“Boleh gue tanya sesuatu?” Aurora sedang berjalan menuju rumahnya meskipun Aurora akan mudah lelah namun Aurora selalu membiasakan berjalan sedikit sebelum benar-benar sampai. Maka dari itu Detri hanya mengantarkannya sampai gerbang kompleknya lalu menemani Aurora ke depan teras rumahnya.
“Tanya tentang apa? Perasaan gue ke lo?” Aurora hanya tersenyum kecil.
“Kenapa lo bilang ke semua anak kelas lo bahwa lo menolak semua cewek gara-gara gue itu kelemahan lo?” Aurora melihat rahang Detri sedikit mengeras namun perlahan Detri malah menampilkan senyum simetrisnya.
“Terserah gue dong! Mau jawab apa.” Kali ini Detri melangkah lebih dahulu. Aurora sudah menebak nya jawabannya. Hanya saja Aurora merasa makin sedih. Aurora menutupinya dengan senyumannya.
“Lain kali jangan gunakan gue sebagai alasan. Lo mau pacaran sama siapapun gue nggak peduli...Itu hak lo. Gue malas kalau ada gossip aneh tentang gue.” Aurora sudah mensejajarkan langkahnya dengan Detri.
“Lo nggak bakal kehilangan gue kalau semisalnya gue pacaran sama orang lain?” Kali ini Detri bertanya dengan serius berharap jawabannya sesuai dengan apa yang ada dalam pikirannya sekarang.
“Nggak.” Detri tersenyum sinis seharusnya Detri bukan menebak kata ‘iya’.
“Oh iya? Jangan salahkan gue kalau semisalnya gue menjauh dan lo--“
“Nangis bombay? D! Mungkin gue nggak akan menangis tapi dalam hati gue mungkin gue bakal menjerit manggil nama lo! Puas!?” Aurora berteriak dan kemudian berlari sambil melilitkan lidahnya dan menginjak sepatu Detri.
“Heh!!! Dasar yah Harsyad! Beraninya lo main tinggal gue gitu aja!” Detri langsung mengejar Aurora yang sudah sampai di depan gerbang kemudian memencet sandi masuk ke rumah nya. Tanpa buang waktu Aurora berlari semakin cepat menuju pintu rumah. Ketika Aurora hendak membuka pintu. Tiba-tiba ada yang mencekal tangannya. Siapa lagi kalau bukan Detri yang mencekalnya sembari memamerkan senyum smirknya.
“Lo kalah cepat! Aurora Harsyad Putri.” ucap Detri yang membuat Aurora kesal.
“Lepasin! Gue bilang mama sekarang juga.” Aurora hendak berteriak namun pintu terbuka dengan cepat. Titania sudah ada di depan putrinya sambil tersenyum ke arah keduanya.
“Kamu sudah pulang nak?” tanya Titania perhatian.