Detri menatap gedung Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapore. Setelah mencari info dan membaca brochure mengenai rumah sakit ini. Detri menghitung dengan jarinya dan benar ini memang sudah enam bulan berlalu di mana Detri mencari segala macam informasi rumah sakit mana yang bisa menangani pasien seperti Aurora. Ini adalah rumah sakit kesekian yang akan Detri kunjungi.
Pencarian Detri sudah Detri lakukan selama satu bulan lebih. Detri tak bisa melacak keberadaan Aurora setelah sampai di Singapura dua bulan yang lalu. Detri juga tak bisa menghubungi ponsel Garra bahkan sebelum Detri berangkat pun Detri tak menemukan keberadaan Garra. Yang Detri tahu mereka tak pernah ada di Indonesia. Beruntung saja ia tak sendiri, ia dibantu Pamannya yang memiliki kolega di Singapura hingga akhirnya ia diperkenankan tinggal di apartemen kolega pamannya tersebut.
Setelah berkompromi dengan kedua orang tua Detri. Mereka mengizinkan Detri mengambil penerbangan pertama ke Singapore bersama Paman Detri yang menyiapkan segalanya. Awalnya orang tua Detri tak pernah mengizinkan namun sampai akhirnya Detri menangis sembari menumpahkan segala kekecewaannya mengenai sikap orang tuanya yang tak memperhatikannya dan selalu sibuk dengan kakaknya. Baik Hans dan Anastasia mengaku salah apalagi melihat Detri yang menangis meminta izin serta berjanji akan pulang secepatnya.
Detri juga tak mengira bahwa Hans akan mengambil deposito uang tabungannya hanya untuk membiayai Detri selama di Singapore. Detri juga merasakan mereka selalu menelpon Detri menanyakan kabar Detri sama seperti sekarang.
“D? Kamu sudah makan? Gimana kabar kamu? Ara sudah ketemu? Kamu jangan lupa jaga kesehatan. Mama tahu ada paman kamu disana tapi Mama lebih senang kamu ada di sini sama Mama. Jaga kesehatan selalu D.” Anastasia selalu menelpon Detri setiap hari.
“Mama Detri sudah makan, Detri akan cari Ara di Rumah Sakit Mount Elizabeth. Detri baik-baik saja. Detri akan pastikan Ara pulang. Maafkan Detri merepotkan Mama dan Papa.” jawab Detri.
“Nggak usah mikirin banyak hal. Papa sudah kirim biaya hidup kalau kamu butuh ke rekening kamu. Jadi, kamu nggak usah pikirkan apapun, sekarang kamu cari Ara dan cepat pulang!” suara Hans terdengar.
“D? Kamu jangan khawatirkan Papa kamu, sekarang kamu masuk rumah sakit dan tanyakan pasien yang bernama Ara. Nanti mama telpon lagi.”
Belum sempat Detri menjawab, sambungan telpon sudah dimatikan lebih dulu oleh Anastasia.
“Aku sayang Mama dan Papa, juga Kak Ayu...”
Detri menghela nafas sejenak kemudian Detri pun memasuki Rumah Sakit yang begitu luas dan penuh dengan bau alkohol.
“Maaf, ada pasien bernama Aurora Harsyad?” sang resepsionis malah bingung dengan perkataan Detri hingga akhirnya Detri menanyakannya dalam bahasa Inggris.
“Whether patient named Aurora is treated here?” Detri bahkan tak percaya bahwa kemampuan bahasa inggrisnya sudah membuat orang lain mengerti.
“Allright, the patient named Aurora has checked out five minutes ago, I think she’s still around....”