Mobil Finn berhenti tepat di depan gerbang rumah Sandra. Ketika keduanya turun langsung disambut Tristan dan Vivian.
Vivian lekas memeluk Sandra. “Akhirnya pulang juga. Sumpah, Sand, tadi aku takut banget. Aku kira kamu diculik.”
Tristan dan Vivian memang sengaja menunggu Sandra di luar pagar rumah. Setelah sebelumnya, mencari ke sana-kemari. Namun, hasilnya nihil.
“Tristan, sorry aku bawa Sandra.” Finn merasa tak enak hati.
“Vi, tolong bawa Sandra ke dalam,” pinta Tristan.
“Iya. Ayo, Sand.” Vivian menarik tangan Sandra.
Sandra menurut.
Setelah memastikan Sandra dan Vivian masuk, Tristan berdiri tepat di depan Finn seraya bertolak pinggang dengan wajah tidak ramah. “Sandra dibawa ke mana?” tanyanya dengan nada cukup tinggi.
Finn menceritakan perihal masalah di club. Lalu, meminta maaf kepada Tristan karena tak tahu jika Sandra bersama Vivian.
Finn baru mendengarkan dengan baik cerita Sandra saat perjalanan pulang. Saat itu juga ia langsung merasa bersalah.
Mendengar hal tersebut, wajah Tristan yang tak santai tadi, memudar. Ia bersandar pada mobil Finn dan kembali menyimak penjelasan CEO itu.
Finn melanjutkan cerita. Ia memberi tahu Tristan kalau baru saja mengajak Sandra ke rumah danau, tempat berteduh untuk sang calon istri dan anak-anaknya kelak. Terakhir, bercerita mengenai lamaran dadakan.
“Kau melamar Sandra?” tanya Tristan dengan alis terangkat satu.
“Iya, tetapi Sandra masih ragu. Padahal, kalau saja adikmu mau, hari ini juga aku akan datang bersama Mami dan Papi.”
“Oh, ditolak.”
“Sandra hanya bilang masih ragu karena reputasiku sebagai playboy. Apakah keraguannya berarti penolakan?”
Tristan tertawa kecil. “Finn, sebelumnya sorry. Aku bukan mau mengecilkan hatimu. Tapi, pria sepertimu memang bakal susah mendapatkan Sandra. Adikku punya trauma dengan perselingkuhan.”
“Trauma?”
Tristan menceritakan perihal kisah asmara sang adik yang selalu berakhir tragis. Putus dalam keadaan selalu si pria berselingkuh. Dan, itu membuat Sandra enggan berdekatan dengan lelaki berjenis playboy.
“Pantas dari awal Sandra sinis.”
“Sandra wanita mandiri. Hobinya traveling, shopping, ya ... wanita pada umumnya saja. Untuk bersenang-senang tersebut, adikku memakai uang sendiri. Jaranglah menyusahkan kami. Belakangan ini pun, nyokap memang terus mengejar agar dia segera menikah. Kau sendiri memang kaya raya tajir melintir, Finn. Muka juga ganteng. Tapi, adikku mencari lelaki setia, bukan bajingan.”
Tristan menepuk bahu Finn satu kali. “Jadi, percuma kalau kau mendekatinya dengan limpahan harta. Aku rasa, cukuplah pria pekerja keras dan setia saja idaman Sandra. Sayangnya, seperti yang adikku katakan, kau playboy.”
“Aku sudah tidak menjalin hubungan dengan wanita mana pun, Trist.”
Tristan mengangkat kedua bahunya. “Hanya kau dan Tuhan yang tahu perihal tersebut, Finn.”
“Aku berani sumpah, Trist.”
Tristan menatap Finn penuh selidik. “Kau benar serius dengan Sandra?”