Blood Moon

Maghfira Izani
Chapter #8

The Second Attack

Malam ke sepuluh pada siklus blood moon. Bulan sudah merangkak naik menuju singgasananya malam ini. Warnanya sudah mulai merah pekat namun bentuknya masih cembung. Perlu dua malam lagi untuk mendekati purnama penuh. Ye Sung sudah memasuki hari ketiganya untuk sesi pengendalian dirinya. Ia mengurung dirinya di penjara bawah tanah selama itu. Mencoba menahan segala emosi yang tak boleh diumbarnya sembarangan lagi.

Marcelaus dan anak buahnya mulai berkeliaran di dunia manusia, menari manusia-manusia kompeten yang sekiranya bisa dijadikan serigala bulan darah selanjutnya.

Dave sendiri memperketat pengawasannya pada sang reigga. Berusaha membuat gadis itu tak berani melangkah sedikit pun dari istana. Tapi Ryeon Woo tidak menyukai suasana itu. Jiwa bebasnya memberontak. Hatinya begitu merindukan hawa dunia luar. Gadis itu tahu bahwa melawan perintah berarti pemberontakan. Jadi ia melakukan segala cara agar bisa kabur untuk menjenguk Ye Sung sewaktu-waktu.

“Tidak boleh!” ujar Dave ketika Ryeon Woo merengek lagi padanya agar diijinkan berburu.

“Aku tidak nyaman seperti ini! Apa kau tidak bisa merasakan betapa aku tidak-menyukai-ini-semua?!” teriak Ryeon Woo akhirnya. Dave menatapnya dengan intens. Menatapnya dengan pandangan tegas dan memohon.

“Dear… apa kau ingin menghancurkan peradapan manusia serigala? Jika kau berjalan-jalan di luar lalu tertangkap, lalu mereka mengambil permata itu… kita semua hancur!” tegas Dave sambil menggertak reigga-nya itu.

“Aku punya kekuatan! Apa kau lupa apa kekuatan permata ini?” Ryeon Woo meninggikan suaranya, ada nada emosi terselip di sana membuat Dave sedikit ketir. Gadisnya adalah gadis yang baik, tak sekalipun ia pernah meninggikan suaranya saat bicara dengan orang lain termasuk dirinya, kecuali ia sedang berteriak. Bahkan saat marah pun, Ryeon Woo lebih memilih diam.

Ada yang berubah dari gadisnya ini. Dave mengumpat dalam hatinya, menyayangkan mengapa orang yang ia pilih sebagai reigga adalah keturunan Braune, yang memiliki kemampuan menutup pikiran.

“Aku mohon Dave…”

Ryeon Woo menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada. Mata biru safirnya yang besar itu berkaca-kaca, memelas.

“Astaga Ryeon Woo… baiklah. Kau boleh keluar, tapi dengan syarat. Oke?”

“AAAkkkkkkhhh!!!benarkaaahhh?!!!”

Ryeon Woo tertawa lebar, ia nyaris memeluk Dave jika pria itu tak lebih dulu menahan tubuh gadisnya agar tak bersentuhan dengan tubuhnya. Dave tak ingin gadisnya ‘jatuh’ lagi. Dave hanya geleng-geleng kepala saat melihat reigga-nya itu menari-nari tak jelas saking bahagianya.

********************

Di saat yang bersamaan di sisi lain hutan Blackwood, dua sosok bergerak cepat di bawah bayangan pepohonan. Mereka lari dengan lari dengan sesekali melompat dari tebing ke tebing lainnya dengan jarak 100 meter. Pakaian mereka serba hitam, senada dengan bayangan pohon yang membantu menggelapkan sosok mereka. Namun mata merah milik mereka tak bisa menutupi bahwa mereka adalah vampir.

“Euricha, sebaiknya kau pulang,” perintah sosok pria yang berada di depan. Pepohonan habis di tepi tebing yang entah ke berapa. Cahaya rembulan yang memerah menyinari sosok itu saat melompat dengan indahnya menyeberangi sungai. Pria yang sangat tampan dengan kulit putih bersinar dan pucat. Matanya menatap tajam pada batu yang akan dijadikannya pijakan. Rambut cokelat panjangnya yang tak terikat berkibar bersama angin. Tubuhnya tegap dan tampak kuat.

“Tidak mau!” balas sosok lain di belakang pria vampir itu. Euricha, sang putri vampir. Gadis itu tampak lebih sehat dari sebelumnya. Beberapa waktu yang lalu ketika bertarung melawan Nathan dan juga Yaricha, Euricha mengalami luka-luka yang cukup berat. Tetapi tampaknya ia sekarang sudah jauh lebih baik dan siap bertempur. Wajahnya yang beberapa saat lalu banyak mendapatkan luka gores kini sudah berkilau lagi dan tampak semakin cantik. Rambutnya diikat ke samping dengan kain merah hitam. Matanya juga merah dan berkilat.

