“Bisa jaga Detri dulu sebentar, kebetulan papanya Detri sedang kebingungan mencari bahan untuk presentasi di kantor.” Rayi, Harun dan Kafka kembali mengangguk mantap.
“Biar kami yang jaga bos!” Ujar Harun semangat.
“Bos?” tanya Anastasia heran.
“Tenang tante, biar saya yang jaga Detri.” potong Rayi tersenyum sopan.
“Harun, memang memanggil semua nama seperti itu, ingatannya jelek tante, Jadi begitu.” Anastasia pun mengangguk.
“Sekali lagi saya berterima kasih, kalian sudah menemani anak saya.” Kali ini Anastasia tersenyum terharu.
“Detri dulu, kurang terbuka dan selalu buat masalah, saya selalu memaksa dia menjadi terbaik hingga akhirnya saya juga kurang memperhatikan Detri. Saya senang ternyata masih ada yang peduli dengan Detri.” Tutur Anastasia lebih lanjut.
“Itu sudah kewajiban kami sebagai sahabat Detri, saling menolong antar sahabat, memberikan support dan tentunya bisa membuat Detri semakin lebih baik. Itulah gunanya persahabatan.” Ucapan Kafka bak seorang presiden yang sedang kampanye. Sedangkan Rayi dan Harun menahan senyum geli mendengar ucapan Kafka yang lebih dari satu frasa itu.
“Tante pergi dulu yah, kalau ada apa-apa, telpon saja...”
Akhirnya ruangan kembali sepi. Rayi tengah mengecek ponsel begitupun juga Harun yang melakukan hal serupa sedangkan Kafka masih membaca buku latihan soal ekonomi.
“Kaf, lo nggak bosen tuh, baca buku terus!” Kafka melirik Harun sekilas dan menggeleng pelan.
“Gue bingung, ternyata Batara Kala kekuatannya oke juga, Apa gue ajak gabung kalau tawuran?!” Ide gila Harun kembeli menyeruak.
“Mending lo kerjain tugas lo! Tawuran mulu! Nggak lihat Detri udah hampir mampus!” Rayi menoyor kepala Harun.
“Lagian, wajar kali, hidup itu nggak harus serius, kita ini cowok! Hidup harus ada pengalaman! Pengalaman tawuran, bolos, minum, rokok, main cewek.”
Kafka hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Harun. Sedangkan Rayi malah tertawa terbaha-bahak.
“Dari semua bacot lo barusan, negatif semua isinya! Hahahahaa....” Harun malah ikut tertawa.
“Gue mau menikmati hidup selagi gue masih sekolah dan kewajiban gue nggak banyak!” Harun kembali berceloteh.
“Beri...sik...” Rayi, Harun dan Kafka langsung menghentikan obrolan mereka dan langsung menghampiri Detri.
Mata Detri terbuka secara perlahan. Rayi, Harun dan Kafka tersenyum senang melihat Detri yang menatap satu persatu sahabatnya.
“Kepala gue? Pusing....Arrghhh...” Keluh Detri sembari memegang perban di kepalanya.
“Panggil dokternya! bego!” Seketika Harun langsung berlari keluar ruangan mendengar instruksi Rayi.
“Gimana? Masih ada yang sakit?” Tanya Rayi yang di sambut gelengan Detri.
“Lo satu hari nggak sadar, Aurora dari kemarin nangis terus. Dia nggak kuat lihat lo yang kesakitan.” Sambung Rayi.
“Ara masih dalam perjalanan, kemarin dia nggak makan seharian demi nunggu lo.”
“Aurora? Siapa dia?”
Sontak Rayi dan Kafka tak mengerti dengan pertanyaan Detri. Satu hal yang pasti saat akhirnya dokter muncul dan meminta mereka untuk menungggu di luar ruangan.
“Nggak mungkin ini terjadi!” Ucap Rayi, Harun dan Kafka berbarengan.
******
Akhirnya dokter pun menjelaskan bahwa Detri mengalami syok ringan. Ingatannya baik-baik saja. Hanya perlu beberapa hari untuk membuat Detri pulih seperti semula.
“Akting lo jelek banget! Pake acara lupa ingatan! Kalau lupa beneran lo baru tahu rasa!” Rayi memukul lengan Detri pelan sedangkan Detri hanya tertawa puas.
“Lo yakin kan ingat kita semua?” tanya Harun yang masih belum percaya.
“Coba sebut, nama lengkap kita!” Tantang Harun.
“Adimas Rayi Putra. Kelas XI IPS3. Suka tawuran dan gak suka MIPA, satu hal dari lo yang selalu khas. Lo jomblo!” Rayi tersenyum senang karena namanya namun dengan sigap Rayi kembali memukul lengan Detri yang meledeknya barusan.
“Gue itu jomblo terhormat, Save the best for the last!” Ucap Rayi sembari membusungkan dada.
“Jangan kelamaan juga, nanti cinta lo kadaluarsa! Hahahahaa...” Semuanya sontak tertawa mendengar Detri yang kembali tertawa.
“Sekarang giliran gue, siapa nama lengkap gue? Apa makanan favorite gue, siapa cewek yang gue suka?” Cecar Harun.
“Harun Gunawan, Kelas XI IPS3. Makanan kesukaan lo semua yang mahal dan enak apalagi yang gratis, tapi lo suka banget sama siomay mama kantin kita. Cewek yang lo taksir sekarang Mila Arsy teman karibnya Ara.” Harun bertepuk tangan puas akan jawaban Detri.
“Sekarang, lo sebutkan jawaban tentang lelaki ini, sama persis kayak jawaban lo buat gue!” Tuntut Harun.
“Andito. G. Kafka. Kelas XI IPS3. Hobinya belajar dan baca buku, paling diem di anatara kita semua, paling anti tawuran, suka makan bakso, yang jelas Tsani selalu ada di pikirannya.” Kafka berdeham mendengar penjelasan Detri.
“Sekarang, gue perlu bantuan kalian guys!”
******
“Mama sama Papa nggak usah masuk, Ara cuma sebentar, nanti Ara pulang sendiri juga bisa kok!” Ganang enggan meninggalkan putrinya namun mau tak mau Ganang dan Titania harus bisa membiarkan putri mereka tumbuh dewasa.
Mobil Ganang pun melaju meninggalkan parkiran rumah sakit. Aurora berlarian cepat memasuki rumah sakit. Rasanya Aurora tak sabar ingin melihat Detri. Untung saja hari ini Aurora tak banyak tugas di sekolah. Aurora membuka pintu ruangan dan di sana Aurora melihat ketiga sahabat Detri yang murung.
“Kenapa?” Tanya Aurora yang bingung sembari meletakan buah di meja kecil. Aurora tak mendapat jawaban. Tak ada pilihan lain selain menarik kursi ke samping ranjang Detri.
“Kamu masih belum bangun?” Tanya Aurora lebih kepada dirinya sendiri.