Bulan masih merekah merah di langit yang kelam. Awan-awan kelabu yang sebelumnya menutupi langit di puncak Himalaya berangsur hilang terusir oleh angin. Belum ada sejam pertarungan besar yang menewaskan beberapa nyawa itu benar- benar berakhir namun kesunyian telah menyergap The Dark Blackwood.
Dan di salah satu puncak pegunungan Himalaya yang tidak berselimut salju, Ryeon Woo menangis sembari membelai pipi pria yang baru saja jatuh berdebam itu.
"Kau bodoh! Kenapa kau melakukannya?! Haruskah kau meninggalkanku?" isak gadis itu sembari mengeratkan pelukannya. Wajahnya yang bersimbah air mata itu dibenamkannya di dada pria yang sudah mulai kaku di pelukannya.
Dua pria lain yang juga berlutut di sebelah Ryeon Woo itu bungkam. Raja Marcelaus tak bisa menyembuyikan kesedihan atas kematian putranya yang tak terprediksi ini. Tak ada peringatan seperti kematian Nathan beberapa hari silam. Meski yang terbujur kaku di hadapannya bukanlah putra kandungnya, tapi Yesung adalah salah satu dari tiga kesayangannya.
Dave memegangi kepalanya yang mendadak terasa sakit. Dadanya sesak melihat tubuh Yesung yang kaku di pelukan Ryeon Woo. Ada rasa menyesal menyelinap di hatinya. Ada rasa bersalah yang menyusupi batinnya.
"Harusnya kau tidak usah melompat menghalangi aku, Yesung. Kenapa kau melakukannya?" bisik Dave sambil memegangi tangan Yesung.
Ya, ketika kekuatan bayangan Yaricha bangkit dan hendak melalukan serangan pada Ryeon Woo beberapa waktu lalu, Dave sudah siap dengan segalanya. Ia telah siap mengorbankan dirinya untuk melindungi reigga-nya saat itu. Ia telah telah siap untuk kehilangan nyawanya karena keyakinannya pada Yesung sebagai sang pelindung pemilik Daerheinlocca. Ia telah ikhlas menyerahkan segalanya demi Ryeon Woo
Tapi...
Ye Sung bahkan lebih sigap darinya. Bulan darah yang membuatnya seratus kali lebih kuat dan lebih cepat, membuat Yesung justru kehilangan nyawanya malam itu.
Sekali lagi... demi Ryeon Woo. Demi sang pemilik Daerheinlocca. Demi gadis yang amat Yesung cintai. Demi Dave, kakak yanh sangat ia sayangi.
"YESUUUUUNGGGGGGGGGGGGGGG!!!"
Tiba-tiba saja Ryeon Woo berteriak dan tubuhnya mengeluarkan pendaran cahaya biru yang membuncah menerangi kegelapan di sekitar mereka.
"Apa yang kau lakukan, Nak?" Raja Marcelaus mundur bangkit dan mundur selangkah menghindari paparan sinar yang keluar dari tubuh Ryeon Woo. Hal yang sama dilakukan oleh Dave.
"Ryeon Woo! Apa yang kau lakukan?"
Ryeon Woo menulikan telinganya dari pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari Dave dan Raja Marcelaus. Pikirannya di kosongkan. Gadis itu menggamit tangan Yesung dan meletakjannya di atas ulu hatinya. Seketika aliran cahaya juga menyusupi tubuh Yesung yang sudah kaku.
Mereka menjadi satu-satunya benda bercahaya dalam kegelapan itu.
Hanya beberapa saat, perlahan cahaya itu memudar dan Ryeon Woo pun tak sadarkan diri.
"Ryeon Woo! TIDAAAAK!!!"
Dave menghampiri reigga-nya dan ia bersyukur, "Dia pingsan."
Cahaya biru yang tadi membungkus tubuh Ryeon Woo itu akhirnya mampu membawa Ryeon Woo jatuh ke alam bawah sadarnya.
Gadis itu kembali ke lembah bersalju di mana ia dulu menerima kekuatan Daerheinlocca. Lembah yang penuh dengan pohon-pohon besar berduri panjang. Tempat di mana ia menyatu dengan salju di sekitarnya dan tempat di mana dulu ia mengetahui bahwa Ye Sung-lah sang pelindungnya.
"Rye?"
Gadis yang sibuk mengamati alam di sekitarnya itu menoleh begitu mendengar suara tak asing yang menyapanya.
Di sana,tak jauh dari tempatnya berdiri, sang werewolf bulan darah tersenyum padanya dengan sumringah. Dia tak tampak seperti habis berperang. Tubuhnya berbalut pakaian kerajaan yang sering digunakan ketika ada acara resmi di istana Valleldafa. Jubah berwarna merah marun dengan ikat pinggang emas yang bersulamkan namanya. Rambut hitamnya sedikit berantakan namun tak mengurangi nilai tampan yang telas diberikan oleh Ye Sung.
Ryeon Woo tak bisa menyembunyikan rasa sesak yang melingkupi hatinya. Melihat Ye Sung berdiri tegap dan tenang seperti itu membuat Ryeon Woo menyangkal bahwa pelindungnya telah tiada.
"Aku belum mati, Rye. Aku takkan mati sampai kau mati," ujar pria itu pelan seusai membaca apauang ada dipikiran Ryeon Woo.
"Dasar bodoh! Kenapa kau melakukan itu, hah?! Kenapa kau mengorbankan nyawamu? Bukankah kau harus tetap hidup untuk melindungiku? Kenapa?!"