BLIND SIDE

Nurhidayati
Chapter #18

Bab 17_Baku Hantam

Detri memasuki bagasi mobil yang terbuka di sebuah rumah besar salah satu perumahan mewah di Jakarta. Detri melihat Barra tengah mengotak-atik mesin dari mobil kesayangan Batara Kala.

Nice car dude!” Barra hanya tersenyum melihat Detri yang datang. 

“Dari mana lo bisa masuk?” tanya Barra tajam.

“Punya satpam yang setia jangan mudah tergoda.” Detri menyunggingkan senyum licik sembari menendang ban mobil Barra. Sorot mata kemarahan Barra membuat Detri tersenyum semakin lebar.

“Lo tahu, lo sangat defensif dengan apa yang lo miliki kan? Dan lo nggak suka siapapun menyentuhnya.”

Barra menunggu kelanjutan ucapan Detri sembari menatap rendah Detri.

“Begitupun gue! Dengan tegas gue sebut gue paling sensitif urusan Aurora. Jadi, jangan usik apa yang gue miliki, kalau lo nggak mau gue melakukan hal yang sama dengan yang lo miliki.” Kaki Detri kembali menendang ban mobil Barra sekuat tenaga.

“Haha! Lo siapa hah?! Berani mengancam gue!” Barra sudah tak tahan dan meraih kerah baju Detri hendak membanting tubuh Detri ke tanah.

“Barra!” Suara panggilan Nara menginterupsi kegiatan membunuh Barra. Nara melotot tak percaya. Dengan berat hati Barra melepaskan Detri.

“Kalian lagi apa? Barra!!! Lo! Apapun itu jangan berantem!” Nara kembali ke dalam ruangan sedangkan Barra yang sekarang menggebrak kap mobil penuh amarah. Detri tersenyum arogan, ternyata benar Barra dan Nara bukan sekedar teman.

“Peringatan terakhir lo, kalau lo masih mau terlihat baik di mata Nara, lo jaga tabiat lo yang mudah marah. Ingat! Jangan melanggar batas!”

Detri sudah berbalik memutuskan untuk pergi sebelum amarah Barra kembali memuncak namun suara Barra membuat Detri diam sebentar.

“Bilang cewek lo, jangan dekati Nara, kalau lo nggak mau melanggar batasan. Pastikan dia nggak mulai lebih dulu.”

Detri hanya mengedikan bahu dan berlalu sedangkan Barra masih berusaha menahan amarahnya untuk membinasakan Detri sekarang juga.

*******

“Ara, kamu mama perhatikan melamun saja?” tanya Titania yang memperhatikan pandangan Aurora yang kosong padahal mereka sedang menonton acara favorite mereka di ruang keluarga. Ganang menangkap kegelisahan istrinya hingga akhirnya mata Ganang jatuh pada tatapan putrinya yang sendu.

“Ara...” Sentuhan kecil di kening Aurora membuat Aurora kaget seketika.

“Mama, Aurora kaget!” Titania dan Ganang saling bertatapan karena dugaan mereka benar. Aurora sedari tadi tak menonton melainkan hanya melamun sendirian.

“Kamu kenapa sayang?” Titania menggeser duduknya hingga semakin rapat dengan Aurora.

“Mama, apa ada alasan seseorang terlihat menakutkan?” Semua orang menatap Aurora penasaran terutama Ganang yang sedari tadi melihat layar televisi.

“Emangnya Kak Detri semenyeramkan apa?” Aurora menggeleng pelan membuat Garra tak lagi bertanya.

“Garra nggak tau masalahnya apa, tapi yang jelas ada baiknya bicarakan baik-baik dengan Kak Detri.”

“Garra, main game dulu!” Garra menaiki anak tangga meninggalkan Titania, Ganang dan Aurora yang tersenyum penuh arti.

“Sayang, akhir-akhir ini Garra jadi lebih peka yah sama keadaan di sekitarnya!” Ganang hanya mengangguk dan tersenyum kecil. Putranya kini menjadi lebih dewasa.

“Mungkin interaksi dari lawan main di game. Jadi, Garra bisa mulai banyak bicara. Meskipun masih sedikit.” Tutur Titania yang di sambut anggukan Ganang.

“Jadi, apa Detri buat masalah lagi?” tanya Ganang langsung menuduh Detri.

“Detri nggak salah! Kenapa sih Papa selalu menyalahkan Detri!?” Titania menyikut siku Ganang. 

“Jangan dengar Papa kamu, sekarang cerita ke Mama saja...” Titania membujuk Aurora yang kini masih cemberut.

“Kemarin ada anak kelas sebelah yang mengancam Ara, tapi Detri belain Ara dan Detri juga yang akan ambil perhitungan biar anak itu nggak ganggu Ara.”

“Siapa nama anak itu?!” potong Ganang penuh penekanan.

“Papa ku yang ku cintai dan ku banggakan, sekarang Papa bisa nggak, sekali aja nggak mengambil kesimpulan. Lagian Detri bisa menyelesaikan masalah ini. Detri selalu bantu Ara...” Aurora tersenyum malu karena ingat akan kejadian sewaktu Detri yang cemas dengan luka di tangan Aurora.

“Percaya saja sayang, kamu tahu kan Detri selalu ada untuk Ara...” Melihat kedua wanita yang sangat Ganang cintai dalam hidupnya membuat Ganang kembali menghela nafas dalam. Putri sulungnya kini tak malu-malu lagi untuk bercerita.

Titania pun mengamit lengan Ganang dan tersenyum menenangkan Ganang. Titania dan Ganang akhirnya mengangguk dan membiarkan Aurora menangani masalah Aurora dengan tangannya sendiri. 

Bunyi bel di depan pintu membuat Aurora berdiri dan membuka pintu rumah. Aurora tersenyum senang ketika melihat Detri datang.

“Belum terlalu sore, masih jam tiga, masih boleh mampir?” Tanya Detri yang di sambut anggukan Aurora.

“Aku bawa pisang keju sama jus melon kesukaan kamu, ada roti selai cokelat juga!” Entah kenapa Detri kali ini sangat manis sekali.

“Banyak banget!!!” Aurora mengambil kantung plastik putih tersebut dan benar-benar tersenyum senang melihat isinya.

“Yuk, masuk!” Aurora menggenggam tangan Detri sedangkan Detri hanya bisa menahan degup jantungnya sembari tersenyum.

“Mama, Papa, lihat siapa yang datang! Detri Kross!” Sontak Ganang kaget dengan julukan Detri sedangkan Titania hanya tersenyum kagum dengan julukan Detri yang keren.

“Nama kamu bisa jadi cerminan diri kamu, memangnya kamu suka sekali menghajar orang yah!” Cibir Ganang.

“Mas, itu nama yang cool, sound creepy but interesting...” Titania membela Detri

“Papa, itu kan hanya nama, nggak usah di perpanjang!” Sungut Aurora.

“Itu, bukan seperti yang Pak Ganang pikirkan, nama itu memang sedikit telihat kurang baik, tapi saya sedang mengurangi penyebab saya memiliki julukan seperti itu.” Ucap Detri sopan.

Lihat selengkapnya