Aku melupakan pesan orang misterius semalam, bahwa kami harus segera pergi, namun setelah semua kejadian itu? Yang benar saja, aku bahkan terlalu letih bahkan hanya untuk menguraikan rangkaian kejadian malam hari itu. Untung saja Alvy cepat membangungkanku, dan seperti melewati penjaga gerbang terluar desa, fatamorgana kembali kami gunakan, dan juga alih-alih melalui jalan utama, kami menyusuri hutan dipinggiran jalan.
Sesekali kami beristirahat, dan saat itu pula aku gunakan untuk mulai mekmbiasakan diri dengan night-slayer, nama yang kugunakan pada pedangku mengidentikkan orang misterius malam itu. Pedang yang terasa sangat ringan, namun dapat dengan mudahnya menebas pepohonan kecil tanpa harus mengencangkan otot lenganku, namun aku belum terbiasa dengan pedang katana ini, karena aku pun berlatih membiasakan diri dengan pedang khas benua barat yang juga pedang standarisasi para prajurit kerajaan.
Setelah sekitar setengah harian kami berkuda, Kami mulai melalui ladang pertanian besar yang menandakan kami sudah memasukki area perkotaan tak lama lagi, apalagi menara pengawas yang dibangun ditengah-tengah ladang itu sangat memikat perhatian siapapun yang lewat. Beberapa penjaga berkuda melewati kami, tapi mereka tidak mencurigai kami sedikit pun, karena, wajar saja, terlalu bodoh untuk mengambil tindakan nekat dengan menara pengawas yang puncaknya ditempati prajurit pemanah kerajaan yang dapat dengan mudah "menidurkan" siapapun yang berbuat onar.
"Hey, anak muda" Ujar seorang lelaki paruh baya dengan tunik lusuh merusak lamunanku memandangi area terluar perkotaan ini. "Oh ya, kami?" tanyaku meyakinkan. "Tentu saja! Sini ikutlah denganku! Aku mengenal kalian!"
Oh tidak, aku bertatapan dengan Alvy seolah saling bertanya kebingungan, namun Alvy mengisyaratkan untuk tetap tenang, dan aku pun memikirkan hal yang sama, karena, seperti yang aku bilang tadi, kami berbuat onar, kami mati, sesimpel itu.
Kami mengikuti pria tersebut.
Ia menuntun kami pada rumah ditengah peternakan yang kurasa ia adalah pimpinannya.
"Masuk-masuk anak muda, maaf aku lupa namamu!." Ucapnya sambil tersenyum. Aku tak tau siapa dan bagaimana paman ini bisa mengenal kami, bahkan ku tak pernah melihat orang tua ini sebelumnya.
Rumah seperti gubuk, dengan interior yang sangat sederhana, 2 kasur terpisah pada dua sisi yang berlawanan dengan peti disamping keduanya, perapian ditengah ruangan dengan beberapa panci dan keranjang berisi bahan makanan. Ia mempersilahkan kami untuk duduk pada kursi disekitaran perapian itu.
"Maaf bila aku bertindak aneh, namun aku dulu seringkali berkunjung pada desa Belthor, aku mengingat wajah kalian pada saat masih kecil." Ucapnya sambil menyuguhkan gelas kayu dengan teh didalamnya. Demi membalas keramahannya, kami meneguk perlahan the buatannya.
"Maaf paman, boleh kutau nama paman siapa?" Tanya ku sambil memerhatikan lelaki botak dengan janggut panjang itu.
"Panggil aku Tref, aku semasa remaja memiliki lahan di desa Belthor, namun aku merasakan banyak kesulitan ketika menjual hasil bumiku di kota saat itu, apalagi kita, penduduk desa Belthor waktu itu, belum meiliki akses dengan siapapun di kota, kemudian mendiang karibku, Ali, yang waktu itu bekerja sebagai kepala desa, menugaskanku untuk bekerja di kota, selain membantu akses keluar masuk kota, aku juga meningkatkan kebutuhan pangan kota, jadi aku memiliki akses penduduk istimewa yang memiliki kontribusi besar untuk kota, jadi aku bisa membawa keluar masuk siapapun denganku." Ceritanya sambil sesekali menenggak teh.
"Kalian sendiri siapa?" Tanya ku tegas.
Alvy menjawab "Alvy, anak Alvero." "Alvero! Aku kenal dia, walaupun dia penduduk baru, dulu dia sempat merusak desa, namun setelahnya ia membuat nama Belthor begitu menyeramkan bagi para bandit dan penjahat lainnya, kalau begitu, kamu mungkin anak dari.. Aiden, apakah aku benar?" Tanyanya antusias.
"Iya, anda benar paman Tef." Ujarku hormat telah mengetahui siapa dia sebenarnya.
"Hohoho tidak perlu terlalu kaku berbicara denganku, lagipula kalian anak dari teman-temanku, Oh, lantas apa yang ingin kau lakukan disini?" Tanya nya perlahan.
Aku bertatapan dengan Alvy memastikan apakah aku boleh menceritakan rencana acak-acakkan kami. Alvy mengangguk menandakan kepercayaannya dengan Paman Tref.
"Sebenarnya baru saja terjadi kekacauan didesa kita, seseorang menahan ayah ditengah desa sekarang, sedikit penjelasannya karena kami menolak ikatan kontrak merugikan dengan salah satu bangsawan kota yang masih kerabat dekat landlord. Paman Alvy beranjak terlebih dahulu, sedangkan kami diam-diam menyusul untuk membantu." Jelasku.
"Oh tidak, bangsawan kurang ajar itu! Mereka juga mencoba mengikat kontrak denganku, namun landlord telah mengenalku lama, sehingga landlord membelaku dan memerintahkan bangsawan tersebut agar tidak menggangguku." Ucap Paman Tref geram.
Ia sejenak berfikir, tiba-tiba terbelalak, seakan mengingat sesuatu, lalu berkata dengan sangat cemas. "Raja Earthland berkunjung hari ini." Ucapnya singkat yang membuatku dan Alvy terbelalak. "Landlord akan melakukan apapun untuk menghibur raja, demi menunjukkan ketegasannya sehingga bisa tetap mempertahankan posisinya sebagai Landlord." Ucap Paman Tref perlahan. "Ia mungkin akan memancung tahanannya, bukan utnuk mengusik pikiran kalian dengan yang tidak-tidak, tetapi, Aiden juga seorang mantan golden fingers yang tidak disukai beberapa temannya yang mungkin satu dua orang sudah menjadi Jenderal, jadi kematiannya bisa saja menyenangkan orang-orang tersebut, sehingga landlord mungkin saja dapat kenaikkan posisi." Ucap Paman Tref.
Aku panik dan bingung mendengar pernyataan paman Tref. "Lantas apa yang bisa kami lakukan paman?".
Paman Tref sendiri terlihat berpikir begitu keras. "Pikiranku sudah mencapai ujungnya, dan aku tidak bisa membantu banyak." Ucapnya dengan nada rendah. Aku agak kecewa, namun, bagaimana lagi, memang dari awal kita tidak ada rencana sama sekali, bahkan, bila kita terpaku pada pertolongan paman Tref, itu terlalu berlebihan.
"Tapi.." Ucapnya memunculkan harapan "Aku akan meminta anakku untuk menemani kalian hingga masuk ke kota, dan mungkin aku bisa memberi kalian ini." Ucapnya sebelum berdiri kemudian mengambil sesuatu pada kotak penyimpanannya. "Gunakan ini, bila keadaan mulai genting, Paman akan menjemputmu." Sambil menyerahkan bola dengan percikan api didalamnya.