“Kayaknya ada yang lagi senang nih?” tanya Titania yang melihat putrinya tersenyum sambil memakan roti selai coklat “Mama! Nggak gitu juga kali...” sangkal Aurora yang makin tersipu.
“Mulai besok jangan suruh Detri datang malam-malam. Memangnya kalian nggak punya waktu di siang hari!” Ganang membuat senyuman di bibir Aurora hilang seketika.
“Mas! Kok kamu gitu sih!” timpal Titania menyikut siku Ganang.
“Kak! Ini status semalam lo berlebihan banget. Is he guardian angel that you sent to me.” Sontak semuanya melihat Titania dengan berbagai pandangan. Titania dengan senyum sumringah dan mata berbinar, Ganang dengan melotot tak percaya sedangkan Garra dengan ekspresi yang biasa saja.
“Garra!!! Lo suka kepo deh! Akhhh!!” teriak Aurora merasa bodoh karena lupa menghapus status Bbm milik Aurora tadi malam “Makanya kalau mau di tempat lain curhatnya.” Nasihat Garra memang patut di aplikasikan. Sekarang Aurora merasa menyesal karena melihat kedua orang tuanya yang pasti akan membatasi geraknya lagi.
“Papa! Garra mau berangkat sendiri. Ada rapat seleksi anggota osis. Jadi Garra duluan.” Titania tahu bahwa Garra nampaknya sudah ingin mandiri hingga akhirnya mau tak mau Ganang dan Titania mengizinkan putra bungsu mereka pergi.
“Ayo berangkat!” Ganang tak menyelesaikan sarapannya. Aurora salah kira ternyata Ganang sudah melancarkan aksi tak suka dengan sikap Aurora.
Di dalam mobil Ganang tak banyak bicara terhadap putrinya. Ganang hanya melanjukan mobil dengan diam. Biasanya Ganang akan menyalakan musik di radio kesukaan Ganang dan Aurora namun sepertinya sekarang Ganang ingin diam saja.
“Papa...” Ganang hanya melirik sekilas putrinya.
“Apa sih yang papa nggak suka dari Detri?” Ganang makin kesal saja melihat putrinya memanggil nama Detri dengan akrab.
“Papa nggak bisa biarkan kamu sama cowok berandalan macam dia.” Aurora tahu bahwa sedari awal ayahnya yang keras kepala satu ini sangat tak menyukai Detri namun Aurora tidak pernah tahu bahwa Ganang juga akan terus bersikap tak baik terhadap Detri meskipun Detri sudah banyak berubah.
“Apa papa perlu menjodohkan kamu sama anak teman papa?” Aurora menoleh dengan cepat mendengar perkataan Ganang. Rasa sedih dengan ucapan Ganang membuat Aurora memasang tampang menyedihkan.
“Papa nggak akan melakukan itu! Mama kamu bisa bunuh papa.” Aurora hanya bisa mengangguk dalam diam.
“Mungkinkah selama ini Papa nggak suka Detri karena Papa memang ada niatan mau menjodohkan aku?” Ganang kini merutuki kebodohannya. Sekarang putrinya malah bertanya sebegitu jauhnya. Memang benar Titania dan Aurora memiliki sifat yang sama.