Aurora berlari dengan cepat menuju ruang anggrek nomer dua satu. Aurora begitu kaget mendengar telpon dari Harun yang mengatakan bahwa Detri masuk rumah sakit karena tawuran dan mengalami luka di tangan kirinya. Seketika Aurora memasuki ruangan dengan gelisah.
Kini Aurora melihat Detri yang kaget namun masih bisa tersenyum. Aurora sudah mengerjap-ngerjapkan matanya menahan tangis. Di sana ada Harun, Rayi dan Kafka. Aurora hanya takut sekaligus kesal karena Detri sudah melakukan kebiasaan buruknya lagi. Tentunya Aurora berpikir Detri marah terhadap Aurora dan melampiaskan kekesalannya dengan mengikuti tawuran.
“Jangan marah-“
“Aku benci kamu!” Belum sempat Detri mengatakan ucapan nya. Kini Detri melihat Aurora yang sudah menangis. Meski di tahannya Detri tahu Aurora akan kesal dengan tingkahnya.
Detri hendak menjelaskannya namun Aurora malah berbalik dan meninggalkan semuanya dengan terheran-heran.
“Gue harus kejar dia!” Detri hendak pergi namun Rayi mencegahnya.
“Biar gue yang ambil alih. Gue bawa dia balik ke sini.” potong Rayi.
“Ara nggak bakal dengar. Biar gue-“
“Iya, sekarang biarkan kita yang bantu lo.” timpal Rayi yang langsung keluar ruangan.
“Aku benci kamu! Tumben dia bilang gitu?” Harun malah mengejek Detri yang melotot ke arahnya.
“Ara jarang bilang kayak gitu. Berarti dia beneran marah ke gue!” Harun tersenyum geli melihat tingkah aneh pasangan ini. Mereka jelas-jelas saling menyukai namun entah kenapa tak ada pengakuan.
Sedangkan Rayi di luar langsung menemuka tubuh kecil yang di kenali nya. Aurora sedang mengusap air mata nya dan duduk di bangku panjang yang menghadap ke taman kecil rumah sakit.
“Jangan nangis mulu! Jelek lo!” Rayi mengacak rambut Aurora.
“Apaan sih lo!?” sentak Aurora kesal.
“Santai cantik! Lo mau nggak bisa lihat Detri lagi. Lukanya parah lho. Malah bisa menjalar kemana-mana!” ucap Rayi yang membuat Aurora menghentikan tangis.
“Apa?” tanya Aurora masih menghapus sisa air mata nya.
“Iya. Dia bakal mengalami banyak kesulitan lho.” Rayi mengatakannya dengan tampang yang menyakinkan.
“Benaran lo? Ayo! Kita balik! Gue harus ngomong sama Detri!” Rayi langsung mengangguk mantap dan mengajak Aurora kembali.
“Jangan melamun nggak jelas. Lo kesurupan duyung mangap? Tau rasa lo!” Harun malah membuat Detri tersenyum kecil.
“Nggak lucu lo!” timpal Detri yang masih memikirkan Aurora.
Tiba-tiba pintu terbuka dan di sana ada Aurora yang di ikuti Rayi yang tersenyum sembari menaikan kedua alisnya. Aurora duduk di kursi samping Detri yang sengaja di kosongkan.