Singapura. Dua minggu pertama
Sisi hati Aurora terasa kosong. Ini tak seperti kasus biasanya karena bagian hati ini sengaja di kosongkan. Selama ini Aurora mengikuti segala proses terapi dengan benar. Mulai dari self-hypnosis sampai memium obat yang sudah di sarankan dokter. Aurora tak pernah melanggar apapun yang di katakan dokter. Hanya saja semenjak Aurora tahu bahwa dirinya tak bisa melihat sosok lelaki yang begitu di rindukannya membuat Aurora hampir kehabisan nafas.
Aurora berharap ingatannya menghilang saja jika kenyataanya Aurora bahkan tak bisa melihat lelaki yang akhir-akhir ini menguasai pemikirannya. Aurora juga sengaja memberikan ponselnya pada Titania karena Aurora yakin sekali saja Aurora mengambil alih ponselnya maka dari itu Aurora akan menelpon Detri.
Aurora membuka buku diary kecil yang selama seminggu ini menjadi teman sepinya. Tak ada Garra yang menemaninya. Titania akan menangis sesudahnya jika akhirnya Aurora kembali diam sedangkan Ganang hanya sedikit berbicara namun Ganang bisa rewel jika Aurora tak mau menyantap makanannya.
“D....? Kamu sehat? jangan lupa makan, jangan bolos yah...”
“Oh iya Detri aku sakit, maaf yah aku baru bilang sekarang karena aku nggak ketemu kamu waktu itu. Aku hanya bisa bilang maaf...”
“Lama juga yah nggak ketemu sama kamu, sekarang aku nggak tahu apa yang kamu lakukan, apa yang kamu makan, kamu main sama siapa, jangan-jangan kamu senang yah nggak ada aku yang ngerepotin kamu lagi?”
Aurora tersenyum sedih lalu menghela nafas berat tapi karena sekarang Aurora sedang sendirian Aurora bisa berbicara bebas di ruangan miliknya. Melepaskan kerinduannya lewat ucapannya yang mungkin terdengar gila.
Tak ingin berlama-lama dengan kesedihannya Aurora pun membuka lembaran kertas yang masih tersisa. Aurora menggerakan jemarinya lalu menuliskan apa yang selama ini di rasakannya.
Catatan kerinduan Ara :
Ini sudah hari ke berapa dan aku bahkan tak tahu harus menulis apa. Jika aku harus menulis rindu maka akan terbit rasa lain yang lebih dari rindu. Jika aku harus menulis kata sedih maka akan lahir rasa yang lebih menyedihkan. Maka dari itu aku hanya ingin mengatakan aku baik-baik saja. Aku makan teratur, aku juga sudah mencoba berolahraga karena kata dr. Muhtadi istirahat terlalu banyak juga tidak baik bagiku. Aku sekarang punya kesibukan baru yaitu menulis puisi. Mungkin bukan puisi yah? Tapi lebih ke curahan hati. Siapa tahu setelah lama kita tak bertemu. Aku bisa menjadi penulis terkenal. Walaupun sejujurnya aku tak butuh di kenal banyak orang. Cukup oleh mu aku bahagia.
Untuk Detri Kross
Dari Aurora
Tak jauh beda dengan apa yang terjadi. Detri tak bosan-bosannya mendatangi rumah Aurora bahkan pernah suatu ketika Detri hampir memarahi dan memukul satpam rumah Aurora yang kali itu tak membiarkan Detri masuk ke dalam halaman rumah Aurora. Jawaban yang Detri dapat selalu sama. Aurora masih berada di luar negeri dan entah kapan mereka pulang.
“Kamu dimana Ara...?” tanya Detri lirih.