayunan dari depan.

Masih belum.

"charge" ucapku untuk menggunakan satu sihir menengah yang ayah ajarkan padaku. Aku melesat memberikan kekuatan besar yang kubawa pada diriku dengan memusatkannya pada ujung pedangku, aku menghujamnya dengan sangat cepat dan dipenuhi kekuatan besar.

"Explode" ucap sang Ksatria pedang sambil mengayunkan pedangnya dan langsung menciptakan ledakan api besar dari pedangnya. Aku terlempar cukup jauh.

Beberapa bagian tubuhku terkena luka bakar, dan beberapa memar karena terlempar tadi. Sihir kelas battle yang ia gunakan hanya untuk merampok seorang remaja, ksatria perang dengan moral yang sangat menyedihkan. Walau demikian, aku tak berdaya sekarang, tubuh-tubuhku terlalu sakit digerakkan. Sang ksatria pedang memerintahkan empat orang pasukannya untuk bangun, seketika mereka yang telah menutup lukanya dengan kain bangun dari posisi terduduk.

"Bunuh saja anak itu, ia hanya sampah yang akan menyulitkan suatu saat nanti." Perintah ksatria pedang itu pada pasukannya.

Lihat selengkapnya