BLIND SIDE

Nurhidayati
Chapter #30

Bab 29_ Tuhan masih berpihak

Detri menundukan kepala karena harapannya musnah. Detri tak menemukan kursi lain selain tempatnya sekarang. Detri bangkit dari kursinya seraya mengeluarkan brochure rumah sakit Mount Elizabeth dari sakunya. Detri tersenyum lemah karena pencariannya harus menjadi penyesalannya juga.

Detri berjalan gontai tanpa melihat siapapun. Detri tak bisa menahan rasa sedihnya jika mengingat betapa keras usahanya untuk menemukan Aurora namun realita yang begitu pahit menantinya di rumah sakit ini.

Keajaiban. Jika saja sebuah keajaiban berkerja maka Detri akan meminta keajaiban itu datang sekarang. Detri hanya ingin keajaiban itu mempertemukan dirinya dengan Aurora. 

Aurora yang menjadikannya lebih baik, Aurora yang mengulurkan tangannya untuk Detri, Aurora yang berlari ke arah Detri, Aurora yang menunggu Detri selama apapun itu, Aurora yang senantiasa memperhatikan Detri, Aurora yang merapihkan lintingan baju Detri, Aurora yang menyempurnakan kehidupan Detri. Aurora kelemahan Detri. 

Dengan setengah sadar Detri menubruk beberapa orang sedari tadi dan Detri tak peduli dengan amukan, cacian dan segala macam perkataan mereka. Detri hanya peduli rasa sakit ini sudah tak bisa di bendung lagi.

Sir! You left your brochure!” Detri tak peduli dengan ucapan siapapun di belakangnya. 

Namun satu tangan mencekal lengannya hingga mau tak mau Detri berbalik dan seketika jantung Detri berhenti berfungsi melihat siapa yang menatapnya kaget. 

Tatapan mata yang sangat Detri rindukan. Kini gadis itu membekap mulutnya dan melepas brosur yang ada di tangannya. Gadis itu berusaha menahan tangisnya namun yang di lakukannya selalu salah. Kini malah gadis itu yang mengerjapkan mata tak percaya dengan apa yang di lihatnya.

Begitu pun dengan Detri yang akhirnya sadar bahwa apa yang di lihatnya bukan mimpi. Mata yang kini melihatnya sudah memancarkan bulir bening di sudut matanya. Detri masih berusaha menahan ledakan jantungnya yang sudah bersuara sejak tadi. Detri mengamati tak banyak berubah gadis di depannya. Rambutnya sedikit pendek, wajahnya makin tirus dan tubuh gadis di depannya semakin kecil tetapi segalanya masih sama dan Detri tak ingin membuang waktu lagi.

Dengan satu sentakan, Detri menarik tangan kecil tersebut hingga akhirnya tubuhnya pun ikut masuk ke dalam pelukan Detri. Jantung Detri hampir meledak. Detri hanya bisa menahan nafas sebelum akhirnya Detri mengatakan sesuatu yang sudah lama di tahannya.

“I love you Aurora Harsyad Putri...”

Detri merasakan pundak kecil Aurora bergetar. Detri kembali mendapatkan putrinya. Detri mendengar isakan kecil hingga akhirnya Aurora benar-benar menangis dalam pelukan Detri. 

Aurora mendongakan kepalanya dan tersenyum penuh haru. Apa yang di lihatnya ini nyata. Dengan satu tangannya Aurora menyentuh wajah Detri yang sudah lama tak di lihatnya. Wajah Detri yang selalu ada dalam mimpinya.

“Superman Ara...akhirnya datang...”

Detri mendengar semuanya. Detri tak akan melepaskan Aurora lagi. Detri akan menjaganya tak peduli sampai Aurora tak membutuhkannya lagi. 

“Mungkin do’a Ara terkabul selama ini, Ara ingin ketemu Detri karena Ara masih punya janji.”

Aurora menguraikan pelukan Dertri kemudian merogoh ponselnya di balik saku celananya. Aurora membuka notenya sembari menghapus air matanya. Lalu Aurora memberikan ponselnya pada Detri.

“Detri ingat, dulu Detri bilang kalau Detri cinta Ara sesadar-sadarnya...dan ini jawaban Ara...”

Detri menerima ponsel Aurora tersebut. Detri membaca apa yang Aurora tulis di notenya. Detri hanya bisa tersenyum lega karena usahanya kini tak sia-sia. Tanpa mengucapkan kata-kata Detri kembali meraih Aurora ke dalam pelukannya. Rasa hangat menjalar di hati keduanya.

“Jangan tinggalin Detri lagi yah....”pinta Detri.

“Ara nggak meninggalkan Detri, Ara hanya terapi.” balas Aurora.

“Kamulah kelemahan ku Aurora.”

Lihat selengkapnya