Oleh karena sang empunya kamar tidak mengindahkan suara ketukan, Tristan memutuskan membuka pintu dan masuk tanpa permisi lagi. Di dalam kamar, terlihat Sandra berada di balkon tengah duduk terbengang.
Tristan melangkah mendekati, lalu mendudukkan diri tepat di samping Sandra.
Sandra menoleh dan tersenyum. “Kak.”
Tristan meraih tangan Sandra dan mengusapnya lembut. “Dek, masih berasa banget kamu mengintil kakak terus ke mana-mana. Enggak sangka sekarang udah gede. Eh, lusa menjadi istri orang. Bakalan sepi rumah ini karena kita gak akan pernah ribut lagi.”
“Kita masih bisa adu mulut di kantor, Kak.”
Keduanya tertawa.
Tristan menatap Sandra lekat. “Dek, jaga diri kamu ketika nanti jauh dari aku, Bunda, dan Ayah. Walaupun aku tahu, Finn pasti akan menjaga kamu dengan baik.”
“Kenapa gak dari kemarin kakak manis kayak gini, sih?”
“Jangan merusak suasana, deh. Kakak kan mau berduaan sama kamu sebelum resmi cabut dari rumah ini.”
Sandra langsung memeluk Tristan dari samping. “Aku sayang kakak.”
“Kakak apa lagi.” Tristan membalas pelukan Sandra. Membelai rambut sang adik dan mengusap punggungnya lembut.
“Janji sama aku jangan sering lembur. Kasihan Bunda dan Ayah kesepian.”
“Iya, bawel.”
“Aku bakalan kangen Bunda, Ayah, kakak, dan rumah ini.”
“Kalo begitu kamu harus sering datang. Oke.”
“Iya.”
“Kakak minta maaf suka iseng.”
“Iya, aku juga minta maaf sering sewot.”
Keduanya mengangguk.
“Dek, menjadi istri seorang Finn Elard gak akan mudah. Hati dan mental kamu harus sekuat baja. Kalau suatu saat terdengar kabar atau gosip tak enak tentang suami kamu nanti. Jangan langsung termakan isu. Cari kebenarannya dulu. Oke.”
“Iya. Jaga aku dari jauh, Kak.”