Blades of Belthor

Adam Zidane Arafi
Chapter #12

12. Master Blanc

Sesosok manusia dalam mimpiku muncul, aku tidak salah, namun aku tidak merasakan tekanan energi pada dirinya sebagaimana dalam mimpiku.

“Akhirnya kau datang juga.” Ucapnya berdiri membelakangiku menghadap air terjun pendek dibelakangnya. “Ya aku datang, aku ingin berguru denganmu.”

“Tentu saja, karena aku juga ingin sekali mengajari orang-orang yang menarik sepertimu.” Ucapnya kemudian menengok melihatku. Sekarang karena aku melihatnya dari jarak yang sangat dekat, ia memiliki perawakan yang tangguh, walau satu tanduk pada dahi nya terkesan ganjil menurutku. Tak ada satupun yang berubah dari tampangnya pada mimpiku, wajahnya walau terkesan dingin karena kulit putih pucat dan rambut hitam kelamnya, tetapi dari caranya berbicara, ia terkesan ramah walaupun tidak sopan karena sentuhan narsistik pada dirinya.

“Tetapi sebelumnya, aku belum mengenalmu tuan, siapakah dirimu?” Tanyaku kemudian turun dari Jack dan memasang tali pada salah satu kayu. “Well, oh ya tentu saja mm sebut aku tuan Blanc! Ya namaku Blanc!” Ucapnya sangat jelas bahwa ia baru saja memikirkan namanya, kurasa itu bukan nama aslinya, tetapi peduli apa.

“Baiklah.. Tuan, aku juga ingin tau mengapa engkau bisa menemuiku dalam mimpi dan rela mengajarkanku?” Tanyaku lagi memastikan satu dan dua hal.

“Maaf tetapi aku sangat malas menjelaskan hal-hal panjang, lebih baik kita bergegas pada pelatihanmu, aku tau kau sedang dilanda amarah sekaligus kesedihan yang mendalam bukan?” Tanyanya seperti menyihirku, aku terpaku pada ucapannya dan seketika kilas balik kejadian waktu itu terpampang jelas dalam kepalaku. “Ya..ya.. tentu saja..” Ucapku datar karena terguncang oleh perasaan ini. “Dan kau ingin kekuatan?” Tanyanya dengan penyampaian karismatik seakan menundukkanku untuk menjawab setiap pertanyaannya. “Ya..”

“Untuk?” Membunuh mereka pikir kepalaku, namun sisi dalam hatiku mengingat perkataan ayah terakhir kalinya dan memberontak pada mulutku. “Keadilan.. keadilan untuk semuanya.. aku ingin keadilan berdiri di seluruh earthland.”

“Wawww kau memang sangat menarik, tak kusangka menemukan seseorang semenarik dirimu diujung antah berantah ini.” Selepas itu tiba-tiba pikatan karisma pada dirinya terlepas, dan semua perasaan tadi kembali menghilang. “Hey tunggu apa yang kau lakukan dan bagaimana kau mengetahui tentang ayah?”

Nah! Aku tidak perlu mengulang ucapanku tadi, ayo kita bergegas menuju air terjun! Aku akan ceritakan semuanya nanti bila aku ingin!” Ucapnya dan ia melesat kepinggir air terjun itu dalam kedipan mata. “Cepat datang kesini, atau aku akan membuat latihan ini jauh lebih keras!”

“Tunggu, Hah?” Aku tak memikirkan apapun lagi dan berlari kearahnya. Dia bisa menghilang semudah itu dan aku harus berlari secepatnya, menjadi kuat memang hebat.

Setibanya aku di sisi tempat itu, tanpa sempat mengambil nafas, ia langsung menginstruksikanku untuk hanya mengenakan pakaian dalam ku. “Aku tebak ini ada kaitannya dengan air.” Ucapku. “Tentu saja, cepat duduk pada batuan dibawah air terjun itu!” Tukasnya yang tentu saja aku turuti.

