***
Matahari mulai meredup, di iringi langit yang berubah warna manjadi jingga. Para burung-burung kecil mulai pulang kesarang masing-masing. Sedang Elsie masih terlihat berlatih keras di bawah pengawasan Lembuswana.
Tiba-tiba, terdengar sebuah suara ledakan yang sangat keras. Ya, ledakan sihir Elsie terjadi lagi. Sungguh beruntung Lembuswana telah memasang penghalang disekitar pohon suci, jadi ledakan sihir Elsie tidak akan melukai siapapun, kecuali dirinya sendiri.
Eren yang saat itu sedang asyik mengorek-ngorek cacing yang ada didalam tanah, dibuat sedikit terkejut dengan ledakan kekuatan Elsie. Dia langsung berdiri dan berjalan mendekati Lembuswana, sambil mengikat rambut panjangnya.
“Apa yang terjadi?” Tanya Eren.
“Seperti yang terlihat. Dia sedang latihan.” Jawab Lembuswana.
“Kalau itu aku juga lihat. Maksud ku soal ledakannya, Tuan.”
“Oh, dia sedang belajar mengendalikan kedua kekuatannya.”
“Boleh aku tahu apa jenis sihirnya?” Mata Eren seketika langsung berfokus melihat Elsie yang sedang berlatih. Lembuswana menoleh ke arah Eren yang ada di sampingnya.
“Kenapa tidak kau tanyakan sendiri saja nanti saat Elsie sudah selesai latihan.”
Eren hanya diam. Dalam hati dia mencebik. ’Tinggal jawab apa susahnya sih.' Eren lalu kembali fokus memperhatikan latihan Elsie. Terlihat Elsie mengeluarkan gumpalan sihir berwarna hitam di tangan sebelah kiri, dan gumpalan sihir putih seperti cahaya di tangan sebelah kanan. Elsie kembali menyatukan kedua tangannya, dan lag-lagi sihirnya meledak.
“Dasar bodoh! Kau tidak akan bisa menyatukan kekuatan mu dengan cara sembrono seperti itu!” Teriak Eren.
“Tidak usah teriak! Telinga ku tidak tuli!” Elsie juga tak mau kalah, ia pun balas teriak.
“Kau yang duluan berteriak. Dasar perempuan bodoh!”
“Kau yang bodoh! Cowok sialan!” Tanpa aba-aba, Elsie langsung melempar gumpalan sihir hitam yang ada di tangannya ke arah Eren. Eren tidak sempat menghindar karena kecepatan serangan sihir Elsie begitu tinggi dan akurat. Sihir tersebut mengenai mata kanan Eren, akan tetapi Eren tidak merasakan apapun.
“Sihir macam apa ini,tidak ada rasa apapun. Hahahaha!” Eren tertawa terbahak-bahak. Berbeda dengan Elsie yang tiba-tiba tersenyum miring bagai iblis yang mendapatkan mangsanya. Elsie melihat ke telapak tangan kirinya,dan senyumnya makin mengembang.
“Benarkah? Coba kau perhatikan lagi. Sepertinya ada yang hilang dari mu.”