Dentuman antara 2 gelombang energi tiada hentinya menerpa kami yang hanya bisa menonton. Bahkan untuk mendekat pun, gelombang energinya terlalu bahaya bagi kami yang belum terlatih mengalirkan dan mengontrol energi sihir sebesar itu. Walau begitu, pada awalnya kami tidak mampu menahan energi Sir Quevera, namun selama berjam-jam menghadapinya, lama-kelamaan kami mulai terbiasa mengalirkan sedikit demi sedikit tekanan energi yang menyeramkan ini sehingga kami pun bisa leluasa bergerak selama kami berada diluar arena pertarungan mereka.
“Enyahlah Iblis penjilat kerajaan!” Ujar Kak Elisa seraya menebas Sir Quevera dengan tombak surgawi miliknya. “Jangan sombong karena kau sedikit menyusahkanku, manusia udik!” sahut Sir Quevera sembari menahan tebasan dengan kapak nerakanya.
“Majulah Hell Rover!” Seketika selepas mengucapkan itu, Banteng berapi yang dipanggil oleh Sir Quevera menerjang kearah Kak Elisa. Dengan tanggap, ia merapal sihir pusaran air yang menjadi gerbang penghalang, dan benar saja Hell Rover (Kurasa itu adalah nama banteng api itu) tidak mampu menerobos nya, bahkan apinya berubah sedikit padam.
“Lawanlah ia, Sky Dragon!” Teriak Kak Elisa seraya Naga putih miliknya meluncur dan meniupkan sihir angin ribut ke arah Hell Rover. Tidak diam begitu saja, Hell Rover menembakan semburan lava dari bola energi diantara kedua tanduknya.
Seraya kedua hewan mistik itu sibuk, Sir Quevera pun maju. “Volcanic Destruction!” Teriaknya yang kemudian semburan lava dari tanah mengarah pada Kak Elisa. “Seven Spear form!” Kak Elisa menciptakan tujuh tombak yang menyerupai miliknya, dan ketujuh tombak itu menahan semburan lava yang mengarah kedirinya dari berbagai arah.
Ia yang tengah kesibukan menahan lava itu, memberikan kesempatan bagi Sir Quevera untuk maju dan menghantam Kak Elisa dengan kapak apinya. Benar saja, ia terkejut, dan Sir Quevera berhasil menghantamnya hingga terlempar jauh.
Seakan tak memberikan waktu, Sir Quevera melaju tanpa henti kearah Kak Elisa berusaha menghantamnya lagi, namun kali ini, Kak Elisa lebih dulu merapal mantra yang seketika membuat Sir Quevera terdiam layaknya patung. “Gods Ornament, Living statue!” Sir Quevera yang terkena jebakan sihirnya, membuka kesempatan bagi Kak Elisa untuk menombaknya. Sekarang ia terpental jauh.
Kak Elisa menghilang dan muncul tepat dibelakangnya. Sihir teleportasi miliknya sangat membantu dalam pertarungan ini, benar-benar tiada celah yang diberikan kak Elisa. Hujaman tombaknya tanpa henti tidak menyisakan ruang gerak bagi Sir Quevera.
“Empyreal Spear!” Rapal Kak Elisa sebelum menutup serangannya dengan cahaya lurus dari langit yang ternyata sebelum berhasil menghujam Sir Quevera, Rover Bull melesat dan menerima serangan itu. Rover Bull pun terburai menjadi energi.
“Ternyata hewan itu cukup bermanfaat!” Ucap Sir Quevera yang tak merasa kehilangan sama sekali karena hewan mistik panggilannya menghilang. “Tapi jujur saja, aku tak menyangka kau akan memojokkanku seperti itu” Ujar Sir Quevera sombong sambil perlahan menegakkan tubuhnya lagi. “Tak kusangka juga Dewa Noir memberkatiku sejauh ini, saatnya aku mendemonstrasikan kekuatanku yang sesungguhnya.”
Kak Elisa tak menanggapi perkataannya, ia hanya diam seakan tak mau mengurangi keagungan pada dirinya.
Mereka berdua menghilang dan sesaat dentuman energi terasa kembali ketika dua senjata mereka bertemu pandang lagi, namun kali ini, lancaran serangan kak Elisa menjadi lebih baik lantaran dukungan dari naga putih miliknya.
Sky dragon lantas menerjang dengan cakar kakinya sehingga memaksa Sir Quevera untuk mundur dan bertahan lagi. “Sky dragon, Whirlwind!” Teriaknya diikuti dengan Sky Dragon yang menyemburkan pusaran angin yang menekan Sir Quevera hingga tak bisa bergerak. Kak Elisa maju dan menebas Sir Quevera hingga membuatnya terlempar dan merubuhkan beberapa rumah penduduk.
