Terik siang itu membakar kulit bumi, begitu panasnya hingga membuat makhluk hidup yang bernafas pasti mencari tempat perteduhan, kebanyakan dibalik atap-atap daun dan pepohonan dihutan.
“Sumpah, aku pikir aku melihat sesuatu yang bergerak disisi kanan gunung besar itu!” Eric berteriak sambil menunjukan tangan kanannya kearah puncak gunung Hitam diseberang laut, “lihat Cal!”
Calvian memutarkan matanya dan dengan sigap mengabaikan Eric, yang telah kesekian kali Eric menipunya tentang hal itu. Selalu bercerita tentang horor dipulau Hitam, atau kesialan yang akan melanda negeri mereka, atau dongeng-dongeng tentang naga atau burung-burung raksasa, atau tentang sihir-sihir dan kutukan diluar nalarnya.
“Cal! Aku serius, lihatlah pohon-pohon itu bergerak!” Teriak Eric menggema diatas menara mercusuar setinggi enam puluh meter, memantul diantara tebing jurang setinggi ratusan meter, hilang disapu desiran ombak laut.
Namun Calvian malah memukul dada Eric dengan keras, membuatnya menjerit seketika. “Jangan bercanda lagi, gurauanmu membuatku muak.”
Eric balas memukul Calvian dan mereka memulai pertengkaran kecil yang sudah biasa mereka lakukan selama menjaga tebing disini. Suara langkah kaki dari tangga memutar terdengar dan semakin mendekat naik keatas.
“Wah wah lihat yang dilakukan dua orang tidak berguna ini,” cetus Ulrich, seorang kapten dari menara mercusuar divisi pos kelima, dibelakangnya diikuti tiga orang pengikut setianya, Losar, Boras dan Arsel yang cekikan memasang tampang menghina.
“Maaf kapten,” Calvian langsung berdiri, diikuti Eric yang masih memegang pakaian tipis kain linen berwarna cokelat lusuh milik Calvian, “si bodoh ini mencoba menakut-nakutiku.”
“Dan kau takut?” Cetus Ulrich, “aku heran bagaimana bisa orang seperti kalian menjadi pasukan penjaga perbatasan disini, standar yang dibawa Lord Rickard benar-benar jatuh. Dan kau benar-benar kejatuhan keluarga Ishgar.” Ulrich memandangi Calvian dengan pandangan yang sangat menghina dan menjengkelkan.
Ketiga pengikut Ulrich masih cekikkan memandangi Eric dan Calvian, lalu mulai diam ketiga Ulrich memberikan tatapan tajam kepada mereka. “Lord Rickard sungguh menjadi gila sejak menikahi keponakan Kaisar.”
Calvian hanya diam menahan geram, Eric menarik pakaian tipisnya dari belakang, memberikan isyarat untuk menahan diri.
“Kapten, aku benar-benar melihat sesuatu yang bergerak dibalik hutan-hutan dekat gunung Hitam.” Ujar Eric mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Ohhh, dan itu yang membuat lord Calvian ketakutan setengah mati?” Ketus Ulrich, “pantas saja kau dibuang kesini oleh ayahmu sendiri, Lord Rickard Ishgar~”
Wajah Calvian memerah menahan marah, tangannya tergenggam kuat. Bocah delapan belas tahun itu siap melahap apa saja, namun Eric tetap menahannya.
“Katakan padaku lord Calvian. Apa kau anak haram?” Tanya Ulrich merasa menang, “kudengar ibumu menggoda Kaisar sebelum akhirnya dihukum mati.”
Calvian tidak bisa menahan amarahnya mendengar itu dan maju menyerang Ulrich sambil berteriak, pukulannya melayang cepat. Namun Ulrich seorang pria yang berpengalaman dalam pertempuran, dia menghindari pukulan wajah Calvian dengan mudah dan melesat mengenai bahu kirinya. Eric tidak bisa berbuat apa-apa, hanya tercengang sebelum Losar dan Arsel menahan Calvian, memeganginya dengan kasar. Lalu Ulrich tersenyum menyeringai menjengkelkan dan penuh dengan kemenangan, memegangi dagu Calvian dengan tangan kirinya.
“Kau berusaha menyerang kaptenmu sendiri?” Ulrich bertanya dan memprovokasi, “Eric, apa hukuman seorang penjaga yang berusaha mencelakakan kaptennya sendiri?”
Eric menahan nafas, melihat kasihan kearah Calvian. Menurutnya, walaupun Calvian sangat dingin dan sering mengabaikannya, dia adalah satu-satunya manusia disana yang masih mau mendengarkan semua perkataannya disaat yang lain menghindarinya. Menurutnya Calvian adalah orang yang sangat baik namun semua tindakannya adalah cermin kemarahan diri sendiri terhadap ayah kandung yang membuangnya kesini. Namun saat ini dia tidak bisa mengelak dan membela Calvian yang terpancing provokasi Ulrich. Kaptennya itu sangat membenci Calvian, entah apapun alasannya.
“Kenapa kau diam, kurus!? Kapten menanyaimu hukumannya!” Bentak Boras.
“Ya. Ehem.” Eric menahan ludahnya, “hukum cambuk sepuluh kali.
“Kau dengar anak haram?” Tanya Ulrich melotot, Calvian geram dan meludahinya. “Bajingan! Bawa dia kebawah dan hukum cambuk!”
“Kapten!” Eric dengan cepat bicara, “kau tidak bisa menghukum Calvian dengan hukum cambuk. Hanya kepala penjaga yang bisa menghukumnya begitu!”
“Menurutmu aku tidak bisa?” Tanya Ulrich geram.