“Siapa kau ?!”
“Eh ? aku ? Hmm..” Dia mengetuk-ngetuk dagunya. “Seharusnya kau tanya dulu gimana aku bisa sampai di tempat jorok dan terpencil seperti ini. Dan… gimana bisa aku masuk lewat lubang kecil yang ada di atas ini.” Dia tertawa.
“Dasar sialan kau!”
“Yah.. ternyata kau tidak pensaran. Yaudah deh aku beritahu langsung aja-“
“Aku tak peduli! Siapa pun yang menemukan tempat ini, dia harus di bunuh!”
Dia tampak sama sekali tak peduli dengan ancaman barusan. “Berkat peralatan canggihku, aku bisa merayap naik ke lubang kecil itu. Dan berkat kostum yang aku pakai ini, tubuhku dapat mengerat. Genius sekali kan ? seharusnya kau memujiku, ya kan, tikus psikopat ?”
Orang yang dipanggilnya tikus psikopat tadi menggeram marah. Dilemparnya belati ke arah tempat Dia berada.
“Eit.” Sayang sekali refleks orang itu sempurna. “Baiklah-baiklah. Perkenalkan.. namaku Black Shadow. Nama pendeknya Blash. Terserah kau mau panggil aku Black Shadow atau Blash. Ngomong-ngomong namaku keren kan ?”
“Omong kosong!” Tikus psikopat itu kembali melempar beberapa pisau ke arah Blash. Dengan tangkas, Blash menghindar kemudian lompat turun dari tempatnya selama ini berada.
“Hup!” Blash tersenyum. “Keren kan pendaratanku barusan, ini berkat sepatu super yang aku buat kemarin. Kau mau membelinya ? Hm.. dilihat dari kesulitan cara membuatnya, mungkin harganya sekitar lima puluh juta. Hehe. Limited edition loh ini.”
“Aku akan membunuhmu. Dasar sialan!” Sang tikus maju menyerang membawa pisau panjang di tangan kanannya, sementara tangan kirinya memegang cambuk.
Pisau panjang yang akan mengenai tubuh Blash, dengan sigap dihentikan olehnya. Padahal pinggiran pisau itu amat tajam, namun dengan mudahnya direbut oleh Blash kemudian dileparkannya pisau itu ke pojok ruangan.
“Dengarkan dulu penjelasanku. Aku kemari bukan untuk bertarung, tapi untuk mengungkap identitas aslimu.”
Sang tikus itu tertegun. Cambuk yang dipegangnya tadi terjatuh. Tangannya gemetaran. “Siapa kau.. sebenarnya..”
“Aku ? Kan tadi aku sudah memperkenalkan diri. lupa ya.” Blash tertawa. “Baiklah kita mulai. Kau adalah seorang buronan di negeri sebrang. Kau ditangkap dengan kasus penculikan dan.. penyiksaan. Hal yang sama yang kau lakukan barusan.