Ini pertama kalinya Detri mendapati Aurora pulang lebih dahulu. Setelah menanyakan asal-usulnya Detri tahu bahwa Aurora kembali memikirkan jalan untuk menghindarinya. Dari penjelasan Tsani setelah pulang sekolah tadi Aurora sadar bahwa apa yang Aurora pikirkan jauh berbeda dengan pemikiran Detri.
“Gue minta maaf, mungkin Ara kepikiran karena omongan gue yang terlalu blak-blakan tadi.” Tsani sudah meminta maaf lebih dari tiga kali.
“Lagian Tsani, lo tumben juga bisa banyak omong kayak gitu.” timpal Mila masih penasaran dengan perubahan sikap Tsani.
“Bukan masalah itu, habisnya gue agak kesel dengan hubungan kalian yang nggak naik-naik. Peringkat aja ada perubahannya. Tapi kalian gitu terus.” ucap Tsani jujur.
“Detri, kok lo diem aja?” tegur Tsani yang makin merasa bersalah.
“Detri lagi mikir.” Kafka mengambil alih jawaban Detri.
“Gue rasa lo harus bertindak sebelum Ara benar-benar mikir lo nggak tertarik sama dia.” Rayi ikut berbicara “Gue setuju sama Rayi a.k.a jones ini, sebelum Ara mikir lo nggak ada niatan macarin dia, mending lo bilang dari sekarang kalau lo sayang sama dia.” Harun juga ikut mendukung Detri.
“Gue udah sering bilang kalau Ara bukan gue anggap sebagai sahabat, teman atau apapun. Gue bilang ke dia kalau gue sayang dia. Gue melihat dia. Semuanya nggak kelihatan cuma dia yang kelihatan di mata gue.”
Tsani, Mila, Harun, Rayi dan Kafka melongo dengan pengakuan Detri yang secara tidak langsung mengakui perasaannya.
“Yang gue takutkan Ara nggak merasakan hal yang sama. Makanya gue nggak pernah bilang lagi. Dengan aksi Ara yang menghindari gue terus menerus, gue berpikir bahwa mungkin kami butuh waktu. Dan bagi gue nggak masalah kalau gue harus menunggu lebih lama lagi.”
Tsani dan Mila sudah hampir menangis mendengar ungkapan Detri yang tampaknya sudah menahan perasaannya pada Ara begitu dalam.
“Mila, kalau gue sayang sama lo, harus begini juga?” tanya Harun yang membuat Mila diam seketika.
“Lo yah! Nggak di mana-mana, gombal aja kerjaan lo, ini porsinya Detri, ingat! Lo cuma peran pembantu!” Rayi menjitak kepala Harun yang membuat suasana menjadi heboh.
“Iyah, lo sempet-sempetnya yah!” cetus Tsani gemas dengan tingkah Harun.
“Tsani, gue sih nggak masalah yah sama Mila yang bingung antara memilih gue dan Rendy, tapi coba lo pikir baik-baik, apa Kafka udah nembak lo?” tebakan Harun sontak membuat Tsani dan Kafka diam seketika.
“Udah ah! Lo malah main drama pas Detri lagi akting sedih juga!” seru Rayi yang kembali menyadarkan kawan-kawannya untuk fokus pada Detri.
“Nggak ada salahnya mencoba, mungkin Ara bisa berubah pikiran, dan gue yakin Ara juga merasakan hal yang sama. Buat apa Ara terus-terusan nempel sama lo kalau bukan Ara sayang sama lo.” ujar Mila yang membuat semuanya berpikiran hal yang sama.
Tsani pun mengangguk dan langsung mengatakan argumennya “Iya, gue setuju sama Mila, selama ini Gufron dan cowok-cowok lainnya gak Ara respon, berarti cuma lo yang dapat perhatian Ara sepenuhnya.”
Melihat Detri yang masih bingung Rayi pun menepuk pundak Detri pelan.
“Kejar Ara, sebelum lo kebahisan kesempatan!”
“Benar mas bro! Kita kan ahli dalam kejar-kejaran!”
“Dia mungkin menunggu lo bergerak.”
Detri menjadi antusias dengan apa yang Rayi, Harun dan Kafka katakan. Detri sadar sudah berapa halaman yang Detri lewatkan dengan Aurora. Detri tidak mungkin menginginkan halaman ceritanya dengan Aurora berakhir begitu saja tanpa sebuah kepastian.
Jika Aurora memilih diam maka Detri lah yang akan bertanya.
Jika Aurora memilih berlari maka Detri lah yang akan mengejar.
Jika Aurora masih belum bisa mengungkapkan maka Detri lah yang akan mengatakannya lebih dulu.
******
Detri sampai dengan cepat di kediaman Aurora. Satpam yang sudah mengenalinya langsung membukakan pintu gerbang dan membiarkan motor Detri memasuki halaman rumah Aurora.
Detri baru saja turun dari motornya. Mobil Ganang pun terparkir rapi di samping motor Detri.
“Siang pak Ganang, saya mau minta izin ketemu Ara sebentar, katanya tadi kurang enak badan jadi pulang duluan.” ucap Detri sopan.
“Memangnya di sekolah kamu nggak puas lihat putri saya?” Detri tahu betul Ganang sangat menyanyangi putrinya dan inilah salah satu ujian terbesar Detri selain fakta menyakitkan Aurora yang menghindarinya melainkan Ganang juga yang tak menyukai Detri.
“Mungkin rasa khawatir saya bisa terobati jika saya melihat Aurora baik-baik saja.”
Ganang mengamati wajah pemuda yang selalu melindungi putri kesayangannya ini. Ganang sering mengeluh melihat putrinya yang terus-terusan membela pemuda urakan ini, tetapi biasanya wajah pemuda ini selalu menantang Ganang dan membuktikan bahwa Aurora benar-benar akan berlari pada Detri. Hanya saja, hari ini Ganang melihat sedikit raut wajah lelah juga sedih. Apa mungkin mereka berdua terlibat masalah, apa mungkin Aurora sengaja menghindari Detri.
Berbagai macam pertanyaan muncul dalam benak Ganang namun pertanyaan itu tak terjawab juga.
“Saya hanya ingin melihat Ara baik-baik saja, kalau memang dari situ Ara nggak mau melihat saya lagi, saya nggak akan memaksa.”
Benar dugaan Ganang sekarang. Aurora dan Detri terlibat pertengkaran hebat hingga Aurora membuat Detri menjadi tak berdaya seperti ini.