BLIND SIDE

Nurhidayati
Chapter #23

Bab 22_Melihat Satu Sama lain

Detri senang karena sekarang Detri kembali mengantar Aurora pulang ke rumahnya. Memang sudah hampir dua minggu Detri tak menampakan batang hidungnya di hadapan keluarga Aurora namun melihat Aurora yang nampak begitu ceria membuat Detri tersenyum juga. 

Detri mengklaskson keras sehingga pintu pagar terbuka. Detri memasukan mobil sedan silver miliknya memasuki halaman rumah Aurora yang luas. Detri memarkir mobilnya pelan. Hingga akhirnya Aurora pun turun bersamaan dengan Detri.

“Tante gimana kabarnya?” tanya Detri yang disambut kernyitan di dahi Aurora.

“Detri kok nanyanya seakan kita udah nggak ketemu seabad. Masuk aja, Mama, Papa dan Garra juga ada.” Detri tak mengindahkan ucapan Aurora. Tanpa Detri sadari Aurora malah mengamit lengannya senang.

“Ayo! Detri kan udah lama nggak main ke rumah Ara.” Sekilas mata Detri melihat pancaran kebahagiaan Aurora lagi. Mau tak mau Detri pun memasuki rumah besar itu.

“Hai anak mama udah pulang?” Titania histeris melihat kami sembari memeluk Aurora dan Detri sangat erat.

“Kak Detri? Tumben ke sini lagi?” tanya Garra yang di sambut pukulan keras Titania.

“Kamu kok nggak sopan gitu sama Detri?” Garra hanya tersenyum samar lalu duduk di sofa dan menyalakan televisi.

“Detri, Ara ke kamar dulu yah, kamu sama Garra aja dulu!” Detri belum mengiyakan namun Aurora sudah melesat dengan cepat.

“Yuk! Duduk dulu, Tante ambilkan camilan.” Titania pun menghilang di balik dapur. Tinggal Detri yang duduk di sofa mengikuti pandangan Garra yang melihat layar televisi.

“Papanya Ara belum pulang, masih ada rapat katanya, Jadi kamu nggak usah lihat-lihat kayak maling gelagapan. Duduk dulu aja yah..” Detri menyadari kebodohannya dan tersenyum kikuk.

“Garra! Temani Detri yah, yang sopan lho! Dia itu kakak kelas kamu.” Garra hanya mengangguk paham.

“Lo nonton apa lo yang di tonton?” Tanya Detri asal.

“Gue yang di tonton Kak.” Detri tertawa renyah sedangkan Garra kembali sibuk dengan ponselnya. Detri tahu sekarang Garra salah satu gamer yang tak peduli situasi dan kondisi. 

“Kak, gue mau nanya, Kak Ara kok makin sering pingsan yah? Apa ada yang gangguin dia?” Mendengar pernyataan Garra membuat Detri ingat kejadian sehari yang lalu.

“Setahu gue, nggak ada yang ganggu Ara, lagian gue selalu ada di samping Ara.” Detri malah berpikir dan mencari tahu jawaban tanpa memperhatikan Garra yang tersenyum kecil.

“Emang Ara akhir-akhir ini aneh?” tanya Detri lagi.

“Kemarin Kak Ara sempat kayak orang yang gelisah tapi Kak Ara biasa lagi, Kak Ara mungkin stress tapi gue ngerasa ada yang sengaja buat Kak Ara makin stress.” Detri manggut-manggut.

“Gue udah tahu Kak Ara, baik dia sadar atau nggak. Biasanya kalau memang karena kondisi fisiknya Kak Ara nggak akan pingsan secara terus-menerus dalam satu minggu. Tapi, kalau kondisi ini lain, Kak Ara kayak menyembuyikan sesuatu.”

“Gue nggak satu sekolah, gue nggak bisa melindungi Kak Ara, gue juga sadar kalau gue belum jadi adek yang baik. Tapi gue agak tenang Kak Detri ada di samping Kak Ara.”

Detri salut dengan kekhawatiran Garra. Meski terlihat tak peduli dan cuek. Garra ternyata sangat perhatian dengan keluarganya.

“Gue titip Kak Ara yah, meskipunn dia kelihatan bawel atau manja, atau merepotkan dan seterusnya. Kak Ara nggak akan pernah bergantung sama satu orang kalau dia nggak merasa nyaman.”

“Maksudnya?” Garra mengusap rambutnya gemas sendiri dengan Detri yang belum paham juga.

“Begini Kak Detri, lo tahu kan gue itu adek Kak Ara satu-satunya.” Detri mengangguk dan kembali bertanya “Terus apa hubungannya?”

“Jadi, Kak Ara itu lebih dari sekedar kepikiran, Kakak gue itu nggak mungkin sampai banyak pikiran kayak pc komputer yang kelebihan data terus dia nge-hang. Dia nggak akan mungkin seperti itu kalau bukan ada sebabnya.” Detri manggut-manggut mendengar penjelasan Garra.

So, bisa dipastikan, ada yang sengaja buat kakak gue memikirkan hal-hal berat atau memanipulasi keadaan hingga hal ringan terlihat berat di mata kakak gue.” Detri kembali mengangguk paham.

“Gue nggak bisa ikut campur terlalu dalam karena lo tahu, Kakak gue orangnya suka merasa sedih kalau orang-orang yang dia sayang kerepotan, kecapean, khawatir, kecewa. Dia terlalu mementingkan perasaan orang lain.”

Detri ingat betul bahwa Aurora selalu meminta maaf karena merasa merepotkan Detri padahal Aurora tahu Detri sama sekali tak direpotkan.

“Untuk sekarang, gue minta Kak Detri lebih perhatiin keadaan sekitar dan gue yakin kalau ada seseorang yang sengaja melakukan ini semua.”

“Mungkin, lo pikir gue masih kecil dan nggak ngerti apa-apa, tapi gue jarang lihat Kak Ara panik atau sedih, kecuali yang ada kaitannya sama Kak Detri.

“Tenang Garra, gue nggak akan biarkan Ara sakit. Gue selalu menjaganya.” Setelah ucapan Garra yang cukup panjang dan lebih banyak dari biasanya Detri mengangguk. Detri meyakinkan Garra untuk percaya padanta karena hanya Detri lah yang mampu menjaga sang kakak.

Ingatan Detri berputar menampilkan semua kilasan perkenalannya dengan Aurora. Detri pun memutuskan tersenyum menanggapi ucapan Garra. Detri merasa apa yang di katakan Garra ada benarnya namun Detri tak akan menanggapi terlalu serius. Hingga akhirnya, Detri pun malah mengangguk saja tanpa mengucapkan kalimat yang lain.

“Detri!” Panggilan Aurora membuat Detri menoleh cepat.

Lihat selengkapnya