BLIND SIDE

Nurhidayati
Chapter #11

Bab 10_Jangan Menghindar

“Mah! Detri kok belum datang yah?” tanya Aurora yang tengah mengamati ponsel. Titania tersenyum tenang karena ternyata dokter pribadi mereka mengatakan tak ada yang perlu di khawatirkan. Aurora masih baik-baik saja. Tak ada kerusakan apa-apa pada tulang ataupun bagian saraf dari otak Aurora. 

“Mama cemas, kok kamu nggak ikutan cemas.” timpal Titania yang tengah mengusap lembut rambut Aurora penuh sayang “Harus ada yang tenang dalam keluarga ini. Dan itu bukan Mama orangnya.” Titania tersenyum geli mendengar kutipan Aurora yang sering Aurora baca dalam novel.

“Kamu sudah makan, minum obat, sekarang istirahat. Sudah hampir jam 7 malam. Mungkin Detri akan datang besok.” Namun respon Aurora malah tersenyum. 

“Mah! Itu suara motor Detri!” Aurora hendak beranjak dari tidurnya namun Titania mencegah Aurora.

“Biar Mama dan Papa lihat dulu Detri.” ucap Titania yang di sambut tatapan mencurigakan Aurora.

“Mama hanya memastikan saja. Mama nggak akan marah kok. He is your Superman. Mama nggak mau nanti kamu merengek ke Mama.” Aurora terkekeh geli dengan ucapan Titania yang menyebut Detri Superman.

Titania menuruni anak tangga. Pemandangan menegangkan ada di bawah sana dimana Ganang menginterogasi Detri. Rasanya Titania dulu pernah mengalami hal seperti ini.

“Detri sudah datang!” Suara Titania memecah keheningan.

“Ini sudah malam, Ara sudah tidur! Jangan ganggu anak—“

“Ara sudah menunggu kamu di atas, Tapi jangan lama-lama yah, Ara baru selesai check up. Terus minum obat juga.” potong Titania yang menahan amarah suaminya. Detri tak punya pilihan lain selain mengangguk.

“Mohon maaf Pak Ganang! Tapi saya harus ketemu Ara!” Ganang dan Titania langsung membelalakan mata mendengar pengakuan Detri barusan. Kini Detri hanya bisa berlari menuju kamar Aurora.

“Kenapa Ara suka dengan tipe sengak, kasar, nggak tahu aturan, hobinya tawuran, raportnya biasa aja. Kenapa Ara suka model cowok seperti itu?” Ganang menghempaskan diri di sofa merah marun kesukaan Titania.

“Mungkin Ara menuruni sifatku.” Ganang mengernyit heran saat Titania ikut memeluk tubuh Ganang tenang.

“Aku suka Ganang yang pemarah, Ganang yang arrogan, Ganang yang selalu saja membuatku menangis tetapi aku sadar hanya Ganang yang membuatku bahagia.” Titania mengecup pipi Ganang pelan sedangkan Ganang makin erat memeluk istrinya itu.

Lihat selengkapnya