Membuka hati dengan hati-hati. Karena, cinta terkadang seperti belati. Bisa menikam sampai mati. Sesal akan tiada arti.
Sandra tengah dalam kebimbangan hebat. Pernikahan semakin mendekat. Kepalanya benar-benar terasa penat. Menjalani hari pun terasa berat.
“Apa yang membuatmu khawatir, Sand? Doi selingkuh?”
Sandra mengangguk. “Vi, aku ingin memiliki suami yang setia.”
“Aku stalking berita online, udah gak pernah lagi terdengar doi jalan sama cewek. Herannya media gak ada yang tahu perihal hubungan kalian berdua?”
“Hubungan apa? Pacaran aja enggak. Ketemu jarang. Udah berbulan-bulan malah gak bersua.”
“Cieee, kangen, ya?”
“Jangan mulai.”
Vivian tertawa. “Ada cogan tajir, romantis, cuma dengan lihat mukanya doang bikin hati lumer. Malah mumet. Sand, masih waras?”
“Terus aja ngoceh kayak anak gadis kurang shopping. Bukan kasih solusi. Pernikahan bentar lagi, Vi. Rumah danau udah 85% rampung.”
“Ya, udah, sih, nikah sana! Ribet banget. Lagian, suka atau enggak tetap aja pernikahan bakal terjadi. Secara dua keluarga udah setuju. Entar aku kasih kado obat kuat. Biar makin strong malam pertama nanti.”
“Serius dong, Vi.”
“Sand, doi emang playboy. Tapi, lihat dong perjuangannya supaya bikin pujaan hati luluh. Bunga dikirim setiap hari. Pesan rindu tiga kali, udah kayak minum obat. Rumah danau yang bikin terpesona. Kurang apa lagi coba?”
“Iya, tahu. Aku juga menghargai itu. Tapi, kalo kita udah nikah terus keberengsekannya kumat, bagaimana?”
“Kalo itu terjadi, cari tahu kebenarannya dulu. Pas terbukti, aku orang pertama yang bakal tonjok mukanya sampe bengep. Enggak peduli, deh, sama kegantengan hakiki doi yang bakal sirna.”
“Aku bisa melakukannya sendiri. Tinggal tembak itu kepala sampe mati. Tapi, aku bukan mempermasalahkan itu. Maksudnya, sebelum terjadi baku hantam atau baku tembak. Mending gak usah nikah sama doi, ‘kan?”
“Sand, inget semboyan kita. Harus membahagiakan diri sendiri. Itu mutlak.”
“Terus?”
“Ya, jangan ribet. Happy aja. Cowok kayak Finn harus dibikin senang di atas ranjang biar gak berpaling. Dijamin pelakor mendekat pun, doi bakal menolak. Dan, kau bisa berfoya-foya, deh, pake duitnya itu. Jangan lupa ajak aku.” Vivian tertawa.
“Ajaran sesat.”
“Loh ....”
“Nikah aja belom.”
“Dasar, ya, wanita yang satu ini! Kalo soal urusan asmara rada ogeb!”