Kemudian Sky dragon menerjang lurus ketitik tempat Sir Quevera terkapar, namun dibalik reruntuhan yang menghalangi pandang ternyata ia telah berdiri. “Hell Curse, Lava Impact!” Sky Dragon yang terlanjur meluncur dengan kecepatan penuh, menanggung satu tebasan maut Sir Quevera yang langsung menggorok hewan mistik surgawi itu.
Muka Kak Elisa yang tampak tenang dan tanpa ekspresi, seketika runyam.
“KAU AKAN MEMBAYARNYA!” Teriaknya kemudian muncul dibelakang Sir Quevera dan menghujam dada kirinya. Kak Elisa yang tengah dibakar emosi mengangkat tombaknya sehingga tubuh Sir Quevera pun ikut terangkat.
“Hahaha teruslah! Tunjukkan semua amarahmu!” Teriaknya tanpa menunjukkan rasa sakit sedikitpun, dan nampaknya ia berhasil menyulut amarah Kak Elisa hingga Kak Elisa meledakkan tubuh Sir Quevera yang masih tersangkut dengan merapal sihirnya. Ledakkannya sangat parah hingga merobohkan beberapa rumah disekitar areal pertarungan.
Dibalik tebaran debu, ternyata tiap serangan yang diterima Sir Quevera seakan tak mampu menyakitinya. Ia masih mampu berdiri tegak walaupun ada lubang menganga didada bagian atasnya. Darah bercucuran tak menjadi penghalang baginya, justru aliran luka malah seperti menjadi hiasan ditubuhnya.
“Hebat..hebat! Walau tak mampu menumpasku, namun luka ini cukup..bagus!” Ujarnya dibalik helm menyamarkan eksperesi wajahnya.
“Sedikit bocoran, Requiem ku dalam kekuatan kegelapan, tak mengizinkan kematian merenggut kecuali seluruh tubuhku dihancurkan!” Ujarnya.
“Maka setiap inci keberadaanmu akan kumusnahkan!” Sahut Kak Elisa yang langsung menembakkan energi cahaya lurus kearah Sir Quevera, namun ia menghadangnya dengan kapak neraka, mengumpulkan serangan energi itu sebelum mengarahkannya kearah penduduk! Sial! Andai saja Pat tidak disana dan menahan serangan itu dengan Perisai miliknya. Walaupun perisainya seketika hancur, namun setidaknya itu lebih baik daripada membiarkan banyak korban berjatuhan. Aku memiliki perasaan pertarungan ini mulai menjadi lebih berbahaya, apalagi Kak Elisa yang ditelan emosi mulai tak memerhatikan kondisi sekitarnya dan terus menerus membabi buta dengan serangan energi penuh ledakkan yang menimbulkan kerusakkan lebih parah lagi.
Ditengah kejadian itu, Alvy berlari kearahku. “Adam, ada hal penting yang ayahku katakan sesaat tadi ia siuman!”
“Ada apa Alvy? Beritaukan semuanya!” Ujarku “Kehancuran yang terjadi sekarang hanyalah skala kecil kekuatan sesungguhnya mereka, begitulah yang disampaikan ayahku, jadi kita perlu mengevakuasi semua orang disekitar sini untuk segera meninggalkan desa!”
“Baiklah, tiada waktu untuk berdiskusi, lekas kita laksanakan pemindahan penduduk!” Perintahku. Kami segera menyisir penduduk yang tidak terlalu jauh dari pusat pertarungan itu sebelum beranjak agak menjauh dari lokasi pertempuran.
Aku menghampiri sekumpulan lelaki paruh baya yang merupakan pegawai ayahku. “Adam, bagaimana kondisi didepan sana?” Tanya Paman Lex yang lekas terbangun dari duduknya.
“Cukup mengerikan, berbagai hal diluar nalar manusia terjadi didepan sana, dan Paman aku ingin meminta tolong pada kalian.” “Tentu saja Adam, apapun itu!” Jawab Paman Lex bersemangat diikuti berdirinya 9 orang pekerja ayah yang lainnya tanda menyetujui. “Tolong arahkan penduduk desa agar segera meninggalkan desa, kehancuran takkan terelakkan dalam pertarungan mereka!” Jelasku. “Meninggalkan desa? Kau yakin?” Tanya nya meyakinkan lagi. Aku mengangguk “Paman Alvero yang memberitaukan itu, cepat lakukan Paman!” Tegasku lagi hingga mereka menyebar dan mulai membantu mempercepat perpindahan penduduk desa.
Sekarang ditengah pergerakkan itu, aku baru menyadari lagi satu hal, aku belum menemui ayahku.