BLOODY HEART

Faulia
Chapter #6

Polah sang ceo

Usai meeting dengan Trio ABC, Sandra menyusun perencanaan biaya dengan teliti. Sore ini sudah harus mengirimkan semuanya kepada Liam Group.

Seperti biasa, Sandra mengerjakannya dengan serius. Gambar sudah selesai dikerjakan. Tinggal menyelesaikan rincian biaya. Begitu rampung, segera akan langsung ia kirim.

Pihak Liam Group dalam hal ini adalah Finn sendiri yang berbicara. Kemarin, sang ceo meminta agar gambar selesai besok sore.

Sejak pulang dari makan siang bersama Finn dan Trio ABC kemarin. Sandra langsung mengerjakan proyeknya.

Bersyukurnya, gambar dari klien lain sudah selesai. Jadi, Sandra selama seharian bisa berfokus hanya pada permintaan Finn. Ia berhati-hati dalam mengerjakannya. Ibarat kata, proyek ini merupakan secercah harapan untuk perusahaan supaya bisa dikenal banyak orang.

Tepat pukul empat sore. Semua perencanaan biaya telah rampung.

“Akhirnya, gambar dan biaya selesai. Semoga Finn suka?” Sandra berbicara sendiri.

Sayangnya, sang ceo mendengar dan menyahuti, “Aku pasti menyukainya.”

Sandra mendongak, lalu menampilkan wajah kaget mendapati pria yang tengah dibicarakan sendiri sudah ada di ruang kerjanya. “Finn!” Kemudian, menatap tajam Tristan. “Kak, kalau ke ruanganku bersama orang lain, ketuk pintu dulu.”

Tristan cengengesan. “Lupa, Dek. Sorry.” Ia mengangkat dua jari tangan. “Finn kemari mau lihat hasil gambar ruangannya.”

“Bukankah kesepakatan kita, aku mengirim email?” tanya Sandra bingung ke arah Finn.

“Lebih enak datang langsung.” Finn menjawab cepat.

“Finn, aku tinggal dulu. Sorry, sepuluh menit lagi ada meeting,” ucap Tristan penuh sesal.

“Oke. Tidak apa.”

“Dek, kakak meeting dulu. Kerja yang bener.” Kemudian, menatap Finn. “Kalau ada yang kurang pas sama desain atau apa pun, langsung bicarakan saja. Sandra sudah jinak, kok.”

Sandra memutar bola matanya malas.

Finn justru tersenyum. “Tentu.”

Tristan memberikan jempol ke arah Finn dan Sandra. Kemudian, berlalu pergi.

Finn berdeham untuk mencairkan suasana canggung selepas kepergian Tristan. “Sudah selesai?”

Sandra mengangguk. “Iya. Baru saja selesai. Ini hasil gambar ruangan secara mendetail.” Ia memberikan laptopnya kepada Finn. “Silakan duduk.”

Biar pun sebal sampai ke ubun-ubun. Namun, Sandra tetap profesional. Urusan pribadi jangan sampai menganggu pekerjaan.

Lihat selengkapnya