“Aku harus check dulu Ara, dia suka susah tidur.” Titania menyuruh Ganang tidur lebih dahulu.
“Ayo kita lihat bersama!” Ganang hendak berdiri dari kursi kerjanya namun Titania melarangnya.
“Kamu sebaiknya selesaikan pekerjaan mu. Biar aku saja...” Bukan Ganang namanya yang mengikuti kemauan istrinya begitu saja.
“Akhir-akhir ini Detri sering ke sini.” Langkah Titania seketika terhenti. Ganang sudah mulai protecter lagi. Titania tahu kadang Ganang memang selalu khawatir terutama mengenai putri sulungnya itu.
“Detri anak baik. Kamu tahu’ kan? Bahkan selama ini yang selalu menjaga Aurora di sekolah itu Detri.” jelas Titania.
“Detri memang bisa di andalkan tapi aku belum bisa percaya. Lagian mereka masih muda.” Titania tahu betul kemana arah pembicaraan ini.
“Ganang! Jangan coba-coba melarang apapun untuk Aurora. Dia berhak menikmati masa muda nya. Cukup waktu dia masih SMP saja kamu melarang dia. Kamu sudah pasang GPS di ponselnya, memberikan pengawalan seminggu tiga kali, bahkan kamu juga nggak pernah bolehin dia party. She’s has her own life sweetheart.” Ganang membenarkan ucapan istrinya. Ganang hanya takut kehilangan putri kecilnya. Ganang belum melihat kesungguhan pria manapun untuk mendekati putrinya. Kesalahannya lah dulu yang membuat Titania stress hingga akhirnya menyebabkan putrinya mengalami penyakit seperti ini.
Tak lama kemudian Titania pun menghampiri suaminya yang nampak berpikir keras. Kemudian mengusap rambut suami nya lembut sembari memeluk tubuhnya erat. Ganang pun membalas pelukan istrinya.
“Kamu sekarang yang lihat Garra. Biar aku yang lihat Aurora.” Titania pun mengangguk paham seraya berdiri menuju kamar Garra.
Ganang membuka pintu kamar putrinya yang tertutup. Ganang melihat putrinya yang memeluk boneka teddy bear cokelat miliknya. Ganang melihat tangan putrinya memegang ponsel dengan mata masih terbuka.
“Kok anak papa belum tidur?” tanya Ganang heran.
“Papa juga kenapa belum tidur?” Ganang tahu darimana sikap ini muncul. Ketika orang bertanya bukannya menjawab malah balik bertanya.
“Belum ngantuk, papa mau lihat kamu tidur. Biasanya mama yang lihat kamu.” ucap Ganang kemudian menghempaskan diri di samping ranjang milik putrinya.
“Pa! Aku baru inget. Besok aku nggak usah diantar yah?” Ganang curiga ini pasti ada kaitan nya dengan Detri.
“Kok papa ngelihatin aku begitu?” tanya Aurora kesal.
“Memangnya kamu mau berangkat sekolah sama siapa?” Ganang menatap putrinya penuh selidik.
“Detri mau jemput.” Ganang mendengus kesal, ternyata putrinya sekarang sudah dewasa.
“Nggak boleh!” Ganang melarang sedangkan Aurora tak terima.
“Papa! Nggak bisa kayak gitu dong. Lagian juga Detri kan-“
“Papa nggak suka sama Detri.” Aurora terpaku mendengar ucapan Ganang yang membuat hatinya sedih.