Sudah dua bulan berlalu sejak dikabarkannya Indy menghilang. Sampai saat ini pun seluruh pihak masih belum menemukan dimana gadis itu berada. Padahal Indy adalah anak seorang CEO perusahaan terkenal di kota ini. Namun pada akhirnya, uang belum tentu mampu menyelesaikan segala macam perkara.
Orang tua Indy mencoba menghubungi berbagai macam pihak. Takut terjadi sesuatu yang buruk terhadap anak semata wayangnya. Sayang sekali. Pasti berat beban yang dipikul Indy. Tak bisa dibayangkan jika mereka kehilangan pewaris tunggalnya.
Anehnya jumlah siswi yang menghilang makin bertambah. Saat ini sudah empat siswi yang hilang termasuk Indy. Para orang tua mereka juga sama khawatirnya dengan orang tua Indy. Berbagai macam gosip buruk beredar cepat bagaikan gas yang terkena percikan api.
“Saat ini kami menghimbau agar seluruh orang tua harus menjemput anaknya pulang dari sekolah untuk mencegah hilangnya seorang siswa lagi. Tentu saja ini adalah masalah yang amat serius. Oleh karena itu kami mohon kerjasamanya pada seluruh orang tua siswa. Kami berjanji akan terus menuntaskan kasus ini secepat mungkin.
“Untuk para siswa sendiri dimohon agar selalu menjaga diri. Jangan mau ikut orang yang tidak dikenal. Apabila orang tua kalian berhalangan untuk mengantar atau menjemput kalian, usahakan jangan pulang sendiri. Ajaklah teman kalian yang rumahnya searah untuk pulang bareng. Jangan berada di tempat sepi, selalu beradalah di tempat ramai. Karena bahaya akan datang kapan saja dan menargetkan siapa saja.”
Itu adalah pidato Pak kepala sekolah sampaikan setiap rapat mingguan orang tua siswa. Sejak menghilangnya Indy, rapat yang biasanya diadakan sebelum ujian, kini diadakan setiap seminggu sekali. Tentu saja rapat ini juga diikuti oleh para siswa. Karena rapat itu dinamakan ‘rapat besar’ maka seluruh undangan diwajibkan hadir kecuali force mejure.
Juna yang seorang yatim piatu selalu hadir seorang diri. Juna yang kata teman-temannya ‘gila’ selalu berangkat dan pulang sekolah seorang diri. Itu bukan masalah baginya. Toh dia juga laki-laki, tentu saja bisa jaga diri. Lagipula korban yang hilang juga siswa perempuan semua. kemungkinan dia diculikpun jadi sedikit.
Meskipun berperawakan seperti siswa pemalas dan cuek. Juna adalah siswa yang rajin mengerjakan tugas dan selalu mendapat nilai yang baik. Tak jarang dia mendapat peringkat pertama di setiap ujian semester. Mungkin julukan ‘gila’ sudah melekat dalam dirinya.
“Wah gelang mu bagus banget.” Airi yang baru saja datang menghampiri Juna yang seperti biasa, asyik menatap cendela.
Juna menoleh. “Ada apa ? Masalah ?”
“T-tidak.. aku hanya ingin tau kau beli dimana gelang itu.”
“Padahal ini hanya gelang tali berwarna hitam yang tampak murahan. Mungkin membuat sendiri pun juga bisa.”
“Gelang seperti preman gitu kau bilang bagus Airi ? Dasar.. kau ikutan tak waras seperti dia.” Ujar seorang temannya diikuti tawa serentak teman-teman kelas.
Juna mendengus sebal. “Tuh kan, kalau kau dekat aku, nanti kau ketularan tak waras. Cepat pergi sana.”
Dengan berat hati Airi pergi ke tempat duduknya. Sesekali takut-takut melirik Juna.
“Dasar menyebalkan.”
Pelajaran berlangsung seperti biasa. Tak dapat dipungkiri masih tersisa ekspresi khawatir dari masing-masing siswa terutama siswa perempuan. Begitupula dengan wali kelas kami yang selalu mengingatkan agar tidak berjalan sendirian. Selalu ajaklah sedikitnya satu teman untuk bareng.
“Hei Airi, kau dicari kakak kelas. Katanya ada hal yang ingin ia bicarakan denganmu ?”
“Benarkah ? Apa aku membuat masalah ?” Kata Airi takut sambil celingukan menatap luar kelas.
“Tidak tau ya.” Kata temannya. “Tapi menurutku sih tidak. Kelihatannya kakak kelas itu baik kok.”
“Baiklah.” Airi yang tadinya sedang mengemasi barang bersiap untuk pulang, bergegas berdiri menemui kakak kelas.