BLIND SIDE

Nurhidayati
Chapter #10

Bab 9_ Kamu bohong

Dua minggu sudah masa pemulihan Detri berakhir hingga akhirnya Detri melepas perbannya. Namun kekhawatiran Aurora terhadapnya tak pernah berakhir. Aurora selalu datang ke kelas Detri tiap istirahat, makan bersama dan bahkan Aurora yang awalnya tak mau menunggu Detri main bola sekarang Aurora nampaknya tak mau ketinggalan. Tiap saat Aurora selalu mengecek Detri. Tentunya Detri malah makin manja dengan sikap Aurora terhadapnya. Detri bahkan selalu membuat Aurora ada di sampingnya. Hingga saat seperti ini Detri selalu sengaja membuat Aurora panik.

“Aw!” Aurora langsung panik dan menyentuh lengan Detri.

“Apa yang sakit? Mana? Kan gue udah bilang kalau misalnya kerasa sakit. Jangan di biarkan.” Detri tersenyum senang dan menyenderkan dagunya dai pundak kecil Aurora “Cepet bilang! Mana yang sakit! Ayo kita pulang aja!” ujar Aurora masih mengecek mana bagian yang sakit dari tubuh Detri.

“Hahahahaa!” Suara tawa Detri malah membuat Aurora kesal dan menggeser duduknya hingga Detri pun sempat jatuh.

“Ara! Kok lo nggak ajak Mila sama Tsani ke kelas kita?” tanya Harun sembari mengedipkan matanya.

“Jangan centil lo!” Sentilan Detri tepat mengenai kepala Harun.

“Udah gue ajak. Tapi kayaknya mereka malu.” jawab Aurora sembari membalikan buku Detri yang ternyata kosong.

“Lain kali gue ajak aja Mila sama Tsani? Kaf!? Lo mau kan?” Kafka hanya mengedikan bahunya.

“Nasib gue aja kali yah yang nggak di tanyain.” Rayi membuat semuanya tertawa kembali.

“Mereka sibuk.” Jawaban Aurora yang singkat membuat Detri terbahak.

“D! Aku mau balik ke kelas yah. Bentar lagi masuk!” Detri pun berdiri mengantarkan Aurora ke depan pintu kelasnya dengan senang. Tak lupa Detri mengacak rambut panjang Aurora penuh sayang. 

Semuanya melihat dengan geli tingkah Detri yang nampaknya sangat mencintai Aurora sedangkan Nabila yang memang sedari tadi kesal dengan keberadaan Aurora hanya mencebik kesal.

“Hati-hati! Nanti Detri jemput Ara!” Detri masih senantiasa melambaikan tangannya dengan senang hati. Begitupun Aurora hanya tersenyum sembari menyuruh Detri masuk ke dalam kelas.

“Gue berasa nonton drama-drama korea!” ujar Rayi yang kini menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Yang lo lihat itu cinta! Makanya kenalan dong sama yang namanya cinta!” tukas Harun membuat Rayi menoyor kepalanya.

“Cinta memang kadang membuat kita merasakaan sesuatu yang berbeda.” Harun dan Rayi sontak menatap horror kepada Kafka yang tersenyum kecil.

“Bukan hanya Detri yang gila.” bisik Rayi ke telinga Harun.

Lihat selengkapnya