Aurora masih mencatat pelajaran dengan tenang sampai akhirnya suara gaduh membuatnya menoleh kesal ke arah jendela. Ternyata ada yang mengganggu bahkan saat jam pelajaran usai dimana kelas sudah kosong. Dia bahkan memukul mukul kaca jendela yang membuat konsentrasi buyar. Aurora harus fokus ini adalah catatan rangkuman penting dimana minggu depan ada ulangan tepat hari senin.
“Ra! Masih lama nggak! Lo kalau kelamaan. Gue tinggal yah!” ancam lelaki yang membuat Aurora mendelik kesal.
“Terserah! Tapi gue nggak bakal ajarin lo lagi. Silahkan warnai raport lo. Dan terima amarah nyokap lo.” timpal Aurora tak mau kalah.
“Sekarang lo makin galak yah. Nggak kayak enam bulan lalu. Hahahaha...” Suara tawa renyah nya membuat Aurora tersenyum kecut.
“Detri Kross. The Kick Scissors Supspect! Lo jangan ungkit masa lalu. Males gue dengernya. Basi!” ucap Aurora langsung membereskan buku dan memasukan ke dalam tas kemudian menghampirinya yang sekarang sudah bersender di depan pintu.
“Yuk pulang!” ajaknya langsung menarik lengan Detri mengikuti cara jalannya yang cepat. Aurora hanya menatap lelaki yang berjalan di samping dirinya dengan gaya yang masih arrogant namun entah kenapa hatinya menghangat saat tangan Detri masih menggenggam tangan Aurora erat.
“Senyum sendiri! Ajak-ajak gue dong! Biar nggak di sangka lo nggak bahagia sendirian! Biar yang lain tahu. Gue yang buat lo bahagia!” Kali ini Aurora tertawa mendengar ucapan Detri yang menyentuh namun cara penyampaiannya sama sekali tak menyentuh. Detri bahkan tak menatap Aurora sekarang.
“Siapa yang mau lihat? Orang hampir semuanya dah pada pulang? Lo kalau mau pamer. Baca situasi dong!” ucap Aurora geli hingga Detri menatap sekeliling kelas yang kosong.
“D? Lo tahu nggak katanya kalau pulang kesorean. Kita bakal lihat hantu sekolah.” lanjut Aurora masih berjalan di samping Detri sembari kelas XI IPA yang ada di ujung sana.
“Masih percaya aja lo sama hantu. Ada juga lo kan bakal jadi hantu juga. Hahahaha.” Aurora melepaskan genggaman tangan Detri dan berjalan lebih cepat darinya. Jujur Aurora tersinggung karena bagaimanapun ia sangat takut sedangkan Detri sama sekali tak serius menanggapi ucapan Aurora.
“Lari aja! Biar lo cape, nanti yang gendong juga, gue lagi.” Aurora hendak berlari namun berjalan secepat ini saja sudah membuatnya lelah.
“Lo nggak ahli dalam hal kejar mengejar, itu keahlian gue. Keahlian gue mengejar lo.” Belum sempat Aurora berlari namun tangan kekar Detri menarik tubuh Aurora hingga mereka kembali sejajar. Wajahnya menatap Aurora serius. Wajah yang tampan dan tegas. Wajah urakan namun menarik.
“Gue nggak mau di kejar sama lo! Nilai lo aja masih di bawah gue! Gengsi gue have a crush sama lo! Hancur sudah image yang gue bangun selama ini.” ucap Aurora bangga sembari menepuk dada.