***
Matahari baru terbit ketika Elsie baru turun dari rumahnya. Ya, kalau itu bisa disebut sebuah rumah. Sebuah rumah kecil yang ia bangun diatas pohon Eusideroxylon Zwageri. Pohon yang tingginya mencapai 35 m, dan berdiameter 120 cm. Elsi turun menggunakan sayap cantiknya yang berwarna hitam dan putih. Senada dengan warna rambutnya.
Kakinya mendarat mulus di atas tanah. Berbarengan dengan teman Hamadryadnya yang keluar dari dalam pohon. Hamadryad adalah salah satu makhluk yang berasal dari ras nimfa yaitu makhluk yang berwujud wanita cantik yang tinggal di alam liar.
Hamadryad ini termasuk nimfa yang lahir dan tinggal di pohon. Hamadryad tidak akan mati kalau pohon tempat tinggalnya juga tidak mati.
“Pagi Serafina!” Elsie menyapa temannya yang baru keluar dari pohon.
“Selamat pagi Elsie.” Serafina balas menyapa.
Beberapa saat kemudian para Hamadryad lain satu persatu keluar dari pohon. Mereka juga menyapa satu sama lain. Lalu, mereka mulai melakukan aktifitas mengumpulkan buah-buahan yang biasa akan mereka persembahkan untuk Lembuswana. Makhluk yang diberkahi Dewa untuk menjaga ketentraman hutan ini.
Sama seperti pagi-pagi sebelumnya, Elsie akan langsung membawakan makanan persembahan suku Hamadryad untuk diserahkan kepada Lembuswana. Seperti sekarang, ia tengah melewati sebuah Goa untuk sampai menuju Pohon Keabadian, tempat dimana Lembuswana berdiam diri. Elsie sangat terkejud melihat banyak jasad monster Pananggalanan tergeletak ditanah. Sebagian telah hangus karena terkena sinar matahari, setengahnya lagi juga mulai terbakar menjadi debu.
Untuk sesaat Elsie terdiam, mencoba memikirkan apa yang mungkin sedang terjadi dan siapa pelaku dibalik semua ini. Sampai Elsie melihat bekas anak panah berceceran bersama jasad para Pananggalanan.
“Manusia?” Gumam Elsie,” Tapi tunggu, manusia mana yang bisa masuk kehutan ini selain aku?” Elsie mengikuti jejak panah tersebut yang mengarah kedalam Goa. Didalam Goa Elsie menemukan seorang manusia yang tengah duduk bersandar pada sebuah batu besar dengan mata yang terpejam. Bajunya mewahnya terlihat compang-camping, membuat dia terlihat seperti seorang gembel dari Istana Kerajaan.
Elsie kaget bukan main, pasalnya hanya Elsie yang bisa menembus hutan terlarang ini dengan selamat. Itu sebelum manusia ada didepannya ini datang. Sekarang dia menjadi manusia nomor 2 yang bisa memasuki hutan ini dengan selamat, setelah Elsie tentunya.
Elsie kembali bergumam. “Dia terlihat sangat lelah. Tapi, walau bagaimanapun aku harus membangunkannya. karena ini bukan tempatnya, dan dia harus pergi.”
Elsie mulai membangunkan manusia didepannya dengan cara menepuk-nepuk kakinya dan sesekali berkata.”Hei, bangun.” Begitu terus sampai beberapa menit kemudian,o rang ini tidak bangun juga. ‘Apakh dia mati?’ pikir Elsie.
Elsie berinisiatif sedikit menyiramkan air yang dia bawa kewajah orang itu, dengan menggunakan tangan. Beberapa saat kemudian orang itu mulai mengerjapkan matanya. Berusaha menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk melalui matanya. Dia sedikit bengong melihat ada perempuan cantik yang ada didepannya.
“Apakah aku sudah ada di surga? Jika benar, tolong jangan kembalikan aku kedunia nyata. Aku lelah dengan Ayahanda yang terus menjodohkan ku.” Gumam orang tersebut.
Elsie tidak paham apa maksud ucapan orang tersebut. Yang Elsie tahu orang ini harus segera keluar dari sini, demi keselamatan jiwa dan ragaanya. “Maaf Tuan. Saya tidak mengerti anda membicarakan apa. Yang saya tahu anda harus cepat keluar dari hutan ini karena hutan ini bukan tempat anda seharusnya berada.”
Bukannya mendengarkan perkataan Elsie,orang itu lagi-lagi malah menggumamkan hal yang tidak jelas. “Apakah kau malaikat yang menjemput ku? Cantik sekali. Jika Malaikat yang menjemput ku secantik ini, aku bisa mati dengan tenang.” Orang itu menggerakkan tangannya mengambil helaian rambut Elsie yang menjuntai panjang sedikit mengenai tanah, lalu mengangkatnya dan menciumnya.
Elsie kaget dengan perlakuan orang itu. Ia langsung mundur beberapa langkah dan memalingkan badannya membelakangi orang itu, dengan wajah yang tanpa ia sadari mulai memerah. Bicara Elsie juga sedikit berubah menjadi sedikit gagap.
“Bo... Bodoh! Cepat pergi dari sini. I... Ini bukan tempat mu untuk bermain atau berburu.”
“Pergi kemana? Kalau ini adalah surga yang aku cari. Sungguh aku sudah mati dengan tenang jika malaikat yang menjemput ku secantik diri mu.” Ucap Orang itu. Bukannya bangun dia malah mencari posisi yang nyaman untuk merebahkan dirinya.