“Aku akan ikut berasmamu malam ini!” imbuhnya lagi.

“Lukamu tempo waktu lalu belum pulih sepenuhnya, Dear. Sudah kubilang ‘kan, jangan bergerak sendiri,” omel pria itu yang membuat Euricha mencibir kesal.

“Kau cerewet sekali!” teriak gadis itu.

Pria vampir itu akhirnya berhenti di tepi hutan yang lain dan terletak di bibir sungai yang baru saja dlompatinya.

“Valleldafa. Aku sudah lupa kapan terakhir aku menjejakkan kaki di hutan ini,” desah pria itu sambil tersenyum pada Euricha yang baru saja mendarat di sebelahnya.

“Tidak ada yang berubah dari negeri ini,Aiden.”

Euricha tersenyum pada kekasihnya, Aidenius Raigh –pria berwajah putih dan tampan. Satu tangannya menggamit lengan Euricha, memeluknya dan membuat Aiden menghadapnya, memberikan sekilas sapuan di bibir gadis itu.

Di antara tiga jenis makhluk yang berkuasa di hutan Blackwood, ras vampir adalah jenis yang modern-nya mendekati manusia normal. Mereka bertingkah layaknya manusia. Romantis tak kenal waktu. Bercinta di sembarang tempat kapan pun mereka mau. Bagi mereka, cinta sama dengan darah. Sama-sama dibutuhkan untuk memuaskan nafsu. Mereka pembunuh manusia paling kejam.

Sementara ras penyihir berbeda. Mereka lenih suka membunuh untuk mendapatkan kekuatan. Dalam hukum mereka, semakin banyak membunuh manusia suci-dalam hal ini : perawan/perjaka atau bayi– maka kekuatan mereka akan semakin bertambah. Dari segi peradaban, para penyihir ini lebih mirip kaum-kaum gipsy atau pengoleksi barang kuno dan antik.

Sedangkan ras manusia serigala lebih normal sedikit dari vampir. Mereka senang berpenampilan modern, namun tindak-tanduknya jauh lebih sopan. Tipe yang suka pergi bergerombol dengan kelompok, kecuali Ryeon Woo. Gadis itu lebih suka jalan-jalan sendiri.

“Harusnya malam ini kita bersenang-senang, Dear.bukannya menyelinap ke negeri serigala ini,”gerutu Euricha sembari menggelayut manja di lengan Aiden. Aiden tersenyum, namun tak mengalihkan pandangannya pada bulan di langit yang berpendar merah.

“Aku akan memiliki permata itu lagi. Bersamamu, kita akan menguasai dunia ini, Dear,” ujar Aiden sambil memamerkan seringaian liciknya. “Ayo, kita berburu.”

Euricha tersenyum, ia melepaskan pelukannya dan melompat setelah Aiden mendahuluinya untuk masuk ke kedalaman hutan Valleldafa.

********************************

Ye Sung duduk bersila di sebuah bilik gelap dan sempit yang dibangun di dinding tebing dekat sungai Andez. Bilik itumenghadap langsung ke ruang bebas dan bulan langit dapat menyinari tempat itu tanpa halangan apapun. Pria itu menatap tajam pada sang bulan saat malam hari, sedangkan siang hari digunakannya untuk semedi.

Ye Sung ingat, ketika pertama kalinya sestelah 13 tahun digigit oleh Marcelaus dan membuatnya sakit berhari-hari sebelum ia menjadi serigala, ia mengamuk tanpa bisa dikendalikan. Ia seperti kehilangan kesadaran. Ia nyaris melukai ibu angkatnya, Erika Wolfbared, jika saja Marcelaus tidak menahannya. Dan ujung-ujungnya, setelah ia berlari kesetannan di tengah belantara Valleldafa, Ye Sung akhirnya mengamuk sejadi-jadinya dan menghancurkan sepertiga kekuasaan ayahnya.

Aurah merah yang disebarkan oleh bulan di langit saat bulan darah seolah memenjarakan pikiran dan hatinya, membangkitkan energi negatif dalam tubuhnya. Klan Jardiniere, yang kebetulan melakukan ritual perubahan dari manusia menjadi shapesifter saat itu, dihancurkannya hingga menyisakan dua keluarga.

Jika saja saat itu Marcelaus –lagi-lagi – tidak menangkapnya, mungkin Ye Sung sudah menghabiskan seluruh klan Jardiniere tersebut. Peristiwa itu membuat para shapesifter dan werewolf takut padanya.

“Ye Sung?”

Ye Sung tersentak kaget, ia memalingkan wajahnya dari bulan yang baru saja menguak memori masa lalunya. Ia bangkit, menatap ke sekeliling dan mencari-cari pemanggilnya.

Nihil.

“Siapa itu?” Ye Sung memanggil. Matanya menatap nanar segala arah, dan akhirnya ia menemukan sosok yang memanggilnya itu sedang duduk di sebuah cabang pohon besar yang tinggi.

Lihat selengkapnya