Hari Rabu tepat dengan jadwal kelas Detri olahraga. Aurora masih ada di perpustakaan. Setiap jam kosong serta jam olahraga Aurora selalu ada di perpustakaan. Entah kebetulan atau apa. Setiap kelas XI IPS2 olahraga Aurora selalu kebagian kelas kosong. Entah dengan tidak adanya guru sejarah mereka atau dengan agenda rapat para guru yang membuat kelas XI IPS1 diberi tugas atau kosong.
“Kok cemberut? Capek? Istirahat saja.” tanya Bu Sukma lembut “Nggak kok Bu. Ini Ara semangat banget!” jawab Aurora yang kembali menyampul buku paket bahasa indonesia kelas X.
“Yaudah. Ibu ke toilet dulu sebentar.” Bu Sukma pun meninggalkan Aurora yang kembali sibuk dengan agenda menyampul buku. Hingga suara bising dari lapangan membuat Aurora mendekatkan diri ke jendela. Meski perpustakaan berada hampir di ujung barisan kelas namun jendela ini sangat pas menghadap lapangan.
Di sana Aurora melihat Nabila yang memberikan botol minuman kepada Detri. Yang Aurora tak percaya adalah Detri yang mengambil botol minuman tersebut sembari tersenyum. Sontak seisi kelas Detri bersorak. Aurora tersenyum pahit. Mungkin Nabila gadis yang ingin Detri jadikan pacar. Baiklah Aurora tak akan menghalanginya.
Hampir satu jam Aurora berusaha mengalihkan pikirannya dari kejadian yang tadi Aurora lihat namun makin lama Aurora makin merasa sedikit kesal. Aurora merasakan ada orang yang memandanginya hingga Aurora mendongak dan mendapati Detri berdiri di depannya.
“Kenapa lo belum masuk kelas?” Aurora tak salah dengar. Barusan Detri menggunakan kosa kata lo-gue. Nampaknya ucapan Detri kemarin hanya asal-asalan.
“Bentar lagi.” jawab Aurora singkat.
“Mana Bu Sukma?” tanya Detri lagi.
“Tadi ke toilet.” Detri merasa pertanyaannya benar namun kenapa jawaban Aurora sedikit singkat.
“Balik ke kelas sana! Lima menit lagi lo telat!” Aurora hanya mengangguk sedangkan Detri di buat heran dengan tingkah Aurora.
“Iya, Aurora bisa langsung ke kelas. Silahkan.” ucap Bu Sukma yang sekarang sudah kembali ke mejanya “Tuh! Lo dengar kan? Bu Sukma bilang lo musti balik ke kelas. Kelamaan di perpus mana ada cowok yang mau sama lo!” Mungkin Aurora yang sensitif atau kesal. Tetapi Aurora merasa kesal dengan ucapan Detri barusan. Seakan Aurora sendiri tak laku atau tak bisa mendapatkan pacar.
“Duluan aja.” pinta Aurora tak ingin mencari masalah.
“Yaelah kelas kita sebelahan kali. Ayo cepetan!” Detri sudah mencak-mencak sedangkan Aurora hanya menatap Detri lelah.
“Gue mau nanti aja ke kelasnya. Masih capek.”Aurora berkilah namun Detri malah duduk di samping Aurora. Kini Detri menyentuh kening Aurora memastikan sesuatu.
“Yaudah gue tunggu aja, berapa buku lagi?” Aurora kesal sekarang. Baru satu menit yang lalu Detri menghina Aurora yang tak punya pacar sekarang Detri malah ingin membantu.
“Ini udah selesai, lo duluan aja, lagian Pak Dede nggak bakal kasih lo masuk ke kelas kalau lo telat. Setidaknya lo nggak bolos.” Ucapan Aurora barusan membuat Detri teringat akan janjinya.
“Ok, gue ke kelas dulu, lo jangan kelamaan.” ucap Detri yang di sambut anggukan Aurora.
Bu Sukma yang melihat tingkah kedua muridnya hanya bisa menggelengkan kepala “Kalian marahan?” tanya Bu Sukma yang membuat Aurora menggelengkan kepala “Lalu, kenapa terlihat seperti kamu menghindarinya?” Rasanya Aurora makin tak ingin menjawab pertanyaan Bu Sukma.