“Baiklah, pejamkan matamu dan rasakan aliran Ard yang alam hasilkan.” Ucapnya tenang dan serius untuk kali ini. Aku menggunakan setiap ujung tubuhku untuk merasakan aliran Ard pada tiap dentuman air yang menerjunku. Aku merasakannya sebagaimana biasa, tapi kuyakin bukan ini yang ia maksud. Pasti ada sesuatu. Kembali kutekankan fokus, kurasakan keberadaan air ini, merunut asal mula air ini pada mata air yang entah dimana letaknya, begitupun melacak kemana aliran air ini akan berakhir.

“Kau betul, terus rasakan aliran Ard pada air terjun itu, satukan dirimu dengan ard nya.” Ujar Tuan Blanc tak jauh dariku. Aku berhasil merasakan aliran deras Ard pada setiap tetes air, baru kali ini aku menyadari bahkan air menyimpan tekanan energi atau Ard yang begitu kuat jika kita mampu menyadarinya.

“Baiklah pelajaran pertama selesai, kurasa kau sudah mampu meraskannya, seiring dengan perkembanganmu, kau akan mampu merasakan tekanan ard yang jauh lebih kuat, misal Ard pada udara, namun cukup sampai disitu, sekarang cobalah selaraskan Ard pada dirimu dengan Ard yang dihasilkan alam.” Ujarnya.

“Tapi bagaimana? Ard ku tidak sekuat itu?” Tanyaku sambil berteriak dengan asumsi suara air terjun mengurangi kencangnya suaraku. “Sudah lakukan sebisamu, kau akan mengerti nanti!”

“Tetapi? Bagaimana?” Tanyaku lagi, sebelum dia menghiraukannya dengan berkata “Sudahlah lakukan saja!”  

Aku tidak bergerak dari tempatku duduk dan kembali memulai konsentrasiku. Kurasakan lagi aliran Ard, dan perlahan mencoba mengeluarkan Ard pada diriku untuk kemudian dialirkan sekuat Ard pada air yang mengalir. Aku mencoba sekuat tenaga, namun..

“Duak!” Sebatang kayu menimpaku. “Argh Sial!” Ucapku sambil mencoba berdiri walau harus menahan pusing.

“Hey..Hey.. tststst kembali pada posisimu!” Ia mengucapkan sambil menahan tertawa padahal kuyakin ia bisa menghancurkan itu agar melindungiku. “Aku berikan sedikit tips, kau tidak perlu mengerluarkan Ard mu sebanyak yang ada pada air itu, cukup keluarkan Ard semampumu, lalu ikuti pola aliran pergerakan Ard itu, bukan kekuatannya, aku ulangi hanya pola aliran pergerakan Ard nya!” Aku mengiyakan dan memejamkan mata berusaha meningkatkan konsentrasi.

Aku akan mengikuti persis seperti yang ia instruksikan. Kucoba mengeluarkan Ard pada diriku secara perlahan dan sedikit demi sedikit ku sesuaikan dengan pola yang ada pada Ard di air. Aku merasakan setiap pergerakan Ard air sekecil apapun dan kemudian kusesuaikan semirip mungkin walau dari segi energi tidak sekuat itu. Kurasa aku hampir berhasil hingga sebatang kayu kembali mengantuk kepalaku walau jenis kayu ini berbeda karena dari segi suara yang dihasilkan kayu ini pun berbeda.

“Sial!” Umpatku lagi dan mulai membuka pejaman mata. Kusadari perkiraanku salah, karena ternyata yang mengantuk kepalaku tadi bukanlah kayu jenis apapun itu, tetapi batu besar seukuran 2 kali lipat tubuhku. Waw, sepertinya aku berhasil.

“Selamat!” Tiba-tiba teriak Tuan Blanc yang sudah ada pada sisi atas air terjun. “Hey bagaimana kau tega melakukan itu padaku! Walaupun kau master ku tetapi itu tindakan yang sangat ceroboh dasar!” Teriakku sedikit kesal menyadari dia lah yang menjatuhkan batu besar itu.

Lihat selengkapnya